12.9.16

Selamat Idul Adha

10 Dzulhijjah setahun lalu.

Sebelum tanggal 10, udah searching masjid untuk salat Idul Adha. Tanya-tanya rute, transportasi yang bisa mencapai Masjid Nagoya. Pagi-pagi udah berangkat karena nggak tahu mulai salat jam berapa. Di stasiun, ada seorang Afrika lagi nanya ke petugas stasiun. Sekilas denger nyebut-nyebut bis. Di luar stasiun, African itu nanya apakah kami (saya dan teman saya) mau ke masjid? Akhirnya, ia ikut kami. Sampailah kami di masjid. Sepi. Beberapa orang Pakistan datang naik sepeda. Mau masuk ke masjid, bingung lewat mana. Sampai kami dipersilakan masuk, baru kami ke dalam. Padahal,  di dinding (kaca) masjid ada tulisan jangan bergerombol di depan masjid.

Jamaah pria dan wanita dibedakan lantainya. Jamaah perempuan hanya kami berdua. Suara takbir berkumandang dari kaset. Di dinding masjid, ditempel surat dari masyarakat sekitar dalam berbagai bahasa: Inggris, Jepang, Arab, Melayu. Isinya tentang keberatan warga terhadap pengeras suara masjid ketika mengumandangkan adzan. Menimbulkan ketidaknyamanan warga sekitar tulisnya. Selesai salat, cepet-cepet keluar. Takut dikunci. Ntar nggak bisa pulang ke negara sendiri. Etapi, sapa tahu ketemu jodoh di sana. Ahay! 😘

Selesai salat, kami ke Mc Donald di ujung jalan. Lebaran Idul Adha dengan menu fastfood. Tak ada ketupat dan opor, saling bersalaman, atau baju rapi karena lebaran. Orang-orang berjas sarapan sebelum ke kantor, menenteng tas ke stasiun atau bersepeda untuk berangkat kerja. Pelajar memarkir sepeda di luar stasiun dan berlarian ke arah stasiun. Tak ada suasana lebaran.

Itulah istimewanya.
Mengalami suasana yang tidak biasa. Menjadi minoritas. Ya, saya tahu bagaimana rasanya menjadi minoritas. Tapi semuanya memperkaya wawasan dan pengalaman saya. Pengalaman yang sangat berharga.

Selamat Idul Adha
Semoga kita termasuk orang-orang yang ikhlas, seperti Nabi Ibrahim mengikhlaskan Nabi Ismail untuk dikurbankan. Ikhlas melepas masa lalu. Ikhlas melepas sahabat yang memutuskan untuk tidak lagi bersahabat. Ikhlas melepas kesenangan. Ikhlas melepas kenangan indah. Ikhlas menjalani ujian hidup. 😊😊😊 .
.
#iduladha #nagoya #japan #onefineday

22.8.16

Awan dan Angin

Suatu ketika, awan marah pada angin. Angin pun demikian. Setiap perkataan awan membuat angin marah. Kata-kata angin membuat awan marah. Tidak ada lagi cerita antara angin dan awan. Angin tidak pernah membawa kabar untuk awan tentang keadaan di bumi. Awan tidak pernah menceritakan keadaan langit pada angin. Awan tidak mengetahui apa yang dirasakan angin. Ketika ia berusaha untuk menyatakan perasaannya terhadap angin, keadaan justru semakin buruk. Padahal, harapan awan dengan berbicara, kesalahpahaman mereka akan selesai. Awan sedih. Angin semakin menjauh. Awan rindu dengan cerita-cerita angin. Awan rindu dengan semilirnya. Awan rindu dengan canda tawa mereka berdua. Dua sahabat itu jarang bertemu. Kalaupun bertemu, itu pun hanya sekilas. Angin hanya menebar semilirnya kemudian pergi mencari tempat sendiri. Hanya saja, angin sedang sibuk di tempat lain. Ajakan-ajakan awan kadang tidak bersambut. Untuk bertanya pada angin, awan tidak berani. Ia takut membuat angin marah. Awan menyesal suatu saat dalam kehidupannya. Ia tidak ingin berada dalam keadaan ini.

