17.7.13

Hilangnya Sepatu Keanu

Bicara tentang kejujuran mengingatkanku pada konfrontasi yang kulakukan pada seorang anak kecil berusia 6 tahun. Bicara dengannya harus siap dengan alasan logis. Maklum, ia adalah anak lelaki pintar meskipun baru kelas 1 SD. Anak itu bernama James, muridku di Sekolah XYZ.

Asal mulanya adalah hari sebelumnya. Jam pulang sekolah, seorang anak kelas 1 SD menghampiri kakeknya dengan hanya mengenakan kaos kaki. Namanya Keanu. Ia datang dari perpustakaan. Keanu mengatakan pada kakeknya kalau sepatunya hilang. Sang kakek marah karena sepatu cucunya hilang. Guru yang saat itu mengantar Keanu terkena damprat sang Kakek. Aku dan guru tersebut mencari ke sekitar lokasi hilangnya sepatu tapi tidak ketemu. Akhirnya, dibuatlah sayembara untuk mencari sepatu tersebut pada keesokan harinya.

Esok hari, kelas James adalah kelas pertama yang mencari sepatu. Setelah guru di kelas James menceritakan tentang peristiwa hilangnya sepatu dan mengumumkan sayembara, James berlari ke sisi kantin di mana terdapat tumpukan pot bunga yang tidak terpakai. Saat aku mencari sepatu, aku tidak mencarinya sampai ke sana karena tidak pernah terpikir untuk mencari ke tempat itu. James berteriak kalau ia berhasil menemukan sepatu Keanu. Sebagai penanggung jawab kegiatan, aku bertanya pada beberapa anak untuk mengetahui bagaimana proses ditemukannya sepatu. Seorang anak mengatakan bahwa ia melihat Keanu langsung menuju pot di sebelah kantin dan mengambil sepatu dari sana.

Aku panggil James dengan alasan ingin mendengarkan cerita keberhasilannya menemukan sepatu. Senyum senang mengembang di wajahnya. Terjadilah tanya jawab seputar bagaimana ia menemukan sepatu Keanu. 

"Aku melihat sepatu Keanu kemarin di perpustakaan tapi kemudian sepatunya hilang. Keanu dimarahin sama kakeknya." Kata James.

"James tahu siapa yang mengambil sepatu Keanu?"

"Aku tidak tahu " jawab James.

James menjawab dengan nada bangga setiap pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan.
Aku juga menanyakan tentang apa perasaan Keanu ketika hilang sepatunya, saat dimarahi kakeknya, kemungkinan yang terjadi pada Keanu di rumah. Aku juga menanyakan apa yang terjadi pada pencuri itu, apa akibatnya untuk diri dan orang lain jika mencuri? Ketika James menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, nada suaranya mulai berubah menjadi tidak yakin, duduknya gelisah, dan matanya sering menatap ke arah lain. Sampailah aku pada konfrontasi yang kuceritakan di awal. Aku berkata pada James.

"James, Bu Raisya sudah tahu siapa yang mencuri sepatu Keanu. Ibu hanya ingin orang itu berkata jujur. Bu Raisya tidak akan marah. Hanya saja, Ibu perlu membicarakan lebih lanjut apa yang perlu dilakukan oleh pencuri tersebut untuk bertanggung jawab.Ibu juga harus mengatakannya pada guru dan orangtua anak itu agar dapat mengingatkan anak kalau mencuri itu tidak baik."

James diam. Matanya berkaca-kaca. Ia lalu berkata:

"Aku yang mencuri sepatu Keanu."
"Kenapa?"
"Karena Keanu pernah menyembunyikan sepatu aku."
"Kenapa James tidak jujur? James takut?"
"Iya."
"Pada siapa?"
"Mama. Aku takut Mama marah."
"Oke. Apa harapan kamu terhadap Mama?"
"Aku ingin Mama tidak marah padaku."
"Apa yang ingin kamu lakukan untuk mengganti kemarahan Mama?"
"Aku mau membantu Mama mencuci baju dan membantu mencuci mobil Bapak."
"Lalu apa yang mau kamu lakukan untuk bertanggung jawab karena telah mencuri sepatu?"
"Aku mau minta maaf ke Keanu."

Aku katakan bahwa aku menghargai kejujuran James tapi aku tidak menyukai perilaku mencuri yang dilakukannya. Dengan James, aku membahas tentang mencuri dan akibatnya. Kemudian, aku panggil Keanu. James mengatakan pada Keanu kalau ia yang mengambil sepatu dan meminta maaf pada Keanu. James memeluk Keanu.

"Aku nggak tahu kalau kamu yang mengambil sepatu aku. Kenapa kamu ambil sepatu aku?" Tanya Keanu dengan polosnya. Keanu memaafkan James. Ia menasihati James supaya tidak melakukan hal itu lagi. Masalah selesai. Ah.. dasar anak-anak. 

Pulang sekolah, aku panggil Mama James. James kuminta menceritakan pada mamanya apa yang terjadi, apa harapannya, dan apa yang mau dilakukannya. Mamanya mau menerima apa yang dikatakan James. 

Selalu ada alasan dibalik suatu kejadian dan anak harus tahu apa akibat dari yang dilakukannya. Disitulah fungsi orang dewasa. Memberikan wawasan dan pemahaman pada anak mengenai nilai benar dan salah. Bukan memberikan penilaian 'kamu salah/benar' tapi anak perlu menilai sendiri apakah yang dilakukannya 'benar/salah'. 

Ngomong-ngomong, aku jadi ingat kalau aku juga harus melakukan konfirmasi pada Keanu apakah benar ia pernah menyembunyikan sepatuJames. Aku benar-benar lupa.


#14DaysofInspiration, #iwritetoinspire, kejujuran
Bandung, pada malam hari saat hati sedang galau.

No comments:

Post a Comment