19.7.13

Jangan Menyuruhku Berhenti Bermimpi, Callysta!

"Mau sampai kapan kamu begini, Na? Berpijaklah ke dunia nyata. Lihat sekelilingmu untuk melihat kenyataan. Berhentilah bermimpi."

Sahabatku berkata padaku pada suatu sore yang indah. Ya, seharusnya sore yang indah kalau saja, Callysta, sahabatku tidak memintaku untuk berhenti bermimpi. Ia menganggap bahwa kesukaanku menonton film Korea membuat aku terbuai dalam mimpi. Oh.. tidak, Sahabatku! Aku masih bisa menggunakan nalarku untuk membedakan mimpi dan kenyataan. 

"Ya, enggaklah, Cal. Aku masih cukup waras untuk bertindak. Kamu pikir gara-gara aku penyuka film Korea, lalu aku mengidamkan lelaki seperti dalam film-film itu?"

Aku menjawab dengan nada agak (sedikit) tinggi. Kulanjutkan omelanku.

"Aku bukan seperti remaja-remaja atau perempuan yang baru memasuki masa dewasa awal. Aku nggak lantas ngomel-ngomel pada lawan main aktor yang disukai kalau mereka punya chemistry dengan lawan main mereka. Aku nggak nangis-nangis saking cemburunya. Aku bisa memisahkan antara kenyataan dan imajinasi. Jangan kau memintaku berhenti bermimpi."

Callysta diam. Sepertinya ia sedang mencari kata-kata untuk 'melawanku'. Bisa juga karena ia terkaget-kaget karena aku yang pendiam tiba-tiba menjadi banyak bicara. Aku menghela nafasku.

"Jangan minta aku untuk berhenti bermimpi, Callysta! Mimpi membawaku pada harapan untuk menjalani hidup. Mimpi membuatku bersemangat membuat hidup lebih berwarna. Mimpi membawaku pada usaha dan kerja keras untuk mewujudkannya. Beberapa mimpiku sudah terwujud. Jadi, jangan memintaku berhenti bermimpi."

Callysta tidak berkata apa-apa. Mungkin ia mengakui kebenaran kata-kataku. Callysta tidak tahu mengapa aku begitu ngotot mempertahankan mimpi-mimpiku. Adalah sebuah pesan singkat ucapan Selamat Tahun Baru beberapa tahun lalu dari seorang teman untukku. Tentang mimpi. 
                  
          Mimpi adalah setengah cita-cita
          Cita-cita adalah setengah rencana
          Rencana  adalah setengah kerja keras
          Kerja keras adalah setengah keberhasilan

Kata-kata itu begitu 'mengena' sehingga aku mempertahankannya untuk tidak dihapus dari kotak pesan ponselku. Kata-kata itu memberikanku kekuatan untuk tidak takut bermimpi. Kata-kata itu mendorongku untuk mewujudkannya. 

"Jadi, Callysta sahabatku, berhentilah menuduhku tanpa dasar atas mimpi-mimpiku. Aku punya hak untuk bermimpi."

Ya, aku punya hak untuk bermimpi, dan kamu juga. 

#14DaysofInspiration, mimpi

No comments:

Post a Comment