27.2.13

Anomali Ala(r)m

Malam hari.
Aku ambil telepon genggamku. Telepon genggam yang masih menggunakan keypad untuk mengoperasikannya. Sudah ketinggalan jaman. Namun masih berfungsi dengan baik. Sangat baik bahkan. Aku belum tergerak untuk membeli yang baru. Tidak punya uang? Bukan! Aku menghargai sejuta kenangan yang kumiliki selama aku menggunakannya. Kenangan itu tak bisa dibeli dengan uang bukan? Hoammm!!! Aku ngantuk. Telepon genggam sudah kupegang. Aku menyetel alarm-nya. Jam 5.00. Aku harus bangun pagi. Besok ada meeting penting. Jika aku terlambat, habis sudah kesempatanku. Jam 6.30 aku harus sudah pergi. Terlambat sedikit saja, kemacetan akan menyapaku. Selesai menyetel alarm dengan snooze 10 kali, aku tidur.

Zzzzzzzzzzz....

Kukuruyuk! Kukuruyuk! Suara kokok ayam membangunku. Aku ingat hari ini ada meeting. Oh, Tuhan! Kenapa alarm tidak berbunyi? Aku cepat-cepat bangun. Kubuka jendela kamarku. Brrr! Udara dingin langsung menyerbu begitu jendela aku buka. Aku tidak melihat matahari. Aku hanya melihat warna hitam. Gelap gulita! Aku bingung. Segera kututup lagi jendela kamarku. Aku ambil telepon genggamku. Jam 3.00 pagi. Aku mengerutkan keningku. Kenapa ayam sudah berkokok? Yang benar saja, pukul 3 pagi? Ah, sudahlah tak ingin kupikirkan tentang anomali alam ini. Atau lebih tepatnya anomali alarm? Ya sudahlah! Ok, ini artinya aku masih punya 2 jam lagi untuk melanjutkan tidurku. Ok bantal,....aku datang lagi!!!!!

Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz.......... 

Tak sulit membawa badanku untuk tidur lagi. 

Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz............

Haduh, kok udara kian terasa panas, ya! Kugaruk-garuk kepalaku dan menendang guling agar sedikit terbebas dari udara yang terasa panas. Akhirnya karena penasaran mengapa pagi ini begitu panas, kubuka juga mataku. Kyaaaaaaaaaaaaa, gile udah terang aja di luar. Huaa, ada apa ini? Dengan sigap kubuka jendela kamarku. Dan begitu kulihat matahari, dengan kesigapan yang lebih aku langsung menuju ke kamar mandi. Waduh tak berani aku membayangkan ini sudah pukul berapa. Aku cuci muka, gosok gigi, dan berpakaian dengan secepat kilat. Aku menyabet celana dan kemeja yang gampang kuraih dari lemari, tak lupa menyabet juga dasi yang ada di gantungan baju. Set...set....set....

Aku berlari ke luar dari kamarku dan mengendarai motorku dengan kecepatan tinggi. Huft, aku masih belum bisa membayangkan pukul berapa ini. Yang ada di pikiranku hanya aku seharusnya sudah berada di ruang meeting secepatnya. Lega! Aku sudah sampai pelataran parkir. Tentunya dengan langkah seribu aku pun berlari menuju lift dan menekan tombol lantai 17. Pintu lift pun terbuka. Masih dengan berlari aku langsung menuju ke ruang meeting. Ha? Ada apa lagi ini? Mengapa ruang meeting ini gelap gulita? Ada apa ini? Badanku masih mematung tak mengerti di dalam ruang meeting. Gelap!! Ada apa ini? Kegelapan yang tidak kupahami dan seribu 'ada apa?' menghantuiku.

Aku akhirnya melihat jam tangan. 6.21. Hah? Jam berapa tadi aku berangkat? Masih dengan kebingungan yang amat sangat aku duduk di salah satu kursi. Aku flashback. Mencoba menjadi Conan sang detektif. Melakukan reka ulang di dalam pikiran. Di dalam gedung: sepi, tidak ada yang lalu-lalang kecuali satpam di pintu masuk. Di pelataran parkir: motor kuparkir di tempat favorit semua orang, di bawah kanopi, menyelamatkan motor dari air hujan. Aku jarang mendapatkan kesempatan itu. Kecuali hari ini. Di jalan raya: tak ada kemacetan. Kalau aku terlambat, aku pasti terjebak macet. Tapi tadi jalanan lengang. Di rumah: Pintu masih terkunci. Kalau aku terlambat, pintu pasti tidak akan terkunci. Adikku sekolah pagi. Ia berangkat jam 6 setiap hari. Aku semakin bingung. Kutatap lagi jam tanganku. 6.28. Kulayangkan pandanganku. Ruangan ini gelap sekali. Ada apa ini? Ruangan ini ada di sisi gedung berjendelakan kaca lebar yang menghadap matahari pagi. Kenapa gelap sekali? Aku semakin tak mengerti.

Hmm, pikirku pun melayang mengingat kembali kegelapan yang tak kupahami. 5 menit, 10 menit, 15 menit, satu jam...tak seorangpun yang datang. Ok, aku menyerah. Aku berdiri dan bersandar pada pintu. Aw, apa ini? Apa lagi ini? Kepalaku tiba-tiba sakit tak tertahankan. Rasanya tak pernah kurasakan sakit kepala sehebat ini. 

     "AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAGH!!!!!"

Aku berteriak tak kuasa menahan sakit. Aku berusaha untuk keluar ruangan dan mencari pertolongan. Namun sakit yang tak tertahankan ini menahan kakiku untuk bergerak. Sekujur tubuhku susah untuk digerakkan. Aku tanpa daya. Aku hanya bisa berteriak, dalam kesakitan. Kegelapan ruangan kini bertambah gelap lagi karena kini pandanganku pun terasa gelap. Gelap, hitam, dan aku pun tak ingat apa yang menimpaku selanjutnya. Yang terakhir kuingat hanya gelap dan hitam, juga masih dalam ketidakmengertian.

**********************************

Kubuka mataku. Samar-samar aku melihat sosok berambut sebahu. Ia mendekatkan diri padaku. Memandang aku. Pandanganku semakin jelas. Aku kenal dengan wajah itu. Ibuku. Aku mengedarkan pandanganku. Ruangan serba putih. Ibuku memanggil-manggil aku. Ia kemudian memencet tombol di samping tempat tidurku. Seorang lelaki dan seorang perempuan datang tergopoh-gopoh mendatangiku. Lelaki itu memeriksa denyut nadiku, membuka mataku, dan memeriksa dadaku dengan stetoskop. Ia berbicara dengan ibuku lalu meninggalkan ruangan ini. Aku masih tidak mengerti. Di mana aku? Ini bukan kamarku. Ruangan ini bau obat. 

Aku pandang ibuku. Ia tersenyum lembut sambil mengelus rambutku. Matanya berkaca-kaca.

     "Nak, akhirnya kau sadar." 

Aku mendengarnya berbicara.  Aku ingin bertanya, "Kenapa aku di sini?" tapi aku tak sepatahpun kata keluar dari mulutku. Ibuku masih menatapku. Aku mengerahkan tenagaku untuk berbicara. Tetap tak ada suara. Ibu menangkap gerak bibirku. Sambil menggenggam tanganku, ia berkata, "Nak, kamu pingsan. Sudah 5 hari. Adikmu menemukanmu dalam keadaan tidak sadar di kamarmu." Aku bingung. Tak mengerti. 5 hari? Pingsan? Malam hari? Lalu suara kokok ayam itu? Udara dingin? Matahari? Pelataran parkir? Ruang meeting? Sakit kepalaku? Aku semakin bingung. Pandanganku mengabur. Suara ibuku yang memanggil-manggil namaku semakin samar kudengar. Perlahan-lahan aku merasakan kegelapan. Aku masih mendengar sayup-sayup ibuku berteriak memanggil dokter. Aku semakin jauh. Aku tidak bisa melihat apa-apa. Semua gelap, dan aku masih tidak mengerti. ***

Iin & Dhika
(Di malam yang gelap)

26.2.13

Secret Admirer


Jam 13.05.
Aku melompat turun dari bis. Udara panas menyengat langsung menyambutku. Sungguh sangat berbeda. Beberapa detik yang lalu aku masih menikmati udara dingin di dalam bis patas ber-AC. Aku menyingkir menghindari motor, mobil, dan beca yang melewati aku. Sejenak aku melayangkan pandangan di sekitarku. Aku mencari tempat yang agak lowong untuk menata tas bawaanku. Debu dan aroma karbondioksida menambah panas udara di sekelilingku.