Kehilangan angin, sahabatnya, membuat awan gundah gulana. Ia yang semula seputih kapas menjadi kelabu bahkan hitam pekat. Awan menurunkan hujan karena kesedihannya. Ia tidak kuat menanggung titik-titik air yang semakin memberatkan tubuhnya. Namun, titik-titik air yang keluar dari tubuhnya tidak membuat perasaan awan menjadi ringan. Ia masih dilingkupi kesedihan kehilangan angin. Apakah angin memiliki perasaan yang sama dengan awan? Entahlah. Awan hanya berharap, mereka dapat saling berbicara terbuka seperti dulu. Awan sungguh rindu cerita tentang bumi yang sudah jarang ia dengar lagi. Apakah di bumi masih banyak pohon? Apakah di bumi masih ada air? Awan ingin bercerita pada angin bahwa di langit masih banyak bintang. Di langit masih ada bulan. Tapi, kesempatan itu tak kunjung ada. Angin seperti sudah tidak menganggapnya sahabat lagi. Awan ingin meminta maaf. Awan sudah meminta maaf. Tapi awan takut angin menyangka kalau awan mengungkit masa lalu. Tidak move on. Akhirnya, awan hanya bisa membiarkan saja. Ia tidak berharap ia dan awan berjalan bersama memandang bumi. Awan hanya berharap ia dimaafkan dan hubungannya dengan angin bisa membaik kembali. 

Hari ini angin mendatangi awan. Awan senang sekali. Setelah sekian lama awan tidak bersua dengan angin, awan kembali bercerita banyak pada angin. Angin menanggapi cerita awan seperti dahulu. Awan dan angin tertawa bersama. Awan bahagia. Ia berharap, ia dan angin dapat kembali saling bercerita. Cerita yang membuat malam-malam mereka ceria walaupun gelap di sekitarnya. Awan ingin tubuhnya seputih kapas kembali. Awan tidak ingin menjadi kelabu apalagi hitam pekat. Awan ingin bertanya pada angin," Maukah?" Awan ingin berjalan dengan angin menikmati bumi dari atas langit.

****

17.8.16

Selamat Ulang Tahun, Uci!

Dear ,Uci!
Tiba-tiba aja pengen nulis khusus untuk Uci. 
Sebagai hadiah ulang tahun. Hadiah yang telat.

Terima kasih, Ci, selalu jadi sahabat sampai detik ini.

Sahabat yang selalu menerima aku datang kapan pun aku ingin datang.  Entah di Jatinegara, atau pun di Cengkareng. Feel like own home always. Nyaman dan selalu diterima. Canda, tawa, cerita selalu ada. Jadi basecamp kumpul siapa pun teman atau sahabat yang lagi ada di Jakarta.

Sahabat yang bisa membuat ‘dinding’ aku runtuh.  Masih ingat percakapan panjang kita? Aku lagi makan di warung soto (yang sekarang warungnya udah pindah).

Sahabat yang membuat aku merasa disayang.
Sahabat yang selalu peduli.
Sahabat yang sudah seperti keluarga (selalu diajak ke mana-mana).

Terima kasih sudah membuat sebagian chapter hidupku berwarna.
Terima kasih sudah membuat aku merasa berharga.

Selamat ulang tahun, Ci. Semoga Uci dan keluarga selalu diberikan kesehatan.  Bahagia selalu dengan Mas Deni, Shafa, dan Fiori. Ceritakan foto-foto kita pada Fiori. Ceritakan tentang persahabatan kita. Semoga dia akan punya cerita seperti cerita kita. Shafa, dia sudah cukup besar untuk menyaksikan sendiri cerita persahabatan kita tanpa perlu story telling. Jangan pernah lupa. Uci punya aku untuk cerita. This too, shall pass. Kita pasti bisa melewati cerita hidup kita.

Love you, Ci.

