30.1.13

Maaf, Salah Ingat Tanggal, Mbak.

30 Januari 2013
Mbak Tami sayang, selamat ulang tahun. Maaf ya, aku salah ingat tanggal. Ingatnya Mbak ulang tahun besok. Padahal kan hari ini, ya. Untungnya diingatkan di ujung hari ini. 

Mbak, beberapa hal kita mirip, lho. Contoh, rambut kita sama-sama tebal. Sudah ada yang bilang rambut Mbak kayak sapu? Temanku pernah bilang begini, "Rambutmu itu bisa buat nyapu." Itu karena rambutku tebal. Sama seperti rambutmu. Semoga tidak ada orang yang bilang seperti itu sama Mbak. Terus, ibumu yang notabene kakakku pernah bilang, "Tuh Tami kalau punya keinginan kayak kamu." Hehehe... Ya.. namanya juga tante dan ponakan, wajarlah kalau mirip. Dan yang lebih spektakuler adalah hobi kita sama, Mbak. Cuma beda aliran. Kau aliran K-pop, aku aliran K-drama. Jadilah kita berdua membuat tebak-tebak tentang nama-nama anggota grup K-pop buat Novan, adikmu yang masih SD itu (a.k.a ponakan aku juga). 

Mbak, umurmu bertambah lagi setahun. Kamu sudah bertambah besar, Mbak. Sekarang kamu sudah remaja. Rajin belajar, ya! Jangan lupa bantu-bantu ibu biar ibu nggak terlalu capek. Kalau ibu minta Mbak mengerjakan sesuatu, cepat dikerjakan. Kalau waktunya shalat, cepat shalat. Jangan buat ibu jadi kesal terus jadi ngomelin Mbak. Mbak itu terlalu cantik untuk diomelin. Sayang. Jadi Mbak harus dengar kata ibu. Jangan sering-sering update status facebook atau twitter. Kasian pulsa hp Novan jadi berkurang terus. Lama-lama orang jadi bosan bacanya, lho, kalau tiap menit update status. Bisa-bisa orang menganggap Mbak nggak punya kerjaan lain selain facebook-an atau twitter-an. Mbak, aku nggak ingin cuma jempolmu yang membesar karena sering memencet keypad HP. Mbak, jaga adik-adikmu, ya. Mereka nurut kalau sama Mbak. Jadilah contoh yang baik buat adik-adikmu. Ok, Mbak? Sekali lagi selamat ulang tahun. Semoga Allah selalu menjaga Mbak, ibu, ayah, Novan, Mas Iki, dan keluarga kita. Sampai ketemu, Mbak.

Tante Iin

29.1.13

Menghilang

Haiii,Teman! 
Kamu ke mana? Pelan-pelan menjauh lalu menghilang. Tanpa kabar berita. Jangan-jangan saat terakhir kita sms-an, dirimu sudah jauh dari kota ini. Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu pergi? Setidaknya kalau kau pamit, aku akan membekalimu dengan serangkaian doa. Ya, doa. Hanya itu mungkin yang bisa aku berikan. Tidak..tidak! Aku memberimu memori indah. And vice versa. Kamu juga sudah mengisi ingatanku dengan memori yang asik untuk dikenang. Kamu ingat? Setiap kali pulang sekolah, kamu pasti sudah siap dengan segala cerita remajamu. Sekolah, teman-teman, bintang film dan penyanyi K-Pop, dan apa pun. Ehmmm... termasuk guru yang kamu keceng karena mirip bintang K-pop yang kamu suka. Uhuy!! Bisa heboh dunia persilatan kalau kau cerita tentang dia. Tapi justru itu yang membuat rumah kita ramai, hehehe...

Temanku, kamu suka sekali buat keributan. Kalau sedang bercerita, suaramu yang cempreng dan teriakan-teriakanmu itu begitu cetar membahana (pinjam istilah artis terkenal itu). Gaya belajarmu yang visual kadang membuatku susah untuk menjelaskan sesuatu secara lisan. Kadang kamu sering salah mengerti bahasa tulisan. Akhirnya, aku pun harus menjelaskan lagi satu demi satu. Tapi sesudah itu kita akan tertawa bersama-sama. 

