21.7.13

Kotak Kenangan

Aku menyebutnya kotak pandora. Kotak berisi kenangan masa lalu tentang seseorang. Raganya sudah hilang entah ke mana, tapi rasanya masih terasa segar di ingatan... dan di hatiku. Isinya? Tak perlu kau tahu. Kotak itu kusimpan di tempat tersembunyi (menurutku). Tak seorangpun kuizinkan mengambilnya apalagi membuka isinya. Sesekali kubuka kotak itu jika rindu membuncah dengan amat sangat pada seseorang yang kenangannya menghuni pandora. Mengamati dalam diam, memutar balik 'film-film' dalam ingatan, menyusuri jalan kenangan, dan menutupnya dengan harapan: 

Semoga aku masih bisa bertemu dengannya suatu saat nanti. 

Aku belum siap mengganti sosoknya dengan sosok baru. Aku belum memiliki daya untuk mengubur kotak itu dan membuka kenangan baru dengan yang lain. Sosok itu begitu besar memengaruhi jiwa ragaku. 

"Tante Ran, aku boleh pinjam balok-balok kayu milik Tante Ran? Aku mau buat gedung tinggi."

Hans, ponakanku yang berumur empat tahun nongol di pintu kamarku. Sebelumnya, dia sudah pernah meminjam mainan balok milikku. Jadi, sudah menjadi kebiasaan setiap datang ke rumah, ia meminjam balok itu. 

"Ran, tolong Mama belikan tepung terigu di warung Bu Imas. Ternyata tepungnya sudah habis."

Mama berkata padaku dari dapur sebelum aku menjawab permintaan Hans. Aku bangkit dari tempat tidur. 

"Iya, Ma. Hans, baloknya ada di lemari Tante paling atas. Hans ambil sendiri. Hati-hati mengambilnya, ya."

Aku berkata pada Mama dan Hans bergantian. Kemudian, aku pergi ke warung. Warung Bu Imas sedang ramai sehingga aku tidak bisa cepat-cepat kembali ke rumah. Setengah jam kemudian aku baru selesai transaksi. 

Degg!! Dalam perjalanan pulang, aku teringat kotak pandoraku. Hans. Kotak balok. Aku berjalan cepat-cepat menuju rumah bahkan hampir berlari. Kubuka pintu pagar dengan terburu-buru dan berlari melewati pintu depan yang terbuka. Di ruang tamu, aku melihat kotak pandoraku terbuka. Isinya bertebaran di mana-mana. Foto-foto, bunga mawar kering, earphone dan MP3 player, surat-surat, buku-buku, dan semua kenangan yang kusimpan di dalamnya. 

"Hans!!!!"

Aku berteriak memanggil Hans. Aku menepuk keningku sendiri. Kemarin, aku membuka kotak pandora itu. Setelah melihat isinya, aku kembalikan lagi pada tempatnya. Kotak balok itu, berukuran hampir sama dengan kotak pandora, kuletakkan bersebelahan. Ketika aku meletakkannya, kugeser kotak balok ke arah dalam. Pasti Hans melihat kotak pandora itu lebih dulu daripada kotak balok untuk ia mainkan. Mengingat kejadian tadi malam, aku tidak bisa marah pada Hans karena ia salah mengambil kotak.

"Kiran! Apa kabar?"

Tiba-tiba, ada suara dari arah sofa ruang tamu. Aku terhenyak. Suara itu! Suara yang sering kurindukan sehingga kubuka kotak pandora untuk melepaskan rindu. Tidak mungkin! Tidak mungkin! Aku memutar kepala ke arah suara. Wajah itu tersenyum padaku. Brak!! Kantong berisi tepung terlepas dari tanganku. Kulayangkan pandanganku pada isi kotak pandora yang masih bertebaran di lantai ruang tamu. Sosok itu nyata. Sosok yang wajahnya sama persis dengan foto-foto yang tersebar di lantai. Hanya saja, sosok yang tersenyum itu sekarang terlihat lebih matang dan lebih tampan. Aku melihat Hans sedang memandangku dari pintu ruang tengah. Aku tiba-tiba kehilangan suara. Kutak tahu harus berkata apa. Aku merasakan wajahku memanas. Sosok nyata itu, masih memandangku. Sekarang, ia sudah berdiri. 

#ngabubuwrite, kenangan

2 comments:

  1. Wuaaah, kotak pandora terbuka dan muncul sosok misterius disana. *Kayak ngegosok2 lampu ajain trus keluar jin*

    :D coba aja kalau semua kotak pandora kebuka trus bisa datangin orang yg kita kangenin enka kali ya. Pengen buka tiap hari kotaknya.

    Salam, Nurul
    Gadogadosinyakblogspot.com

    ReplyDelete