*****

Kalau diingat-ingat, aku nggak ingat kapan kita mulai dekat. Teman satu kosan waktu kuliah jelas bukan. Teman main di kampus, bukan juga. Oh... kita pernah satu kelompok praktikum psikodiagnostik. Kadang-kadang main bareng ke Bandung. Naik angkot rame-rame. Tapi entah kenapa, sesudah lulus malah jadi sering bareng, ya.:-) 

10.6.16

Istimewanya Seorang Guru

Hari ini saya melayat dosen yang berpulang ke Rahmatullah. Kang Tardjo, kami memanggilnya begitu. Seorang dosen yang istimewa. Beliau disemayamkan di Masjid Universitas Padjadjaran Dipati Ukur Bandung. Sesampainya di sana, saya bertemu dengan banyak orang. Semakin sore, semakin banyak orang berkumpul untuk berbela sungkawa.Teman seangkatan, adik dan kakak tingkat. Tidak semuanya saya ingat namanya. Bahkan ada yang baru bertemu. Tapi kami saling tersenyum dan bersalaman. Saya bertemu dengan dosen-dosen hebat. Salah seorang dosen berkata, "Saya tidak ingat nama, tapi pasti dari Psikologi." Ya, tidak semuanya ingat dengan nama. Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengan dosen-dosen saya. Tapi ketika kami bertemu, kami saling tersenyum, menyapa, bersalaman, dan  bertanya kabar. Itulah istimewanya guru. Guru akan diingat muridnya. Dosen akan diingat mahasiswanya. Guru punya ratusan bahkan mungkin ribuan murid. Berjuta detik terlewati tapi guru masih mengingat wajah muridnya.

Itulah istimewanya guru. Kami, mahasiswa Kang Tardjo berkumpul karena kami menghormati guru kami, dosen kami. Beliau mampu mengumpulkan banyak orang untuk memberikan penghormatan terakhir, saling bersilaturahmi satu sama lain meskipun dalam suasana duka. Itulah istimewanya guru. Beliau tidak kalah dengan Muhammad Ali yang dihadiri oleh 10.000 pelayat, dielu-elukan dan dipanggil namanya sepanjang jalan menuju pemakaman. 

Selamat jalan, Kang Tardjo. Semoga Allah menerima amal ibadahmu. Aamiin. 

Andai Saja

Di salah satu stasiun TV sedang diputar film La Tahzan. Ceritanya seorang Jepang yang tertarik untuk belajar Islam. Cerita ini mengingatkan saya pada perjalanan ke Jepang bersama teman saya. Kami berdua punya ketertarikan dengan Jepang. Negaranya dan orang-orangnya. Sampai kami berharap semoga jodoh kami orang Jepang yang sekeyakinan (aamiin). Saat itu, kami sedang berada di kota Kobe. Kota yang tenang. Kami berusaha mencari Masjid Kobe. Saya dengar, Kobe adalah kota dengan komunitas muslim yang cukup banyak. Pernah ditayangkan juga di televisi. Alhamdulillah, sampai juga di Masjid Kobe. Salat di sana dan menunggu maghrib sekalian. Sampai di sana, salah satu pengurusnya ternyata orang Indonesia juga. Dia sedang bercakap-cakap dengan serombongan pemuda Indonesia. Samar-samar terdengar pembicaraan mereka. Ternyata, pembicaraannya seputar jodoh juga. Aku dan temanku hanya senyum saja. Kalau jodoh mah nggak ke mana, kan?

5.6.16

Hari -1 Puasa

Jalan Malabar (atas) dan Jalan Sunda (bawah)
Hari Minggu tanggal 5 Juni 2016. Pagi hari. Beberapa jalanan lengang. Jalan Malabar memang bukan jalan yang sangat ramai. Tapi tidak juga selengang hari ini. Mobil-mobil di depan sebuah gereja berjejer parkir. Jalan Sunda adalah salah satu jalan yang ramai dan biasa macet. Tapi kali ini tidak banyak mobil yang lewat bahkan antri berjalan. Entah karena orang-orang terpusat pada Car Free Day terakhir sebelum bulan puasa atau memang benar-benar sepi karena mau puasa. Yang saya rasakan, suasana puasa sudah sangat kental terlihat. 'Bau' puasa sudah kuat tercium.

Bicara tentang puasa, alhamdulillah diberi kesempatan bertemu lagi. Dapatkah saya menjalankan puasa lebih baik dari tahun lalu?
Dapatkah saya menjaga lisan saya dari bergunjing atau mengatakan hal-hal buruk?
Dapatkah saya menjaga hati saya agar ikhlas?
Dapatkah saya mengendalikan diri dari hawa nafsu?
Dapatkah saya belajar menjadi individu yang lebih peka terhadap orang lain? 
Sederet dapatkah muncul seiring hawa puasa yang semakin tebal. 