Usai merapikan penampilanku, aku kembali ke pinggir jalan, melihat ke kanan dan ke kiri, menunggu beberapa mobil dan motor melintas di depanku. Setelah jalanan agak lengang dan hanya ada satu mobil yang berjalan pelan dari kejauhan, aku mulai menyebrangi jalan dengan hati-hati. Aku sampai di depan sebuah gedung yang terlihat sepi dengan sebuah pintu kaca gelap di tengahnya. Tapi kaca itu tidak sepenuhnya gelap, aku masih mampu melihat seorang satpam yang siap sedia membukakan pintu jika ada orang yang mendekat ke pintu kaca itu.

Tidak, tidak! Aku tidak boleh masuk ke sana. Alam sadarku menepis keinginan hatiku. Kakiku yang sudah mulai melangkah mendekati pintu kaca tiba-tiba terhenti. Aku bimbang. Masuk-tidak-masuk-tidak. Aku terpaku. Menimbang-nimbang antara melangkah atau berbalik arah. Selintas ingatan masa lalu muncul. Aku dengan blazer gelap melangkah anggun memasuki gedung itu setiap pagi. Menyapa orang-orang yang aku temui dan memasuki ruangan asri beraroma wangi.  

Tapi sebelum aku sempat merampungkan pergolakan antara pahitnya kenangan yang terlintas di benakku dengan keinginanku untuk menyelesaikan masalah yang beberapa hari ini menggangguku, Mas Tejo, satpam yang sejak tadi sudah memperhatikanku, membukakan pintu.

"Selamat siang, Mbak Rani," dia menyapaku dengan senyum ramah.

"Ayo masuk dulu, Mbak, cuaca di luar panas banget," lanjutnya.

Aku hanya tersenyum seadanya, lalu melengos masuk melewati Mas Tejo. Sedetik kemudian aku sudah berada di tempat yang sebenarnya tidak asing bagiku, tapi siang ini aku begitu canggung berada di sini. 
Aku duduk di lobby. Kuedarkan pandangan di sekeliling ruangan yang dulu sangat akrab denganku. Berhentikah pergolakan batinku? Damaikah jiwaku berada di ruangan ini. Ya. Aku merasa damai ketika aku melihat lukisan air terjun di dinding berwarna biru di sebelah kananku. Aku merasa damai ketika gemericik air terdengar dari air mancur di dalam ruangan ini. Ya, aku merasa damai ketika alunan musik instrumental menggaung di sekeliling ruangan ini. Tapi itu dulu. Saat ini, jiwaku tak tenang. Kedamaian yang kurasakan dua tahun lalu menguap seperti air terkena panas matahari di luar sana.

Dari tempatku, aku melihat Pak Alex menuruni tangga di sudut kanan ruangan ini, dia kelihatan buru-buru. Melihat Pak Alex yang makin dekat, Mas Tejo dengan sigap membukakan pintu sambil melayangkan senyum yang persis seperti senyumnya kepadaku tadi. Mungkin sudut bibirnya sudah terbiasa dengan senyuman seperti itu setiap hari, sudah menjadi tuntutan pekerjaannya. Aku menghela nafas. Aku lebih tenang karena Pak Alex tidak melihatku. Ya, dialah awal dari semua masalahku. Semuanya sempurna sebelum dia menjadi atasanku. Dan dia bukanlah tipe atasan yang aku harapkan, tapi dia benar-benar sosok lelaki yang aku idamkan.

Tuntutan pekerjaan membuat kami bertemu. Berdiskusi, bertukar pikiran, bersilang pendapat, berbeda arah. Aku benci setengah mati ketika kami harus berkolaborasi untuk membuat keputusan. Aku benci kalau harus berdebat dengannya. Hari berganti hari. Kesibukan kami berdua menangani klien yang berbeda kemudian membuat kami jarang bertemu. Aku bukannya senang bisa terbebas dari dirinya. Aku rindu berdebat dengannya. Aku rindu melihat senyumnya. Aku rindu dia. Rasa sukaku terlalu besar sehingga aku sulit membendungnya. Tidak bisa! Ini tidak boleh terjadi. Tidak mungkin aku bersamanya. Perbedaan kami terlalu jauh untuk disatukan. Aku memilih pergi. Untuk mengikis rasa yang semakin membuncah.  Damaikah hatiku dengan keputusanku untuk pergi? Aku berusaha keras untuk mengalihkannya. Hingga suatu ketika, panggilan dari kantor ini memaksaku untuk datang. Hatiku yang berangsur-angsur damai kembali bergolak. Tidak bisa tidak. Mantan sekretarisku mengatakan kalau aku harus datang. Tapi aku tidak siap untuk bertemu Pak Alex. Bagaimana kalau kami bertemu? Apa yang harus kukatakan? Dan di sinilah aku sekarang. Helaan nafasku membuatku sedikit tenang ketika Pak Alex melewatiku tanpa melihatku. Aku memejamkan mata, mengatur napasku, berusaha mengumpulkan ketenangan lebih banyak. Setelah kupikir aku sudah cukup tenang, aku membuka mataku. 

“Apa kabar, Rani? Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” 

Suara yang selalu membuat jiwaku tunggang-langgang menyapaku dengan tenang. Tuhan! Ketenangan dan kedamaian yang susah payah kuhimpun lenyap seketika. Pak Alex ada di depanku. Senyum manis menghias wajah tampannya.Tuhan! Apa yang harus kulakukan?  

@Jo_iin & @poetrazaman ( putrazaman.tumblr.com )

25.2.13

Tawa Mengikis Duka


Masa sulit bertahun lamanya yang aku alami karena kehilangan yang datang bertubi membuat hati dan segala rasa menjadi kering. Aku tak ingat lagi bagaimana memaknai bahagia. Aku bahkan lupa bagaimana cara tertawa. Entah aku yang mau lupa atau memang aku sengaja tak ingin bahagia. Meratapi nasib yang terjadi pun tak ada arti. Hidup terus berlari bahkan ketika aku tak dapat berdiri. Hidup tak mau menunggu meski aku memohon dengan tertatih.

Ya! Hidup tak mau menunggu. Aku sudah memohon. Aku meratap. Aku berteriak! Bahkan aku sudah mulai kehilangan kekuatanku untuk menegakkan kedua kakiku. Orang bilang, aku sampai pada jam ke-11. Betul! Jam ke-11, suatu masa di mana aku sudah merasa putus asa dengan apa yang terjadi dengan diriku. Sampai suatu ketika, angin berhembus pelan membisikkan setitik harapan. Aku terdiam. Mencoba mencerna, apakah ini benar-benar terjadi? Karena tak akan ada hal yang abadi di dunia ini. Begitu pun rasa pahit akan selalu ada penawarnya. Kesedihan akan berganti kebahagiaan. Duka akan berganti suka. Kuingat-ingat kembali rasa bahagia yang dulu pernah menghinggapi, nyatanya aku masih dapat tersenyum di antara ingatan. Mestinya aku tak boleh begini. Bagaimana dengan Rani yang selalu menjadi penghibur diri? Dia selalu bisa membuatku tersenyum kembali. Membawakan aura bahagia disetiap celoteh riangnya. Harusnya aku memikirkannya, bukan malah menangisi kehilangan ini.

Rani. Dialah setitik harapan yang dihembuskan angin. Aku ingat sekarang. Rani dengan wajah lucunya, binar matanya, harum khas rambutnya, sedikit demi sedikit mulai mengikis rasa kehilangan ini. Aura bahagia tersebar tanpa bermaksud menebarkan. Nuansa riang setiap dia ada, mulai mengganti ratapan menjadi titik-titik senyuman. Aku mulai menjejak bumi. Mengumpulkan titik-titik senyum menjadi sebongkah kecil tawa. Aku mulai mengingat bagaimana bentuk tawa. Aku mulai sadar bagaimana caranya tertawa. Rani yang mengubah diriku tanpa aku sadari.

Ah, Rani putri kecilku yang cantik. Engkaulah malaikat kecil yang dititipkan Tuhan untuk mengobati rasa sakit ini. Engkaulah sesungguhnya sumber bahagia yang menjadikan tawa selalu ada. Tuhan memberiku anugerah dan mukjizat yang tiada tara dalam diri putri kecilku ini. Tawa renyahnya menghangatkan jiwa yang dulu dingin dan beku. Inilah yang sebenar-benarnya aku rindu. Tawa riang dan hangat dari putri kecilku.

Rani, terima kasih karena sudah mengenalkanku lagi pada arti kebahagiaan. Aku bahagia memilikimu. Aku sayang padamu, Rani. Selamanya.