Bagaimana kabarmu di sana? Apakah kamu di sana merindukan aku dan teman-teman kita di sini? Apakah kamu masih ingat kebiasaan teman-teman kita di malam hari? Ingatkah siapa yang suka 'mengobrak-abrik' lemari baju sambil berkata, "Pakai baju apa, ya.." lalu ia mulai melakukan 'peragaan busana'? Siapa coba yang begitu pulang kerja sering bilang, "Lapar!!" Lalu, ada teman kita yang tidak pernah absen untuk mandi sepulang kerja. Aha! Kalau orang yang sepulang kerja selalu berhadapan dengan layar 10 inci-nya, kemudian mengetik entah membuat program atau menonton film, siapakah dia? Oh ya, kamu suka sekali berdiam diri di kamarku. Kamu ingat tulisan 'Chanyeol' yang kamu tulis di pohonku? Pohon besar itu masih tertempel di pintu kamarku. Sepertinya sekarang tulisan itu masih ada. Ingatkah kamu semua itu? Tidakkah itu membuatmu kangen untuk kembali ke sini?

Temanku, apakah kamu masih menikmati pekerjaanmu sebagai admin fanbase EXO? Dulu, aku selalu menggodamu karena nama grup musik favoritmu itu mirip dengan merk air mineral yang ada di kantorku. Dan kamu sering marah-marah jika aku sudah mengungkit-ungkit hal itu. Teman, di mana pun kamu berada, semoga kau senang dengan apa yang kau jalani sekarang. Semoga kau bisa mengurai satu demi satu benang-benang itu dan menguntainya menjadi bentuk yang indah. Jangan pernah berhenti bermimpi. Dengan bermimpi, kamu akan tergerak untuk mewujudkannya. Hwaiting, Chingu. Sampai berjumpa kembali. 

N.B. 
Oh ya, botol minum yang kau titipkan masih ada di sini. Kapan mau diambil? Kutunggu, ya. Bye!!



Makin Panas

Teman, 
Aku mau cerita. Begini. Aku mulai sering mendengar ini, "Bandung, kok, panas. Nggak sedingin dulu." Begitu kata orang luar Bandung yang datang lagi ke Bandung setelah sekian lama tidak berkunjung. Kalau orang Bandungnya sendiri sering bilang, "Panas banget," sambil kipas-kipas. Ya.. Bandung sekarang panas. Masih ada sih, hawa dinginnya, kalau lagi dingin. Semakin tambah umur semakin panas. Semakin banyak orang mengeluh kepanasan. Dulu, pendingin ruangan tidak diperlukan, sekarang laris manis. Mengeluh tidak menyelesaikan masalah, Temanku. Sebanyak apa pun keluhan kita tentang panasnya Bandung sekarang, nggak lantas cuaca jadi berubah. Jadi, nggak usah ngeluh deh. Tidak akan mengubah keadaan. Menyalahkan cuaca? Menyalahkan lingkungan? Menyalahkan keadaan? Ah, rasa-rasanya kita, para manusia, yang perlu disalahkan. Kita tidak menjaga titipan Allah dengan baik. Mungkin juga karena pengaruh alam yang umurnya sudah semakin tua. Nah.. kalau yang ini, kita memang tidak bisa berbuat apa-apa. Mengatur jagat raya bukan kemampuan kita. Tapi setidaknya kita bisa menjaga lingkungan kita, kan, Teman. Menanam pohon, mengurangi polusi, bisakah kita lakukan?

Teman, sudah sore. Sebentar lagi gelap. Aku tidak bisa cerita banyak. Sudah mau hujan pula. Aku mau pulang dulu. Sampai ketemu lagi, ya. 

27.1.13

Pak, Apakah Aku Bisa?