Saya akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik!

Hanya itu yang bisa saya jawab.
Selamat menjalankan ibadah puasa. 


#Ciremai Express, 10.07

1.6.16

Pendidikan yang Berhasil

Di antara sekian peristiwa menyebalkan berturut-turut pada hari ini, ada satu kejadian yang menyejukkan hati. Lokasinya di angkutan kota  (a.k.a angkot) jurusan Gedebage-Stasiun Hall. Siang itu, saya hendak pergi ke dokter gigi di Buah Batu. Tak berapa lama, dua siswa (mungkin murid-murid SMP), naik angkot yang saya tumpangi. Mereka berdua membawa minuman kotak. Setelah minuman habis, salah satu dari mereka menyimpan kotak kosong ke bawah kursi. Temannya mengingatkan untuk tidak menyimpan di situ. Mereka mencari tempat sampah di dalam angkot (di Bandung, mobil termasuk angkot wajib menyediakan tempat sampah). Ternyata, tidak ada tempat sampah di dalam angkot. Akhirnya, mereka berdua melipat kotak bekas sampai kecil dan memegangnya. 

Sampai di Jalan Reog, tiga orang menyetop angkot dan naik. Seorang nenek, ibu, dan anak usia SD. Sampai di Jalan Kliningan, mereka turun. Sang ibu turun lebih dulu. Sang anak dan neneknya berdiri. Sang anak berkata, " Enin* dulu." Sang nenek lalu keluar lebih dahulu. Sang anak (cucu nenek) berdiri dengan sabar menunggu neneknya turun sambil memegangi neneknya. Setelah neneknya keluar, barulah sang anak keluar dari angkot.

Melihat kejadian itu, kagum saya pada mereka. Masih anak-anak, tapi mereka punya tanggung jawab dan respek. Respek terhadap benda, lingkungan, keluarga, dan orang yang lebih tua. Saya jadi ingat cerita bapak saya. Beliau adalah seorang guru yang pernah bertanya pada seorang lulusan S2 tentang arti pendidikan. Tidak bisa jawab kata bapak saya. Atasan saya juga sering mengingatkan pada kami (saya dan teman-teman guru bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana. 


sumber foto: slideshare.net

Ya, seyogyanya, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana. Berbahagialah guru-guru dari anak-anak itu karena mereka telah berhasil menanamkan akhlak mulia pada anak-anak itu. Saya sungguh iri. Mudah-mudahan, murid-murid saya pun seperti anak-anak itu. Punya akhlak mulia sebagai hasil usaha sadar dan terencana yang saya tanamkan pada murid-murid saya. Semoga. Selamat malam.


*Enin adalah panggilan untuk nenek dalam bahasa Sunda. 

31.5.16

Passion

Beberapa tahun belakangan, saya sering bertanya pada diri sendiri, juga orang lain tentang passion. Apakah saya masih punya passion di dunia 'keguruan'? Dulu, saya memutuskan bahwa passion saya adalah menjadi guru. Impian saya adalah menjadi guru yang selalu diingat oleh murid saya hingga dewasa. Atau, paling nggak, ada sekelumit cerita tentang saya yang menginspirasi mereka. Saya tidak tahu apakah impian saya sudah terwujud atau belum. Mudah-mudahan suatu saat nanti. 

Bicara passion berarti bicara menerima, cinta, pengorbanan terhadap apa yang kita pilih. Itulah kenapa, saya merasa sebal dengan orang-orang yang memilih menjadi 'sesuatu' tapi tidak mau meneima segala resikonya. Contoh: memilih jadi guru TK berarti harus siap dong dengan keadaan terburuk misalnya murid (maaf) pup di celana. Kalau misuh-misuh karena jijik, untuk apa jadi guru TK. Keadaan itu pasti ada dalam suatu masa. Namanya juga anak-anak dengan toilet training yang belum semuanya jago. Kalau sudah begitu, apakah ada passion di sana? Entahlah. Saya nggak bisa jawab.