Kolaborasi @Jo_iin & @i_lestari_pm

24.2.13

Haru dan Aku: Nggak Terasa Sudah Punya 8.

Buku pertama yang aku beli adalah 'So, I Married the Anti-fan'. Ingat sekali, aku beli sewaktu aku ke Depok. Penasaran dengan isinya jadi nggak sabar untuk langsung beli. Nggak perlu nunggu di Bandung buat beli ini. Penasaran juga karena pengarangnya orang Korea asli. Bukan orang Indonesia yang mengambil nama tokoh dan lokasi di Korea. Tapi asli Korea! Sampai di Bandung, bukunya sudah tamat. Bagus! Tidak ada komentar lain. Haru mulai jadi inceran untuk membeli buku. Jadi, dibelilah 'Soulmate' dan 'Oppa & I' sementara menunggu 'My Boyfriend's Wedding Dress' terbit. Kemudian keluarlah 'My Boyfriend's Wedding Dress'. Langsung beli, dong. Suka! Tidak menyesal aku beli. Aha! 'Cheeky Romance' mau terbit. Sambil nunggu 'Cheeky Romance' keluar, aku tergoda beli 'My Name is Kim Sam Soon'. Rencananya, ingin menyamakan cerita versi film dan buku. Memang ada hal yang berbeda. Bukankah itu biasa? Buku kalau di-film-kan memang kadang ada bedanya. Akhirnya 'Cheeky Romance' terbit. Langsung beli. Suka banget! Eh.. ada iklan lagi di halaman belakangnya. Bakal terbit '4 Ways To Get Wife'. Duh.. harus nunggu-nunggu lagi. Ya sudah, cari 'Seoul Cinderella' dulu. Yang ini agak susah dicari. Beberapa kali ke toko buku yang berbeda tidak ketemu. Akhirnya ketemu juga, sih. Beli lagi, deh. Kemudian, saat liburan ke Cirebon, aku lihat '4 Ways To Get Wife' ternyata sudah keluar. Sempat menimbang-nimbang: beli-nggak-beli-nggak. Sudah banyak beli buku waktu itu. Tapi akhirnya dibeli juga. Sampai di Bandung, buku itu sudah tamat. Eh..aku sudah menyebutkan 8 judul buku, belum? Aku baru sadar setelah melihat foto di atas. Sadar bahwa aku sudah memiliki 7 buku dari buku-buku yang ada di foto itu. Ditambah 1 buku '4 Ways To Get Wife' yang tidak ada di dalam foto tersebut. Lupa, ya? Sementara 'My Boyfriends Wedding Dress' fotonya ada 2. :-) Jadi, waktu Haru nge-tweet: "Buku mana yang sudah kamu baca?" dan attach foto cover-cover bukunya (4 buku kalau nggak salah), aku jawab: "Aku sudah baca semua." 

Aku suka dengan cerita-cerita dalam buku karangan Kim Eun Jung. 'So, I Married the Anti-fan','My Boyfriends Wedding Dress', dan 'Cheeky Romance'. Ada kemiripan pada ketiga-tiganya. Gaya bahasa dan karakter tokohnya. Sebagai novel asli cerita Korea, hal itu memperkaya wawasan tentang bagaimana cara pengarang mengemas cerita. Selama ini, jarang ditemui novel dengan latar belakang Korea yang ditulis orang Korea asli. '4 Ways To Get Wife' pada cerita awal sampai hampir akhir cukup menarik. Agak-agak mengerutkan kening di bagian akhir. Agak kaget. Beda ya, dengan 3 novel korea sebelumnya. Setelah dipikir-pikir, "Oh, iya, beda pengarang." Aku lebih merasa sreg dengan novelnya Kim Eun Jung daripada Hyun Go Wun ini. Lebih sopan menurutku. '4 Ways To Get Wife' perlu ditambahkan genre: dewasa! Membaca novel-novel Korea ini, aku jadi berimajinasi. Membayangkan adegan-adegannya dalam bentuk film. Membayangkan siapa saja yang mungkin jadi pemerannya. Membaca novel-novel Korea ini seperti melihat K-drama. Asyik! Mudah-mudahan, Haru menerbitkan novel-novel terjemahan (asli) Korea lebih banyak lagi seperti novel-novelnya Kim Eun Jung. Novel dengan cerita yang asik tapi sopan. Terbitkan novel Eun Jung lagi, ya. Suka dengan novel-novelnya. Bukan berarti juga novel-novel Indonesia nggak bagus, ya. Aku juga suka membaca novel-novel Indonesia. Kalau bukunya Haru, Aku suka baca Oppa & I. Nggak bisa ditebak ceritanya. Hanya saja, aku kurang begitu suka dengan 'latah'-nya Indonesia.

Sekian saja cerita tentang Haru dan Aku. Semoga berkenan. Terima kasih.

School 2013, Potret Dunia Pendidikan Korea yang Mirip dengan Indonesia

Film seri Korea tentang suka-duka guru-murid di sekolah dan latar belakang keluarga. Untuk penyuka drama seri Korea, tentunya menonton film ini merupakan suatu keasyikan tersendiri. Bagi yang tidak hobi nonton, merupakan suatu perjuangan untuk menontonnya sampai habis. Bahkan, mungkin akan ditinggalkan sebelum sempat menonton sampai tamat atau memutuskan untuk tidak menonton sama sekali. It's ok. Semua orang tentu punya pilihan masing-masing. Betul?

Saya belajar beberapa hal dari film ini. Selain karena hobi saya nonton film, profesi saya sebagai guru jelas membuat saya merasa harus melihat film ini. Film-film tentang sekolah selalu menarik perhatian saya. Sebagai acuan bagi diri saya sendiri. :-) Mungkin buat para guru yang tidak suka menonton bisa menyempatkan diri untuk menontonnya. Banyak hal yang bisa diambil sebagai pelajaran.

School 2013 merupakan gambaran dunia pendidikan di Korea. Apa yang digambarkan dalam film tersebut terjadi juga juga di dunia pendidikan kita. Mari kita lihat dari masing-masing aspek dalam film tersebut. Lalu, kita renungkan apakah ini terjadi juga di dunia pendidikan kita.
  • Siswa
Berbagai tingkah polah siswa tergambar di sini. Siswa dengan target nilai yang tinggi, sudah memiliki rencana universitas yang akan dimasuki, atau siswa yang tidak memiliki target lulus, datang ke sekolah hanya sekedar 'datang'. Siswa dengan cerminnya yang selalu digunakan kapan pun untuk melihat penampilannya. Siswa yang iri, menuduh orang lain tanpa bukti. Gang sekolah, kekerasan yang terjadi di sekolah. Masalah kekerasan di sekolah ini merupakan isu hangat saat ini di Korea. Semoga tidak terjadi di sini, ya. Siswa yang tidur di sekolah ketika guru mengajar, kecapekan karena kerja paruh waktu demi menghidupi diri sendiri. Siswa yang merasa malu karena tidak dapat sekolah di sekolah bergengsi. Apa lagi, ya. Oh ini, persahabatan sangat kental terlihat dalam film ini. Membela teman, membantu teman. Belajar memaafkan orang lain. Tidak mudah bukan, memaafkan orang lain yang sudah membuat kita menderita. Menginspirasi. Siswa yang kemudian 'sadar' akan perilakunya yang keliru dan kemudian dapat menentukan tujuan akhirnya. Melegakan!
  •  Orangtua
Gambaran siswa di atas, ternyata berhubungan dengan orangtua. Orangtua yang sangat mendikte anaknya, menentukan anaknya harus ikut lomba apa, masuk jurusan apa di universitas nanti, menimbulkan perasaan tertekan pada anak sehingga anak hampir memutuskan untuk bunuh diri. Orangtua yang bolak-balik datang ke sekolah untuk menyuarakan pendapatnya (protes). Memrotes guru ketika anaknya mendapat nilai di bawah harapannya dan protes tentang tingkat kesulitan soal-soal ulangan yang dibuat guru. Hmmm....Terdengar familiar dengan keseharian saya. :-) Orangtua yang meninggalkan anaknya, bekerja di luar kota. Di sekitar kita juga banyak, kan? Orangtua yang 'ringan tangan'. Anak yang menyerahkan dirinya untuk dipukul hanya untuk meredakan emosi sang ayah dan kemudian jadi model buat anaknya. Anaknya melakukan hal yang sama di sekolah ketika ada masalah terjadi. Melakukan tindakan kekerasan sebagai bentuk penyelesaian masalah. Tidak baik, ya. Yang penting untuk diingat adalah: orangtua merupakan model untuk anak. Anak akan melakukan hal yang sama dengan orangtua karena melihat orangtuanya. So, be careful parents. Hati-hati dengan sikap, ucapan, dan perbuatanmu. Anak akan melihatnya dan menginternalisasi dalam dirinya.
  • Guru
Perbedaan cara mengajar, metode, dan prinsip mengajar. Perbedaan manajemen kelas dan pendekatan yang digunakan untuk mengenali dan berinteraksi dengan siswa. Kehangatan atau rasional. Perbedaan cara menyelesaikan masalah yang terjadi pada siswa. Merasa gagal menjadi guru. Pengalaman dan masa kerja ternyata mempengaruhi bagaimana sudut pandang guru dalam memandang masalah yang terjadi. Terjadi juga, kan, di sini? Tertarik dengan perkataan seorang guru tua dalam salah satu episode. Ia mengatakan dengan bijak bahwa seorang guru pasti akan kembali ke sekolah. Buat bahan perenungan, nih, apakah guru benar-benar seorang 'guru' atau hanya sekedar menjalankan kewajiban sebagai guru? (Jika berpedoman pada kalimat bijak tersebut.)
  • Sistem sekolah
Ada yang sama ada yang beda dengan sistem sekolah di sini (Indonesia). Perjanjian murid-orangtua-guru. Konferensi sekolah-orangtua-guru-murid untuk membahas kekerasan yang terjadi pada siswa. Gonta-ganti keputusan (misalnya mengganti guru karena protes ortu, petisi murid, pergantian keputusan lainnya). Sistem keamanannya oke. Kunci ruang guru pakai password. Jadi, tidak sembarangan orang lain masuk. Bentuk hukuman untuk siswa: tidak diperbolehkan guru memukul murid (ada dalam klausa perjanjian), melakukan kerja sosial di sekolah (memisahkan sampah, membersihkan lapangan, membereskan gudang). Bisa dicoba, nih. Sopan santun murid pada guru (memberi salam atau menundukkan kepala ketika bertemu), tidak boleh memukul guru (jelas), ketika berbicara dengan guru tidak boleh tangannya di saku (baru tahu,saya). 