Pak, apa kabar? 
Semoga Bapak selalu sehat. Aku dag dig dug der kalau ada kabar Bapak tidak enak badan. Walaupun cuma masuk angin, tetap saja aku khawatir. Semoga Allah selalu memberimu kesehatan, Pak. Amin.

Pak, Bapak tahu kan, kalau anakmu yang satu ini suka sekali menonton film. Tadi malam aku nonton film. Judulnya 'School 2013'. Di film itu ada suatu adegan yang menarik perhatianku. Ada guru senior (dan sudah agak tua) dan ada guru baru. Guru baru sedang merasa khawatir karena temannya tidak datang mengajar. Sang guru senior melihat kekhawatiran guru baru tersebut. Ia kemudian berkata. Hanya 2 kalimat, Pak. Tapi membuat aku berpikir. Kata guru senior pada guru baru, "Jangan khawatir, dia akan datang. Ke mana lagi seorang guru akan pergi kalau bukan ke sekolah?" 

"Jangan khawatir, dia akan datang. Ke mana lagi seorang guru akan pergi kalau bukan ke sekolah?" Perkataan sederhana, ya, Pak. Tapi cukup dalam maknanya. Pak, apakah kalau aku malas pergi ke sekolah berarti aku bukan guru? Apakah kalau aku merasa 'berat' pergi mengajar berarti aku kehilangan passion sebagai seorang guru? Pak, waktu Bapak banyak dihabiskan untuk mengajar. Apakah Bapak selalu 'kembali' ke sekolah? Bapak adalah temanku berdiskusi tentang profesi kita. Bapak juga sering cerita tentang kebijakan-kebijakan yang selalu berubah-ubah. Tapi, Bapak tetap mendukung aku dengan profesiku sekarang. Bapak memang tidak pernah terang-terangan mengatakan 'bangga' karena aku berprofesi seperti Bapak. Tapi aku ingat sewaktu Bapak bertemu dengan teman Bapak di tempat praktik dokter. Waktu itu, Bapak mengatakan padanya bahwa aku seorang guru, sama seperti Bapak. Aku merasakan kebanggaanmu saat Bapak berbicara pada teman Bapak itu. 

Pak, ingatkah Bapak? Kala itu, aku berkata aku mau ke Indonesia Timur. Bapak berkata, "Nggak usah macam-macam." Tapi Bapak langsung memberikan lampu hijau ketika aku mengatakan kalau aku mengajar di sana. "Oh, kalau ngajar nggak apa-apa," begitu kata Bapak. Pak, ternyata jiwa mengajarmu tetap kau miliki meskipun kau sudah pensiun. Apakah aku bisa seperti Bapak? Tetap memelihara api semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sampai saat ini. Apakah aku bisa selalu 'kembali ke sekolah' seperti perkataan guru senior dalam film itu? Pak, rasanya aku malu padamu jika mengatakan, "Aku tidak bisa". Di usiamu yang sudah renta, kau masih mengajari orang-orang. Jiwa 'guru' masih berkobar pada dirimu. Pak, aku bangga padamu, aku bangga jadi anak guru, tapi apakah aku bisa memiliki semangatmu? Semoga Bapak selalu dilindungi Allah. Amin.


Anak Bapak.

25.1.13

Apa Kabarmu Hari Ini, Hatiku?

Hatiku,
Apa kabarmu hari ini? Tampaknya suasanamu sedang tidak bagus saat ini. Dimulai sejak membaca email indah yang penuh dengan warna merah pada pagi hari. Kemudian, cerita tak menyenangkan yang diberitakan seseorang. Keduanya lalu berkolaborasi membentuk sebuah rasa yang tidak enak padamu dan mulai menggelitik pikiranku. Suatu pikiran buruk, "Ah.. aku gagal." 