Lalu apa hubungannya dengan apa yang saya tuliskan? Saya mulai merasa kehilangan passion saya. Tapi apa yang terjadi hari ini kembali membentuk tanda tanya dalam diri. Dan, saya belum bisa menjawabnya. 

Hari ini saya menghadapi setumpuk file lembar assessment untuk dibaca. Ketika jenuh melanda, keluarlah saya. Ada dua murid kelas 1. Ternyata mereka sedang menunggu les. Hari ini anak-anak libur, jadi tidak banyak yang ada di sekolah. Sebelumnya ada latihan kabaret untuk assembly ektrakurikuler, tapi semua sudah dijemput. Tinggallah dua anak berkaos pink ini. Salah satu anak adalah anak yang tidak banyak bicara (saya baca di salah satu lembar assessment). Saat itu, kami bicara tentang banyak hal. Temasuk si pendiam itu. Mulai dari cerita kegiatan les yang akan mereka ikuti, area tempat mereka akan pergi, laut, bermain pasir, rumah pohon, gurita, dan banyak hal. Setengah jam lebih saya hanya duduk sambil mengobrol dengan mereka. Melupakan sejenak lembar assessment yang menunggu dikomentari saya. Dan anak yang pendiam itu banyak bicara! Lalu, apa yang saya rasakan? Saya suka berbincang dengan mereka. Mulai dari pembicaraan serupa konsep waktu (seperti berapa menit lagi lesnya dimulai? Kalau jam 1 jarum panjangnya di angka berapa? Dan sejenisnya, sampai cerita ngalor-ngidul lainnya). Ya, saya suka.

Kali kedua saya keluar lagi karena sudah menghabiskan bebeaoa tumpuk file dan memberikan komentar. Sekalian ke kamar mandi dan salat juga. Ketemulah saya dengan dua anak (lagi). Kelas 6. Mereka baru selesai acara semacam perpisahan karena akan masuk SMP. Salah satu anak senang sekali dengan hal-hal yang berkaitan dengan horor. Saya mendengarkan ceritanya tentang film 'Booth'. Dia bercerita tentang film itu dari awal hingga akhir. Dan yang saya rasakan? Saya suka berbincang dengan mereka!

Betul! Dua kejadian berbincang dengan anak-anak membuat saya senang. Apakah ini passion? Begitulah. Setiap kali saya selesai berbincang dengan anak atau mengajar, ada rasa senang di sana. Itukah passion saya? Masih adakah passion saya? Masih kuatkah passion saya? Pertanyaan-pertanyaan yang berlompatan di pikiran saya, dan saya belum dapat menjawabnya!


#selamat hari malam 

22.5.16

Hiduplah Saat Ini

Texgram by Insung

Saya membaca quote itu di sebuah studio foto. Tergantung di salah satu dinding bersama quotes lainnya. Tidak ada nama pengarang quote tersebut. Isinya yang menarik saya. Saya adalah orang yang selalu mengingat kenangan. Berharap keadaan menyenangkan akan terus berlangsung. Kalau bisa, mengulang saat-saat menyenangkan. Sampai suatu ketika, salah seorang sahabat saya 'menampar' (konotasi) saya. Cukup keras, sehingga menyadarkan saya untuk kembali ke dunia nyata. Menyadarkan saya bahwa saya hidup dalam kubangan kenangan. Menyadarkan bahwa semua keinginan tak selalu dapat terwujud. Menyadarkan saya bahwa hidup berubah. Menyadarkan bahwa saya tidak bisa menyamakan sudut pandang saya dengan orang lain. Menyadarkan bahwa hidup tidak pernah datar. Life is never flat. 

Oleh karenanya, saya bertekad untuk menjalani hidup yang saya saat ini. Satu waktu yang merupakan titik balik kehidupan saya. Saya ucapkan 'Selamat menempuh hidup baru' pada diri saya sendiri. Orang lain mengartikannya sebagai status palsu atau mengundang tanya apakah saya menikah. Saya memang menjalani hidup baru, bertekad untuk hidup pada saat ini. Annyeong!

Do and Don't Drama Korea

Kalau anda bertanya kenapa saya mengangkat drama Korea dalam tulisan kali ini, pilihan jawabannya ada 2.
1. Karena saya suka drama Korea, atau...
2. Karena saya benci drama Korea. 