Sudahlah. Tonton sendiri saja, ya. Kesimpulan saya, tidak jauh bedanya dari yang terjadi di Indonesia. Mungkin beda kalau kita bicara kurikulum, hehehe... Untungnya (atau sayangnya?) tidak banyak tergambar dalam film ini. Hanya tergambar sedikit yaitu perbedaan tujuan akhir: nilai bagus atau penguasaan konsep. Selamat menonton. Have a nice weekend.

20.2.13

"Ulang Tahun"

20 Februari 2013

Pagi ini tidak hujan seperti kemarin, tapi angin berhembus dingin. SMS masuk, telpon berdering, ucapan selamat face to face, wall post, mention happy birthday, kartu pos, semua mengalir di hari ini. Kamu juga mengalaminya, kan, ketika ulang tahun? Sebenarnya, aku tak pernah tahu kalau tanggal hari ini adalah hari ulang tahunku. Sumpah! Aku tidak pernah ingat kalau aku melihat dunia pada tanggal ini sekian tahun lalu. Apakah kamu ingat saat kamu dilahirkan? Aku tahu hanya karena orang lain (dalam hal ini, orangtuaku) yang memberitahuku. Kemudian, pembuktian dengan selembar kertas pengesahan dari negara. 

Satu kejadian tentang topik 'ulang tahun' mengingatkanku akan murid kecilku. Suatu saat, kami bermain game 'kelompok'. Waktu itu, aku memberi instruksi: "Berkumpul dengan teman-teman yang memiliki bulan lahir yang sama!" Murid-muridku berhamburan, saling menanyakan pada teman-temannya kapan mereka lahir. Kecuali satu anak. Aku bertanya mengapa ia hanya berdiri saja. Dengan wajah lugu tak berdosa dan suara lucu khas anak kecil, ia berkata, "Zaki nggak tahu kapan ulang tahun Zaki. Zaki nggak ingat. Waktu itu Zaki masih kecil." Kami (aku dan partner-ku) tertawa. Partner-ku kemudian berkata, "Ya sudah, Zaki sama Bu Tati saja." Ah.. Zaki, aku jadi ingin bertemu. Pasti sekarang kamu sudah tambah tinggi, semakin tampan, dan semakin pintar menggambar.

Ulang tahun. 
Tanggal lahir. 
Kita menuliskan suatu tanggal pada setiap form yang kita isi hanya berdasarkan 'katanya'.Ya! Kita memang tidak pernah ingat saat kita lahir. Tapi, tentu kita ingat orang-orang yang mendoakan kita dengan tulus pada hari ulang tahun kita. Sederet kalimat ucapan selamat dan doa yang diucapkan sebagai bentuk kepedulian. Tulus, tanpa pamrih, tak mengharapkan balasan.

Selamat ulang tahun! 
Hari ini aku menghadiahi diriku dengan sepaket 'goom takeshi', segelas ice chocolate capucino oreo, dan dua potong celana panjang baru. 
Hari ini aku menghadiahi diriku dengan sederet untaian doa, harapan, impian, dan cita-cita. 
Hari ini, besok, dan seterusnya, aku menghadiahi diriku dengan kesempatan untuk menjadi lebih baik. 
Hari ini, besok, dan seterusnya, aku menghadiahi diriku dengan kesempatan menghargai diri sendiri.
Hari ini, besok, dan seterusnya, aku menghadiahi diriku dengan kesadaran untuk bersyukur.
Semoga hari ini, besok, dan seterusnya, lebih baik dari hari kemarin.
Selamat ulang tahun!


#NB. 
Terima kasih keluargaku, sahabat-sahabatku, teman-temanku. Semoga doa kalian semua didengar dan dikabul Allah SWT. Amin. I love you, all.


17.2.13

Sudut Pandang

17.2.13 

Minggu pagi saat mendung menggantung. Aku teringat saat kita berbincang dua hari lalu. Kau bercerita tentang harapanmu dan kenyataan yang terjadi. ''Harusnya.. harusnya.. harusnya.." seringkali terdengar dari mulutmu. Aku terdiam sebelum kemudian berbicara. 

Kita duduk berhadapan. Bertumpu pada meja coklat di ruangan yang dingin. Aku menghadapi netbook dan kau memandangi setumpuk kertas putih bertuliskan pena hitam. Kita bekerja sambil berbincang. Kau bercerita tentang ekspresi muka seseorang. Seseorang yang mengernyit ketika mendengar orang lain bicara. Lalu timbul suatu pikiran: "Tidak cocok, ya, untuk situasi seperti (formal) ini." Aku diam mendengarkan sebelum kemudian berbicara.

Aku terdiam sebelum kemudian berbicara. Berbicara tentang 'sudut pandang'. Berbicara bahwa kata 'harusnya' atau 'seharusnya' merupakan bentuk nyata perwujudan sudut pandang orang yang berbicara. Kalau kau berkata 'harusnya'/'seharusnya' berarti kau menyuarakan sudut pandangmu. Orang lain mungkin punya pemikiran yang berbeda, sudut pandang yang berbeda. Ketika kau bicara tentang 'kernyitan' yang kau lihat pada seseorang, mungkin karena orang tersebut memandang apa yang dia lihat dari sudut pandangnya. Sedangkan orang yang dilihat bertindak sesuai dengan sudut pandangnya. Tidakkah kau biarkan saja orang dengan sudut pandangnya dan kau dengan sudut pandangmu? Jika kau ukur dirimu dengannya, kau mungkin akan menemukan perbedaan. Ya, perbedaan yang akhirnya membuatmu 'lelah', 'capek', 'merasa tidak berhasil' dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Jangan kau paksakan sudut pandangmu dengan sudut pandangnya. Buatlah kolaborasi indah antara dirimu dan dirinya untuk menyatukan sudut pandang kalian bersama.  Mungkin hal itu akan menghasilkan perpaduan yang harmonis antara dirimu dan dia.

13.2.13

Mainan Tak Hanya Untuk Bermain

Rush hour judul film? Bukan. Memang, sih, ada film yang judulnya Rush Hour. Sayangnya yang dimaksud di sini bukan film melainkan permainan. Rush hour atau traffic jam game adalah suatu permainan mencari jalan keluar. Sekian mobil disusun sedemikian rupa sesuai dengan yang tercantum dalam kartu. Kalau teman saya mengatakan ini adalah permainan menjadi tukang parkir. Memang benar. Kita sebagai pemain harus mengatur letak mobil-mobil yang tersusun sesuai kartu sedemikian rupa sehingga mobil yang berada di jalan keluar bisa melenggang keluar dari area permainan. Permainan ini mengasah logika berpikir kita. Namun, meskipun melatih logika berpikir, ternyata mainan ini bisa digunakan untuk berbagai kegiatan dengan tujuan yang berbeda. Misalnya kegiatan tantangan atau konseling. Beberapa kegiatan yang ternyata bisa dilakukan dengan rush hour ini antara lain:

1. Sebagai salah satu kegiatan tantangan bagi anak-anak gifted. Kalau subyeknya adalah anak-anak cerdas, permainan ini mengasah logika berpikir dan kemampuan mengelola perasaan atau emosi secara cepat. Pada anak gifted kecemasan merupakan salah satu karakteristik personal yang muncul.