Ternyata, tidak hanya berhenti sampai di situ. Sebuah berita datang dengan tiba-tiba. Padahal, aku sudah membuat rencana sebelumnya. Mulai dari membatalkan sebuah janji dan kemudian membuat janji baru. Apa jadinya sekarang? Ah, Hatiku, mungkin suasanamu sudah seperti berbagai buah yang dicampur jadi satu lalu diblender. Rasanya nggak jelas. Campur aduk. Hatiku, Tuhan memang maha pembolak-balik hati. Dia pemilik segalanya. Berserah dirilah pada-Nya. Niscaya kau akan tenang kembali, Hatiku. Ingatlah, kamu milik diriku. Akulah yang berhak menentukan seperti apa suasana hatiku. Hatiku, perubahan suasanamu membuat hidup jadi lebih hidup. Itulah yang membuat hari-hariku berwarna.

Hatiku, semoga suasanamu cepat kembali membaik. Aku berdoa untukmu dan untukku. 


24.1.13

Peri Gigi Temanku

Hai, Peri Gigi! 

Apa kabar? 
Masih sibuk dengan tikus-tikus di rumah dinas? Atau masih mencari-cari kaset selain Rhoma Irama dan artis dangdut lainnya? Suara dangdutan masih terdengar di sana? Nikmati sajalah, Teman, selama tidak merugikan dirimu, hehehe....

Temanku, 
Kalau diingat-ingat, aku tidak tahu kapan persisnya pertama kali kita kenalan. Sepertinya aku ada masalah dengan ingatan. Sampai-sampai gara-gara ingatan ini, aku pernah bersikukuh pada psikolog bahwa aku disleksia. Sekian kali aku mengatakan itu, sekian kali pula aku ditolak. Ditolak bahwa aku dyslexic. Ya sudahlah. Kembali ke masalah ingatan. Oh ya, aku ingat. Pertama kali, kita bertemu di gang yang cukup terkenal di Jatinangor. Ciseke. Waktu itu kamu mau nonton bola. Cuma aku tidak ingat hari, tanggal, bulan, dan tahunnya. Kamu adalah teman kos dan teman kuliah temanku. Hehe.. Tidak bisa dijawab hanya dengan dua kata seperti: "Temen kuliah" atau "temen TK/SD/SMP/SMA" atau "temen kos" atau "temen les". 

Peri Gigi, 
Di mataku, kamu adalah dokter yang penuh dedikasi. Memutuskan diri untuk mengabdi pada negara ke pelosok Kalimantan. Bahkan, ke daerah yang orang lain tidak pernah tahu. Termasuk aku. Kamu rela harus naik perahu supaya bisa sampai ke tempat praktik. Tapi... Ketika aku mengungkapkan keinginan yang sama, ketika aku ingin ke Indonesia timur untuk mengajar, kau melarangku. Kamu lebih memilih kamu yang merasakan kesulitan di sana daripada nanti aku yang merasakan kesulitan di tempat yang sama terpencilnya. Kamu menyembunyikan kesulitan-kesulitanmu dari orang-orang terdekatmu. Hanya karena kamu tidak ingin mereka khawatir denganmu.

Peri sahabatku, 
Kau sungguh baik hati. Rela berkorban demi orang lain. Sampai suatu ketika kau terluka begitu dalam. Jangan menyesal pernah berbuat baik, Temanku. Berdoalah agar Tuhan memberimu ganti yang lebih baik. Ingatlah. Saat kau 'jatuh', saat kau sedih, saat kau terluka, kau masih punya sahabat-sahabat lain yang menyayangimu. Teman-teman yang menerimamu apa adanya. Teman-teman yang membuka tangannya untukmu. Jangan biarkan orang lain meluluhlantakkan hidupmu. 

Temanku, 
Aku merindukan saat-saat kita jalan bersama. Menelusuri rute wajib yang harus dilalui: Gramedia Merdeka, Ciwalk dengan Elizabeth dan Sasukanya, dan tentu saja makan ramen kesukaanmu di sana. Kalau kamu pulang ke Bandung, aku ajak makan di tempat yang lain. Tomyam, hehehe... Masih di Ciwalk juga. Mall favorit aku. Aku kangen nonton bersama, cerita-cerita, dan tertawa-tawa denganmu. 