....dan.... saya temasuk kategori yang pertama. 

Saya suka drama Korea. Satu dari banyak hal tentang Korea yang saya suka adalah dramanya. Musik beberapa genre atau penyanyi saya suka. K-Will lagu-lagunya cukup nge-pop. Aman buat telinga saya. Kebanyakan sih suka lagunya gara-gara saya mendengarnya di satu drama. Banyak lagu soundtrack yang sangat keren sehingga saya wajib menyetelnya sebagai moodbooster. K-pop? Hmmmm.... beberapa suka karena jenisnya, bukan grupnya. Gara-gara serangan Beast dari seorang teman yang termasuk Beauty, saya terperangkap dengan pesona lagu (lagunya lho, yaa...) Beast atau Yong Junhyung seperti Caffein, Bi Ga O Neun Na Ren, dan beberapa lagu lainnya. Wulan menggempur saya dengan berbagai lagu yang diaransir oleh Yong Beast. Jadilah saya memasang beberapa lagu di playlist saya. Kau berhasil, Lan. 

Balik lagi ke drama Korea. Teman saya yang lain mengatakan kalau Korean Wave yang menimpa dunia saat ini adalah 'penjajahan' dalam bentuk lain. Iya juga sih. Sekarang, topik Korea ramai di mana-mana. Buku, jadi jarang disentuh (tapi saya berusaha menyeimbangkan lagi, kok. #defencemechanism). Ok, saya bisa ambil yang baiknya dan tinggalkan yang buruknya. Saya sebutnya 'Do and Don't Drama Korea'. Mari!

Do:
1. Ini adalah alasan utama yang membuat saya suka drama Korea: sopan santun. Lihat kan? Betapa orang tua, atau orang yang lebih tua begitu dihormati dari sikap dan bahasa. Sikap hormat. Bahasa sopan. Hal tersebut sangat ditekankan. Seseorang yang lebih tua bisa marah kalau lawan bicara yang lebih muda bicara dengan banmal. Jadi pengen belajar bahasa Korea.

2. Soundtrack yang keren membuat saya harus mencari-cari lagunya di internet dan memasukkannya sebagai lagu wajib dengar. Contohnya soundtrack drama I Hear Your Voice yang sampai sekarang masih menghuni hati. Sederet lagu lainnya masih belum dihapus dari playlist laptop atau gadget saya. Drama Korea tidak tanggung-tanggung dalam membuat soundtrack. Tidak cuma satu yang kemudian diulang terus-menerus tapi bisa sealbum bahkan lebih lagu yang diciptakan untuk dijadikan soundtrack. Biasanya disesuaikan. Maksudnya, kalau pemeran utama pria lagunya yang ini, kalau pemeran utama wanita yang itu. 

3. Budaya. Kebanggaan atas budaya begitu telihat jelas. Dalam setiap drama, pasti ada bagian di mana makanan Korea disebut-sebut. Misalnya kimchi, ttokpokki, ah... saya lupa nama-namanya. Pasti ada adegan di mana pemeran dalam film itu makan makanan Korea. 

4. Lokasi. Saya pikir, sutradara dalam drama Korea ini benar-benar mempertimbangkan lokasi syuting dramanya. Sudut yang diambil juga keren. Pemandangan alam yang bagus. Akhirnya, jadilah sebuah film yang pemandangan di dalam filmnya asik untuk dilihat.






5. Fashion. Lihat model baju-bajunya? Bagus-bagus. Cocok-cocok aja sih dipakai sama pemeran-pemerannya. Mau pake warna tabrak-tabrak juga bagus aja dilihatnya. Apalagi coat-nya. Suka. Tapi, yang bagus dipakai mereka, belum tentu bagus kalau dipaka sama saya atau orang Indonesia lainnya. Betul?

Sekarang kita bergeser ke Don't.
1. Mabuk. Dalam kebanyakan film yang saya yonton, hampir semuanya ada adegan mabuknya. Entah itu di warung tenda, bar, hotel, rumah dan sebagainya. Sesuka-sukanya kita sama Korea, jangan sampai deh ikut-ikutan minum kayak di dramanya.