2. Ketika melakukan konseling dengan area masalah motivasi. Observasi bagaimana respon anak ketika melakukan permainan ini dan responnya ketika mengalami kesulitan. Refleksikan mengenai perasaannya ketika mencapai keberhasilan/kegagalan dalam permainan. Strategi apa yang dilakukan untuk mengatasi kegagalan atau keberhasilan dalam permainan.

3. Konseling dengan area masalah perilaku. Masalah perilaku biasanya berkaitan erat dengan aturan. Anak dengan masalah perilaku biasanya dilaporkan sering melanggar aturan. Ketika menggunakan permainan ini, observasilah bagaimana anak mengikuti aturan permainan yang ada. Pada permainan ini, pemain hanya boleh memundurkan atau memajukan mobilnya. Pemain tidak boleh mengangkat dan memindahkan mobil ke lajur yang lain. Refleksikan bagaimana anak mengikuti aturan yang berlaku.

4. Konseling dengan area masalah interaksi sosial. Gunakan permainan secara berkelompok. Observasi bagaimana interaksi yang terjadi di dalam kelompok.

Adakah tujuan lain? kamu punya ide lain? Mari berbagi inspirasi.

^Iin^
13.2.13

Si Tukang Pos

Akhirnya, jadi juga nulis surat. Setelah berencana jam 4 tadi mau nulis ternyata ada acara dadakan yang sampai sekarang belum selesai. Halah!! Akhirnya nulis sambil dengar presentasi saat injured time, :-)

Met kenal Mike (nggak enak ya kalau mau bilang selamat kenalan, hehehe..) Terima kasih karena sudah menjadi tukang pos yang baik. Meralat kalau ada yang salah. Me-retweet lagi ketika ada miskoordinasi. Beruntung sekali aku punya tukang pos yang baik. Kalau melihat postingan di @PosCinta awalnya penasaran kenapa selalu Michael Edward yang tercantum di bawah. Setelah dipikir-pikir ah.. pasti ini si tukang pos. Hmmm.. Semua suratku pasti kau baca ya, hehe... Terima kasih (lagi) karena sudah menyempatkan diri untuk membaca semuanya (atau memang kewajiban sebagai tukang pos?). Oh ya, para tukang pos pasti manusia-manusia malam. Terbukti dari jam mem-posting ke dalam blog '30harisuratmenulissuratcinta'. Kalian tidur jam berapa, sih? Btw, ikutan #30hari ini jadi ketagihan nulis. :-)

Thank you very much. Wish you all the best. See you there, Mike.

Iin

12.2.13

#30HariMenulisSuratCinta

Akhirnya ide itu muncul ketika waktu mendekati jam 12.00. Pengikut Cinderella? Entahlah. Atau... memang titisan Cinderella? Halah.. ngarang! Program #30HariMenulisSuratCinta. Awalnya penasaran karena beberapa teman sering posting. Cari-cari tahu akhirnya coba-coba ikut menulis surat. Alhasil ketagihan. Lalu ada acara gathering. Datang, enggak, datang, enggak. Itu yang terpikir. Ingin datang karena penasaran dengan orang-orang di #30HariMenulisSuratCinta, kebetulan juga acaranya di Bandung. Tapi, segan juga ketemu sama orang-orang yang kebanyakan belum dikenal (walaupun nanti di sana pasti kenalan, kan.) Maklum, aku itu orangnya pemalu dan pendiam (meskipun banyak yang tidak setuju, ppfuh!). Beberapa orang yang ingin ditemui di sana antara lain:

Orang-orang yang terlibat dalam @Poscinta terutama @korekapikayu, tukang posku yang baik hati. Penjelasannya di surat besok aja. :-) Biar ada bahan buat menulis surat besok. @gembrit, karena setiap aku melihat lokasinya, jadi ingin pulang tapi malas di jalan. 

@I_am_BOA, sudah lama kita nggak ketemu, ya, Bet. Terakhir kita janjian mau ke Braga Festival bareng tapi dikau sakit perut. Nggak jadi, deh. Pasti kau makan sembarangan lagi, atau waktu makannya kacau balau? Kebiasaan! Bet, kemarin aku bongkar-bongkar lemari. Rencananya mau mencari catatan waktu pelatihan Pak Frans. Masih ingat, Bet? Aku menemukan kertas yang ada tulisan tanganmu. Ditulis sewaktu open mind akhir semester. Kau ingat isinya? Kau menulis begini, "Masukan: cuma perlu program tantangan." Hah! Sekarang sudah dapat, tuh, program tantangannya. Tapi aku belum merasa blend dengan tantangan itu. Bisa kau beri aku masukan lagi? Misalnya seperti ini, "Masukan: cuma perlu ke Korea, atau cuma perlu keliling Indonesia, atau (lagi) cuma perlu dapat beasiswa ke luar negeri. " Mudah-mudahan bisa terkabul seperti masukanmu waktu itu. Padahal saat itu tak pernah terpikirkan dengan yang namanya 'program tantangan'. Tidak! Tidak! Aku tidak akan bertanya-tanya tentang hal itu atau yang terkait di dalamnya. :-) 
Eh, nanti kalau gathering kita bareng, ya. @Hotarukika juga, ya. Setidaknya kalau ada yang dikenal aku lebih nyaman. Kan, aku pemalu. :-)

@noichil, karena sudah memberikan komentar pada tulisanku. 

Sudah itu saja. Sudah malam. Besok harus diskusi pagi-pagi. Mesti siap-siap dulu. Siap-siap membela diri. :-). Sampai bertemu di sana.

Untuk @I_am_BOA @noichil

10.2.13

Berdamailah dengan Dirimu.

Bandung, 10 Februari 2013, saat hujan sudah turun.

Hai, Kat sahabatku! Ternyata aku masih ingin menulis surat untukmu. Di luar hujan sudah turun. Lebat sekali dan sudah berkolaborasi dengan udara dingin. Sementara itu, aku masih belum punya keinginan untuk melanjutkan pekerjaan. Kat, mari kita teruskan saja pembicaraan tentang tentang dirimu. Semoga kamu sekarang sudah lebih lega dengan segala kerisauan hatimu. 

Beberapa hari ini, aku membaca pergulatan batinmu. Kenapa, Kat? Kamu masih 'berperang' dengan dirimu sendiri? Apakah rasa jenuh masih menguasaimu? Atau kamu masih merasa tidak mampu untuk mengelola tugas-tugasmu? Kat, aku tahu. Orang-orang selalu memandangmu sebagai sosok yang serba bisa. Seakan-akan kau tidak diperbolehkan untuk tidak berpikir. Kat, mungkin orang-orang lupa bahwa kamu adalah manusia biasa. Bukan manusia setengah dewa. Tenang, Kat. Aku mengerti itu. Jadi, tampakkanlah kamu sesungguhnya di depanku. Jangan berpura-pura kuat jika kamu sudah tidak mampu. Aku menerimamu apa adanya. Hmmm...atau kamu masih menyesali dirimu yang saat itu tidak menggunakan kesempatan dengan baik? Aku mengerti kecemasanmu kala itu, Kat. Kesempatan memang kadang tidak datang dua kali. Aku tahu betapa kamu menyesali itu. Aku tahu itu karena hanya padakulah kamu bicara jujur. Berdoalah bahwa akan ada kesempatan lain yang lebih baik daripada yang dulu. Yakinlah, Kat. Seyakin matahari yang masih tetap akan bersinar esok hari.

Kat, aku merindukan kecerewetanmu, tawamu, senyummu, dan teduh matamu. Berdamailah dengan dirimu, Kat. Agar aku tidak merasakan kegalauanmu lagi. Tegakkan kepalamu. Aku menunggu Kat yang dulu.  

Matahari Masih Bersinar

Bandung di siang hari yang mendung. 
10 Februari 2013

Hai, Kat! 
Apa kabar? Hari minggumu dilalui dengan senang hatikah? Sedang apa kau sekarang? Aku baru selesai membuat setengah dari target kerjaan hari ini. Aku butuh refreshing. Jadi kuputuskan aku menulis surat buatmu. 