Peri Gigi temanku, 
Raih cita-citamu. Aku ada jika kau perlu aku. Aku tunggu kabar gembiramu. Selamat berjuang. 


Temanmu.
Iin

22.1.13

Hai, Kamu!

Hai, kamu!
Kamu nggak konsisten. Kamu tahu artinya tanda tangan di selembar kertas? Itu artinya kamu sudah deal dengan yang tercantum di situ. Tapi kenapa kamu justru mengingkarinya dan malah menandatangani hal lain?

Hai, kamu!
Buat kamu, mungkin nggak masalah berpindah-pindah ke lain hati. Tapi itu menandakan bahwa kamu, sekali lagi, nggak konsisten.

Hai, kamu!
Aku kesal. Aku nggak rela kamu mengobrak-abrik hatiku. Tapi aku adalah aku. I am the boss of myself. Aku yang menentukan suasana hatiku. Bukan kamu! Walaupun tanpa kamu, duniaku masih utuh. 

Salam kesal, 
Aku

21.1.13

Jo In Sung Ssi, Titip Pesan Buat ....

Jo In Sung Ssi, annyeong! 

Hallo, Jo In Sung Ssi! Apa kabar? 
Kamu pasti nggak kenal aku. Pastilah! Kalo kamu kenal aku, pasti aku ini orang terkenal juga, atau teman sekolahmu atau keluargamu. Ah..sudahlah. Nggak usah dibahas. Bukan masalah penting. Toh aku bukan ketiga-tiganya.

Jo In Sung Ssi, 
Maaf ya, sebenarnya saat ini namamu itu sudah mulai bergeser dari hatiku. Tapi, karena kau adalah pioneer yang mengenalkanku pada film-film Korea, maka namamu masih melekat erat dengan diriku. Kamu tahu? Teman-temanku bahkan memanggilku Insung. Ada juga yang memanggilku Join. Aku sendiri lupa bagaimana asal mulanya. 

Jo In Sung Ssi, 
Suratnya singkat saja, ya. Aku khawatir kalau menulis panjang-panjang, kamu tambah nggak ngerti (karena aku menulis dalam bahasa Indonesia). Kamu pasti lebih nggak ngerti lagi kalau aku menulis dengan bahasa Korea atau huruf Korea. Karena aku nggak bisa! Hehehehe.... Oh ya, titip pesan buat teman-temanmu, ya. Buat cowok-cowok Korea yang rambut atau poninya suka nutupin dahi. Apalagi sampai hampir menutupi mata. Duh... aku pengen ngasih sisir buat mereka. Biar mereka bisa nyisir rambut. Kadang pengen juga ngasih jepit. Supaya alisnya terlihat. Abis rimbun banget sih.. Untung kamu nggak begitu. Jadi aku nggak perlu ngasih kamu sisir atau jepit rambut. No hurt feeling, ya.

Oke deh.. Sekian dulu ya. Tetap semangat 오빠. Aku tunggu film-filmmu yang lain. Bye!

Iin


20.1.13

Tanggal 20 dan Sekarang Aku Rindu

20.1.13

Martin kakakku, 
Sudah sekian tahun berlalu. Sejak kau meninggalkan kami, adik-adikmu, kakak kita, ayah kita, dan dunia ini. Aku lupa kapan tepatnya kau pergi. Yang masih kuingat, waktu itu aku masih di kampus. Yang masih kuingat, aku membutuhkan waktu cukup lama untuk akhirnya menerima: kau meninggalkan kami selama-lamanya. Yang masih kuingat, aku kembali pulang ke rumah karena belum siap mengunjungimu. Padahal tinggal selangkah lagi aku berada di depan pusaramu. 

