10.7.13

Jangan Main-Main Dengan Pikiranmu

     "Jangan main-main dengan pikiranmu, Lana!" Aku memarahi Lana, temanku. 
     "Lho, kenapa?" Tanya Lana tidak mengerti. 

Aku marah pada Lana karena ia mengatakan, "Kalau saja ada gempa, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan." 

     "Percayalah dengan apa yang kukatakan! Jangan main-main dengan pikiranmu." 

Kembali aku mengingatkan Lana. 

     "Iya, tapi kenapa?" Lana kembali bertanya.
     "Aku pernah berpikiran buruk dan itu terjadi."

Lana memperhatikan aku. Ia sepertinya siap mendengarkan. Kulanjutkan perkataanku.
    
     "Kamu ingat peristiwa aku jatuh dari motor?" 

Lana mengangguk. 

     "Kejadian itu pertama kalinya aku kecelakaan di jalan raya. Waktu itu aku dibonceng kakakku naik motor. Aku berpikir kalau aku belum pernah mengalami kecelakaan. Ternyata, Tuhan mendengar pikiranku. Tiba-tiba, aku terjatuh. Motor yang kutumpangi disenggol oleh motor lain. Jadi jangan pernah berpikir buruk tentang buruk. Apalagi diucapkan." 

Aku masih berkata dengan nada emosi. Lana ketakutan mendengar ceritaku. Ia lalu berkata:
    
     "Amit-amit, " sambil mengetukkan kepalan tangannya ke lantai. Kebiasaan berdasarkan mitos yang masih sering dilakukan oleh orang-orang.

                                                         ***

Ya, aku begitu percaya dengan pikiran bawah sadar. Aku akan marah pada orang-orang yang  berkata buruk tentang sesuatu hal. 
     
     "Kalau mau berkata, berkatalah yang baik. Kalau mau berpikir, berpikirlah yang positif." 

Begitu aku sering berkata pada teman-temanku yang kena 'semprot' aku. Pertama kalinya aku jatuh dari motor, itu sudah membuktikan pikiran burukku. Ada lagi kejadian lain. Ini tentang harapan. Entah kenapa, teman-temanku suka sekali memasang foto mereka di facebook. Kalau melihat foto mereka sedang di luar negeri, aku pasti berbisik dalam hati:

     "Suatu saat aku juga akan ke luar negeri."

Harapan itu kuucapkan juga (dalam hati) saat aku melihat tayangan-tayangan televisi dengan setting luar negeri. Suatu hari, kamarku kebanjiran. File-file yang kusimpan di lantai menjadi basah. Termasuk formulir paspor yang belum sempat kuisi. 

     "Waduh, belum sempat kuisi sudah rusak. Masih berlaku nggak, ya? Kalau begini, aku harus ambil lagi formulir yang baru." 

Itu perkataanku di dalam hati. Apa yang terjadi? Esok hari, ada kabar menggembirakan dari kantor. Katanya akan dipilih satu orang untuk pergi ke Korea berdasarkan pemungutan suara. Dengan beberapa persyaratan, ada beberapa kandidat yang dicalonkan untuk melakukan kunjungan kerja ke Korea. Dan hasilnya? Aku terpilih. Hari itu juga aku pergi ke kantor imigrasi untuk mengambil formulir pembuatan paspor. Untuk pertama kalinya aku ke luar negeri. Hmmm.. jadi hati-hatilah dengan pikiranmu. Tentu menyenangkan jika kita berpikir positif dan hal itu menjadi kenyataan. Tapi kalau pikiran negatif? Misalnya saat kamu sedang sendirian, kamu berpikir alangkah enaknya kalau ada teman, lalu tiba-tiba ada seseorang yang mencolek kamu sambil tertawa aneh padahal rumahmu tertutup rapat. Tentu kamu tidak mau hal itu terjadi, kan? 

Ssttt... aku sedang sendiri. Aku tidak mau berpikir macam-macam!



*Bandung menjelang maghrib, ditulis dengan harapan.          

No comments:

Post a Comment