Kamu baik-baik saja, kan? Apakah virus galau masih menghantuimu? Kat, terakhir kali aku berbincang denganmu, kau terdengar begitu lesu. Kamu bercerita kalau kamu sedang merasa sedih karena satu per satu temanmu pergi. Padahal, mereka adalah tempatmu bercerita dan tertawa bersama. Pada mereka kamu bisa bebas mengungkapkan apa yang kamu pikirkan. Pada mereka kamu tidak merasa takut rahasiamu akan tersebar. Mereka memiliki tembok-tembok yang kuat sehingga angin tidak akan mendengar ungkapan hatimu dan menyebarkannya pada dunia luar. Aku tahu, kamu adalah orang yang tidak mudah percaya pada orang lain. Bukan! Bukan! Kamu hanya pemilih. Memilih siapa yang bisa dipercaya untuk menjaga rahasia dan siapa yang suka bergosip. Kadang-kadang, perkataan kita bisa jadi begitu bervariasi ketika sudah beredar. Ajaib! Kat, aku tidak bermaksud mengguruimu. Aku hanya mengingatkan bahwa itulah hidup. Hidup tidak pernah datar. Selalu ada yang berubah. Itulah yang membuat hidup kita jadi berwarna, Kat. Di atas langit masih ada langit. Ada yang pergi, pasti akan ada yang datang. Siapa pun yang pernah ada di hatimu tidak akan pernah tergantikan. Jika kemudian ada yang datang lagi, dia bukan pengganti. Tapi penghuni baru ruang hatimu yang kosong. Aku meyakini hal itu, Kat. Kamu hanya perlu memasang mata dan telinga untuk menentukan siapa yang betul-betul kau percaya. 

Jangan bersedih lagi, Kat. Matahari masih bersinar. Semoga kamu pun begitu. Mudah-mudahan kita bisa bertemu secepatnya supaya kamu bisa mencurahkan isi hatimu.
Aku rindu tawamu, Kat. Sampai jumpa.

8.2.13

Catur dan Ayam

Hai, ponakan!
Kamu lagi apa? Ah pasti kamu sudah tidur. Kamu kan tidak bisa tidur malam. Lagi pula besok sekolah. Maaf, ya. Aku belum bisa pulang. Aku malas pulang sejak waktu perjalanan menuju ke sana semakin lama. Padahal, aku sangat ingin bermain catur denganmu. Terakhir kali aku bermain catur, kau sudah susah dikalahkan. Aku ingat ibumu pernah bilang begini padaku, "Kalau sama kamu aja ketawa-ketawa, kalau sama yang lain cemberut." Hmm... aku menangkap adanya nada cemburu. Waktu itu kamu lagi ngambek tapi begitu kita main catur, kamu ketawa-ketawa. Kemudian, kembali ngambek. Haha..

Kamu masih sayang dengan ayam-ayammu? Aku ingat, pagi-pagi bangun tidur bukannya ke kamar mandi, tapi kamu langsung lari ke kandang ayam. Memberi makan ayam dan bermain ayam. Pernah juga kamu mendatangi ibumu sambil menangis karena ayam-ayammu bertarung dan ada yang luka. Kamu minta ibumu mengobati ayammu yang luka. Kamu juga menamai semua ayam-ayammu dan hebatnya ingat semua nama-nama itu. Aku jadi ingat ayamku yang dulu aku pelihara waktu aku SD. Semoga kamu masih tetap sayang binatang, ya, Nov. Kamu juga pecinta kucing juga. Kucing tetangga. 

Semoga kamu masih tetap PD. Se-PD waktu kamu ikut lomba hafalan surat pendek dan bilang ke ibumu, "Bu, kayaknya Novan menang, deh." Ternyata kamu memang menang. Tetaplah konsisten dengan aturan. Seperti sehari-hari kamu selalu mematikan TV kalau adzan maghrib terdengar. Tetaplah suka dengan mobil. Siapa tahu jika kamu besar nanti kamu jadi pencipta mobil (amin). Kalau mau bermain layang-layang, tunggu sampai ngajinya beres. Jangan minta duluan baca terus pulang untuk bermain layang-layang. Kalau ada layangan yang nyangkut di pohon, tidak perlu kau tunggu sampai layangannya jatuh ke tanah. Lebih baik kamu beri makan lele di kolam atau ayam-ayammu.

Sampai ketemu lagi. Mungkin bulan depan aku pulang. 
Love you.

Re: Hadiah Untuk Dikenang

Bandung, 8 Februari 2013 jam 7.50 PM. 

Pagi hari setelah semalam mengirimkan surat sebagai 'hadiah untuk dikenang' datanglah sebuah balasan dari pemeran utama. Perlu diluruskan, si pemberi hadiah bukan psikolog. Cita-citanya aja jadi psikolog, hehehe...

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lampu kamar aku nyalakan kembali karena sebuah surat meluluhkan hatiku, jadi ingin menulis juga. Andai orang itu seorang namja (laki-laki) aku pasti sudah jatuh hati padanya, entah kenapa suratnya begitu menyentuh.

Awalnya aq tidak berniat untuk memberitahu siapapun akan kepulanganku. aku benci sekali perpisahan. benci sekali. Awalnya, teh devi (salah seorang kakak kos) menanyakan lemari, aku berfikir ia tidak puas dengan lemari kamarnya jadi aku menawarkan lemari kecilku dan aku bilang aku akan pulang. Aku mengatakannya juga. Ia pun mengatakan hal itu ke kakak psikolog (begitu aku memanggilnya) bahwa aku memutuskan pulang. dan hasilnya aku menerima sebuah surat dalam blognya, entah suratnya yang terlalu menyentuh ataukah aku terharu ada seseorang yang sengaja menulis surat untuk anak yang tak tahu arah ini.

Dalam suratnya, ia bilang dia akan kehilangan partner berbincang soal drama korea. iya, kami sama2 penggemar korea, itu mungkin salah satu alasan kami cepat berbaur, kami selalu berbagi harta (drama korea). Dalam suratnya juga ia meminta maaf atas kuisioner yag belum ia selesaikan, ia bilang akan berusaha menyelesaikan sebelum aku pulang. "Kak, nanti saja ceritakan tentang diriku saat aku sudah tak di sini." Aku ingin mengatakan ini padanya.

Ia mengungkit bagaimana dia akan kehilangan teriakan sebalku kalau aku tidak puas dengan drama yang aku tonton begitu juga saat aku tidak puas dengan pemainnya. Aku ingat saat pertama kak psikolog masuk kamarku (ia orang pertama yang masuk kamarku walaupun aku berusaha menutup rapat pintu berharap tidak ada yang mengenalku), saat itu kami sedang mengikuti drama "I MISS YOU" yang pemeran lelakinya adalah Yoochun, aktor favoritku, dan celakanya pemeran wanitanya adalah aktris yang sangat tidak aku suka, Eun Hye. Saat itu aku mengomel habis-habisan, "Kenapa sih aktrisnya harus Eun Hye? emang aktris yang lain pada sibuk apah?" dan kak psikolog pun tertawa terbahak-bahak. Menyebutkan hal itu dalam suratnya, aku terharu. kenapa? karena ia masih mengingatnya, mengingatku.

Dan, kata-kata terakhirnya yang membuat airmataku semakin deras (lebay, gak sederas hujan hari ini) saat ia menulis bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik dari apa yang kita fikirkan. Aku seperti memliki harapan walau sedikit bahwa apa yang aku alami di sini adalah yang terbaik buatku, mulai dari insiden gagalnya aku masuk infomedia, sampai aku kehilangan blackberry yang aku tabung dari hasil usahaku, dan trauma yang aku alami karena laki-laki jahanam dengan tatoonya itu hampir menusuk pinggangku dengan pisau. Aku yakin semua itu yang terbaik dari Allah, yang perlu aku lakukan adalah berusaha dan berdoa.
Terima kasih untuk kak psikolog, walaupun hanya satu surat tapi bisa memberikan aku semangat besar. Aku juga akan kehilangan kak psikolog, karena aku tidak bisa meminjam buku-buku korea lagi, oya hal terbaik aku stay di sini adalah aku bisa menguasai bahasa korea lebih baik dari sebelumnya karena buku yang kak psikolog pinjamkan sangat bagus. :)

Aku, tidak pandai menulis, tapi ini adalah kutulusanku, terimakasih kak untuk suratnya, untuk dramanya, dan untuk buku koreanya. oya kak, 1 lagi, tolong titip Teh Elis, ia orang pertama yang membawaku ke Braga dan mentraktirku mi ramen, waktu itu ia seperti seorang hero bagiku, sangat keren.