Kakakku yang baik, 
Dulu, setiap kali kudengar kau akan pulang, aku tidak akan tidur dulu sebelum kau datang. Aku menantikan ketukan pintu di malam hari. Aku menantikan apa yang kau bawa untukku. Oleh-oleh yang selalu membuatku senang. 

Kakakku yang tampan, 
Sekarang tanggal 20. Yang masih selalu kuingat, tanggal 20 Maret adalah ulang tahunmu. Itulah kenapa orangtua kita memberimu nama 'Martin'. Kita punya tanggal kelahiran yang sama meskipun bulan lahir kita berbeda. Kita satu zodiak. Itu juga yang membuatku selalu ingat setiap tanggal 20. Entah apapun bulannya. 

Kak, 
Sudah sekian tahun berlalu, tapi aku masih selalu ingat dirimu. Aku tak pernah melihat ayah menangis. Tapi beliau menangis (cukup) keras ketika kita berkumpul bersama-sama untuk mendoakanmu. Beberapa hari sesudah kau pergi. Mungkin kau tidak bisa melihat kami sekarang. Tapi, kami semua selalu sayang padamu. Kami pasti mendoakanmu. Semoga kau tenang bersama-Nya. Amin.


Salam sayang, 
Aku yang rindu padamu.
Iin

Kepada Bintang

Bintang, 
Aku jatuh cinta pada bintang. Berkilauan. Bersinar. Tidak bergantung pada apapun. Kecuali penciptanya tentunya. Sampai-sampai pada suatu ketika, aku ingin kuliah di astronomi. Demi bintang. Ingin lebih dekat. Sayangnya, aku kalah dengan kimia dan fisika. Belajar astronomi berarti aku harus bertempur dengan 'sesuatu' bernama: kimia dan fisika. Aku menyerah. Jadi aku mundur teratur. 

Bintang, 
Meskipun begitu, tak lantas kau hilang dari benakku, dari hatiku, dari ingatanku. Kau tetap bersinar. Penuh misteri. Satu yang paling kusuka: ketika langit malam bertabur bintang, pesawat bergerak di antara taburan bintang. Kamu tahu mengapa? Kelap-kelip lampu pesawat! Kelap-kelip lampu pesawat laksana UFO yang datang ke bumi. Membawa pesan dari jagat raya. Membawa kabar tentang bintang, planet, tata surya, dan bulan. Membisikkan persahabatan dan perdamaian alam semesta. 

Bintang, tetaplah bersinar. Sampaikan salamku pada jagat raya.


Sampai jumpa lagi. 
Iin, pengagummu.


science.nationalgeographic.com

19.1.13

Saikou no Jinsei no Owarikata

19.1.13

Sebuah dorama Jepang. Mungkin buat yang nggak suka nonton, film ini nggak ada artinya. Buat yang suka nonton, mungkin juga sama. Nggak ada artinya atau hanya dorama biasa. Tapi bagi saya, film ini pelajaran berharga. Kadang-kadang kita suka berprasangka. Berpikir sesuai dugaan kita padahal belum tentu benar. Distorsi kognisi yang sering kita lakukan padahal tidak tahu faktanya. Dorama ini membuat kita belajar bahwa apa yang kita pikirkan belum tentu benar. Be positive thinking is the key.  

Yamashita plays the head of a funeral service shop that deals with bodies brought in by the police, including suicide and murder victims. He reluctantly inherited the shop after his father passed away, but as he learns about the lives of the various deceased people that are brought to him, he begins to mature. Another highlight of the story is his romance with a rookie female detective. undefined...










Catatan Sabtu Sore

19.1.13

Langit dan Laut

Menjelang maghrib, dipaksa untuk membuat nama blog. 
Blog yang baru dibuat menjelang maghrib. 
Langit dan Laut. 
Gabungan kata yang akhirnya terpilih. 
Dua hal yang berbeda. 
Dua hal yang selalu dijadikan contoh  'bertolak-belakang'. 
Tapi bagiku, dua-duanya melambangkan impian, imajinasi, harapan, dan cita-cita.