Kamar ini, aku akan merindukannya.

12.00 AM, Bandung.
 — with Iin Indriyati.

5.2.13

Hadiah Untuk Dikenang

5.2.2013, jam 10 malam lewat 20 menit.

Hai, Vi.
Selamat malam. Tadinya hari ini aku mau libur menulis. Tapi setelah mendengar ceritamu tadi sore menjelang maghrib, aku jadi ingin menulis surat. Anggaplah sebagai hadiah. Untuk melepasmu kembali ke kampung halaman. Sebagai pengobat rindu kalau-kalau kau di sana teringat aku. Jiah... Ge-er. Hehehe... Menulis di malam hari weekday, seakan akhirnya menjadi kebiasaan. Aku menemukan pengantar tidur selain baca buku, dengar musik, atau menonton film. Ini juga merupakan replacement terhadap hal-hal yang kurang menyenangkan. Lumayan, bisa melupakan ingatan yang memang ingin dilupakan. 

Aku belum skoring kuisioner yang sudah kau isi. Belum selesai tepatnya. Karena sebagian sebenarnya sudah selesai aku kerjakan. Mudah-mudahan sebelum kau pergi, aku sudah bercerita padamu tentang dirimu. Semoga kau lebih mengenal dirimu setelah aku bercerita. Membayangkan kau tidak ada di sini lagi, aku akan kehilangan partner berbincang tentang K-drama. Tidak ada lagi barter film. Tidak ada lagi teriakan sebalmu jika apa yang terjadi di drama tidak sesuai dengan harapanmu. Tidak ada lagi kekesalanmu pada aktor-aktris yang filmnya kau tonton. Seakan-akan kau benar-benar ada di antara mereka. Sampai buat status berbagai macam mengenai ketidakpuasanmu itu. Lucu deh melihat reaksimu (*tertawa*).

Vi, jangan takut padaku hanya karena aku bisa menangkap kegalauan hatimu. Aku sudah terbiasa untuk mengamati keadaan sekeliling. Itulah 'senjata' kami (orang-orang yang mengambil bidang studi 'itu'). Aku bukanlah paranormal dengan baju hitamnya atau dukun dengan dupa-nya. Tapi aku adalah aku dengan mata dan telingaku. Aku tidak bisa meramal seseorang. Vi, mengenalmu baru sebentar, tapi aku yakin sudah banyak yang bisa kau dan aku ceritakan tentang pertemanan kita di sini. Oh ya, jangan lupa. Sebelum pergi, tolong kembalikan buku-buku yang kau pinjam dariku. Hehehe... Terus berusaha, ya, Vi. Jangan ragu untuk bermimpi karena mimpi adalah setengah dari cita-cita. Selamat berjuang, Vi. Allah pasti punya rencana yang lebih baik dari yang kita pikirkan.

Selamat tidur, Vi. Semoga kau bertemu Go Nam Soon di mimpimu. Jika bertemu, kirimkan salamku padanya.Ceritakan semua kejengkelanmu padanya. Itu akan membuatmu merasa lega. Selamat malam, Vi. Selamat jalan. Semoga selamat sampai tujuan. Annyeong.

'Aku si Tetangga Sebelah' 
Bandung, 5.2.2013, jam 11 malam lewat 04 menit.

Tidak Usah Datang ke Duniaku


casper-movie.blogspot.com
4.2.13, 14 menit menuju 00.00

Kupikir sudah mau pergantian hari. Ternyata masih jam 22 sekian menit. Itu terjadi sejam empat puluh menit yang lalu. Sekarang sudah mau mendekati jam 12 malam. Waktunya Cinderella berganti rupa ke bentuk semula. Tanpa sadar aku membawa-bawa nama Cinderella. Padahal aku kan mau cerita tentang Casper, si hantu yang ramah. Jangan tanya kapan aku suka Casper. Aku lupa. Dulu, waktu aku kuliah, aku tergila-gila dengan Casper. Sampai-sampai, segala hal yang bergambar Casper aku beli dan dikoleksi. Gara-gara itu, temanku sampai sekarang masih memanggilku Casper. Padahal (lagi), poster yang aku beli di toko depan kosan, segala benda-benda bergambar Casper lainnya sudah menghilang entah kemana. Kecuali VCD-nya. Aku ingat sekali. Dulu aku sering meminjam film di rental VCD. Ada VCD Casper. Aku minta si pemilik rental agar 'melepas' VCD tersebut untuk kubeli. Akhirnya aku berhasil membawa VCD itu ke rumah (a.k.a beli). Kemudian, aku kehilangan 1 box VCD koleksiku termasuk film itu di dalamnya. Untunglah kemudian VCD itu dijual di toko buku terkenal. Sale. Langsung kubeli.  

Bicara tentang Casper sebenarnya aku lebih suka film layar lebarnya dari pada kartun di televisi. Di film itu, aku baru tahu yang namanya Devon Sawa. Si Casper waktu jadi manusia. Ya ampuunn, waktu itu dia terlihat lucu. Sampai aku deg-deg-an waktu nonton dia. Begitu juga ketika aku menonton Casper untuk yang kedua kalinya (film yang sama). Deg-degannya masih ada. Ruarr biasa. 

Aku hanya suka hantu yang namanya Casper. Nggak suka hantu yang nyata-nyata di depan mata. Aku tidak mengharapkan bertemu teman-teman Casper yang sesungguhnya. Takut, ah. Sok berani kalau lagi cerita-cerita hantu tapi begitu sendirian dalam kegelapan (karena mati lampu) ngeper. Kalau sudah berpikir macam-macam, aku harus menyalakan lampu tidur. Menghilangkan ketakutan. Jadi, hai teman Casper, tidak usah datang ke duniaku, ya. 

Wah.. ternyata sudah tengah malam. Saatnya Cinderella kembali dulu, ya.... Have a nice dream. 

Penggemar Devon Sawa dan Bill Pulman (dua-duanya ada di film Casper)

3.2.13

Spontaneous Memory

Bandung, 3.2.2013 
Saat Bandung diguyur hujan di malam hari, tiba-tiba aku teringat kamu. Ucapanmu dulu membuat aku sebal. Mungkin kamu tidak ingat. Kejadiannya sudah lama sekali. Waktu itu kita bertemu di pinggir jalan. Lalu kamu bertanya aku kerja di mana. Aku jawab kalau aku guru TK. Reaksimu? Berkata seperti ini, "Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau cuma jadi guru TK." Heiii!!! Wake up, girl. Justru guru anak usia dini itu harus berpendidikan tinggi. Kalau tidak, apa jadinya generasi muda kita. Salah menanam, menghasilkan panen yang gagal. Perilaku seseorang itu 'terbentuk' sejak dia kecil. Mungkin kamu belum tahu karena kamu tidak belajar tentang perkembangan anak seperti aku. Toh sekarang kamu tetap bertanya kepadaku tentang perkembangan anakmu. Mungkin banyak orang yang pendapatnya sama dengan kamu. Hallooo!! Kalau pemikiran itu diteruskan, kalian ketinggalan jaman, deh.. Yang jelas, meskipun banyak orang yang berpendapat begitu, tapi aku tetap menjalaninya sampai sekarang. Karena aku punya keyakinan. Aku bahagia kalau muridku jadi 'bisa' dari 'tidak bisa'. Aku bahagia ketika muridku jadi 'tahu' dari 'tidak tahu'. Aku senang melihat muridku melakukan sesuatu untuk mencari tahu. Aku senang muridku bisa menggambar sendiri tanpa meniru gambar orang dewasa. Aku bangga muridku bisa mewarnai sesuai warna pilihannya sendiri tanpa harus memberikan gradasi pada gambarnya. Aku senang muridku bisa bercerita dengan spontan tentang dirinya, karyanya, teman-temannya, gurunya, kegiatannya, keluarganya, dan tentang apapun. Aku senang ketika muridku tumbuh menjadi manusia unik, yang bisa menghargai orang lain, membantu sesama, hormat pada orangtua, dan takut pada tuhannya. Aku bangga jadi gurunya. Semoga kamu sekarang sudah lebih 'terbuka' pemikirannya.

^Aku yang bangga jadi guru^


Aku Belajar Darimu

3.2.2013
Hai, muridku. Apa kabar? Semoga kamu sedang menjalani quality time bersama mama, papa, dan adikmu. 

Muridku. 
Pasti kamu tidak tahu. Tidak tahu bahwa sebenarnya aku mengagumimu. Tidak tahu bahwa sebenarnya kamu adalah sumber inspirasiku. Tidak tahu bahwa sebenarnya aku belajar darimu. Tidak semua guru itu tahu segalanya. Kadang kala, guru merasa bahwa murid harus mengikuti jalan pikiran guru. Kamu yang mengajari aku. Ternyata ada sudut pandang lain yang mesti aku lihat. Tidak hanya melihat dari sudut pandangku. Aku masih selalu ingat pada peristiwa di mana aku belajar tentang 'sudut pandang lain'. Kamu ajari aku walapun tidak secara langsung. Kamu punya jalan pikiran yang berbeda dengan teman-temanmu. Itulah salah satu pertanda kecerdasanmu. 

Saat ini, kamu sudah bertambah besar. Aku mengenalmu sejak usiamu 5 tahun. Kamu dulu menyukai dramatisasi. Ayahmu pernah bercerita bahwa kamu seringkali berpura-pura jadi guru dan memaksa orangtuamu menjadi murid. Kegiatan dramatisasi ini akan berlangsung berjam-jam. Selama itu pula, kamu tidak membiarkan orangtuamu untuk berhenti menjadi murid. Tahukah kamu? Role play yang kamu mainkan secara tidak langsung bercerita pada orangtuamu tentang guru-gurumu. Ah..orangtuamu jadi tahu bagaimana tindak-tanduk kami -para guru- ketika mengajar di sekolah. Mengingat itu, kadang aku jadi malu. Apakah kamu masih menyukai bermain drama seperti itu?  

Kamu semakin besar. Suatu ketika, gurumu pernah bercerita tentang nilai-nilaimu yang  menurun. Padahal, kamu adalah anak yang cerdas. Tapi ketika kamu berada di kelasku, aku melihat antusiasme dalam dirimu. Aku senang. Antusias. Seseorang mengatakan bahwa antusias berasal dari bahasa Yunani: 'en' dan 'theos' yang artinya 'di dalam Tuhan'. Itu artinya Allah bersamamu. Jika kamu tidak menunjukkan kemampuanmu yang sebenarnya, kamu mungkin sedang merasa kesulitan. Apa pun kesulitanmu, Allah pasti menolongmu. Berdoalah dan tetap berusaha. Aku akan mendoakanmu. 

Gurumu. 

Minggu Pagi dengan Secangkir Teh atau Kopi

Bandung, 3 Februari 2013

Foto diambil dari 123rf.com
Minggu pagi membicarakan teori tentang otak? Hiyyy.... Sounds seriously. Tapi, kalau sambil minum teh atau ngopi sambil ngemil sedikit ditambah musik pasti jadi asyik. Sambil nge-teh atau ngopi, ayo kita ingat-ingat! Pernahkan kita mengalami kecemasan atau ketegangan saat kita belajar? Begini, deh.. Coba ingat-ingat pelajaran atau mata kuliah yang guru/dosennya galak. Apa yang kita rasakan kalau guru/dosen galak itu sedang mengajar kita? Apakah kita bisa menyerap materi yang diberikan dengan baik? Hmm... sepertinya tidak. Ya, informasi yang diberikan dalam keadaan yang tidak menyenangkan tidak akan diserap secara efektif. Mengapa? Karena, dalam keadaan tegang, batang otak kita yang bekerja. Batang otak berfungsi untuk mempertahankan diri dari hal-hal yang mengancam diri kita. Nah.. lain  halnya jika kita berada pada kondisi yang menyenangkan. Jika kita berada pada kondisi yang menyenangkan, maka limbik akan terbuka. Limbik adalah bagian otak yang berkaitan dengan emosi. Dengan terbukanya limbik berarti maka kita dalam keadaan siap belajar. Itulah mengapa pada pendidikan anak usia dini ada kegiatan circle time. Kegiatan ini sebenarnya untuk mengawali kegiatan sekolah agar anak memiliki perasaan yang menyenangkan ketika ia berada di sekolah. Sebagai proses adaptasi juga dari  peralihan keadaan rumah ke situasi sekolah. Jika anak merasa senang, limbik terbuka, dan informasi akan mudah diserap olehnya. Apakah hanya berlaku untuk anak usia dini saja? Tentu tidak! Pada prinsipnya, berapa pun usia kita, mengawali kegiatan belajar dengan hal-hal yang menyenangkan akan membuka limbik kita. Limbik terbuka, belajar tidak sengsara. Ayo, ah..teman-teman guru. Kita coba, yuk! 

Upss... Ternyata tehnya sudah habis. Baiklah. Have a nice weekend

^이인^ 3.2.13

1.2.13

Aku Tak Bisa Membalik Waktu

Bandung, 1 Februari 2013, di malam hari.

Hai kawan-kawan eks Ciheulang 15c (dan yang masih setia tinggal di sana). Sedang apa kalian? Kadang-kadang aku berandai-andai. Seandainya ada mesin waktu atau doraemon, sesekali aku ingin kembali ke saat-saat itu. Hanya untuk melihat kembali. Berbagai kenangan baik suka maupun duka kita lalui bersama. Dulu, setiap malam minggu Dago selalu ramai. Banyak yang ngamen, menjual mawar, live music, penjual makanan, kafe-kafe dadakan maupun yang sudah tetap, dan keramaian orang. Pada saat-saat tertentu, kita menjadi bagian dari keramaian itu. Jalan-jalan menikmati ramainya Dago atau main bowling di suatu tempat di ujung Dago. Pulang jalan kaki karena sudah tidak ada angkot. Tapi kita tetap merasa fun. 

Kita pernah jalan-jalan ke Tangkuban Perahu. Naik angkot dari Lembang ke Tangkuban Perahu. Ingat? Waktu itu, angkot kita masuk ke daerah yang banyak pohon-pohon dan kita ketakutan. Takut diculik. Hahaha.. Jadi kita mendadak minta turun sampai sopir angkotnya bingung. Tapi kita keukeuh minta turun. Lalu, kita nebeng mobil bak terbuka. Kita naik di belakang. Banyak yang orang melihat kita di sepanjang jalan. Mungkin mereka heran. Mengapa cewek-cewek cantik ini naik mobil bak terbuka. Tapi kita cuek dan alhasil kita sampailah di tempat tujuan.

Sahabat-sahabatku yang sekarang bertebaran di mana-mana. Dulu kita pernah nonton konser musik. Meskipun mendung dan akhirnya hujan, kita tetap pergi. Waktu itu, banyak band-band yang manggung di pertunjukan tersebut. Ada Peterpan yang saat itu masih belum terlalu ngetop, Jikustik yang sudah ngetop, dan yang lain-lainnya aku lupa. Aku ingat waktu Jikustik manggung, Pongki sang vokalis jatuh terpeleset karena lantai panggung basah sisa hujan. Aku masih ingat ia bilang begini, "Sumpah gua malu." Hehehe.. Masih pada ingat nggak, sih?

Satu lagi yang sering kita lakukan. Dulu, kita punya koki handal. Sering kita masak-masak dan kemudian kita makan bersama-sama. Makan-makan di rooftop yang sehari-hari digunakan untuk tempat jemuran. Apalagi ya...? Oh ya, aku ingat. Pagi-pagi ada yang masuk kamarku dan menyanyikan lagu 'Selamat Ulang Tahun'. Padahal aku ulang tahun besoknya. Dia yang suka menyanyi dengan suara fals dan nada yang tidak jelas. Pernah juga ada yang datang dari jalan-jalan (dengan teman-temannya) dan berkata, "Mbak, aku malu banget. Aku bilang dengan suara keras: Ngapain jauh-jauh kalau cuma ke Wilujeng Sumping. Di Bandung juga ada." Ya jelas ada di mana-mana si wilujeng sumping ini. Keset pun tulisannya wilujeng sumping yang artinya selamat datang, bukan nama restoran.

Sayangnya, aku tidak bisa membalik waktu. Aku tidak bisa menemukan mesin waktu atau doraemon yang membawa kita kembali ke sana meski hanya sekedar napak tilas. Ya, waktu terus berjalan. Aku hanya bisa mengenang. Suka dan duka. Kalau diingat-ingat lucu, ya. Banyak yang bisa dikenang. Jalan bareng, makan bareng, nonton bareng, tertawa-tawa. Bahkan pertengkaran juga pernah kita alami. Namanya hidup pasti tidak pernah datar. Live is never flat. 

Friends, kalau kita kenang, mungkin tidak akan selesai dalam satu malam. Kita sekarang menjalani hidup masing-masing. Tersebar di mana-mana. Hari sudah semakin malam. Aku ngantuk. Semoga kalian bahagia dan kapan-kapan kita ketemuan, ya. 


Aku yang sudah jauh berbeda dibandingkan dulu.