2. Bully. Ini yang saya nggak suka. Nggak usah ikut-ikutan deh. Jelek. Bukan budaya kita juga. Nge-fans bukan berarti mencontoh semuanya. Malah jadi jelek. Sekarang, anak usia sekolah dasar pun pada nonton Korea. Perlu didampingi tuh sama ortu. Jadinya nggak keren kalau perilaku bully dari film dipakai di kehidupan sehari-hari kita.  Buat adik-adik SMP, SMU, anak kuliahan juga. Langsung ga respek deh kalau kalian jadi pembully walaupun cantiknya kayak bidadari atau gantengnya kayak bidadara.

3. Memukul kepala. Di sana mungkin biasa. Orangtua memukul kepala anaknya, memukul kepala teman. Tapi, di sini Indonesia. Jangan coba-coba deh. Bukan budaya kita. Di sini, memukul kepala itu tidak sopan. 

4. Baju minim. Perempuan Korea rata-rata berbadan langsung. Kurus. Semampai. Kaki jenjang. Rasanya, enak-enak aja memandang mereka dengan rok mini. Terus perempuan Indonesia menirunya. Ada yang cocok, ada yang nggak enak dipandang. Selulitnya kelihatan, lemaknya kelihatan, peniti buat roknya kelihatan. Ah... nggak selamanya yang disukai perlu ditiru.

5. Operasi plastik. Korea sangat terkenal dengan operasi plastiknya. Terjangkau (mungkin), mudah ditemui di mana-mana. Tapi saya percaya, Tuhan sudah merancang manusia sedemikian rupa sehingga menciptakan manusia dengan bentuk yang sempurna. Kita tidak pernah tahu mengapa Allah menciptakan hidungnya nggak mancung, muka lebar, mulut tebal. Tapi saya yakin, kalau saya mengubahnya dengan operasi plastik, belum tentulah cocok dengan bentuk saya. Wong Allah sudah merancangnya sedemikian rupa, kok. Bersyukurlah dengan apa yang kita punya. 

Sudah. 
Semoga bermanfaat.
Have a nice weekend. 

10.5.16

Waktu

Waktu nggak pernah berhenti.
Waktu nggak pernah terulang.
De ja vu bukan mengulang waktu. 
Hanya serupa suatu waktu.
Banyak yang terjadi dalam suatu kurun waktu.
Senang, sedih, bahagia, marah, kecewa, gembira.
Kadang bercampur baur.
Kadang silih berganti.
Kadang berharap ada mesin waktu.
Untuk mengulang saat-saat menyenangkan.
Mengulang sang waktu yang sudah berlalu. 

7.5.16

Curcol (3)

Lanjutan dari curcol (2)

Hari ini, akhirnya saya menamatkan buku kedua yang saya beli di Palasari. Pengarangnya orang Indonesia. Lokasi cerita di Korea dan Jepang. Bahasa Koreanya nyaris tidak ada. Hanya ada panggilan saja seperti ssi yang artinya Ms, Mr, Miss. Wajarlah. Jadi saya nggak ngomel-ngomel tentang tata bahasa Korea. Ada sedikit bahasa Jepang. Tapi, menurut saya, penggunaannya masih oke karena setahu saya bahasa Jepang tidak menganut undak usuk basa seperti bahasa Korea. Saya justru lebih menghargai pada pengarang yang seperti ini. Tidak berusaha menyelipkan bahasa asing (tapi salah). Jadi, saya masih bisa menikmati baca novel yang merupakan sekuel kedua. 

Yang sedikit mengganjal adalah beberapa kata yang salah penulisan. Mungkin luput saat diedit. 😊😊😊

5 Mei 2016

 


5 Mei 2016. Tanggal tersebut bertepatan dengan 27 Rajab.
Artinya, pada satu hari, di Indonesia diperingati sebagai hari besar 2 agama yaitu Islam dan Kristen.

Umat Kristen memperingati 5 Mei sebagai hari Kenaikan Isa Al'masih. Mereka meyakini bahwa hari kenaikan Isa Al'masih atau Yesus Kristus adalah peringatan naiknya Yesus ke surga. Setelah memberikan pesan terakhir kepada pengikut-pengikutnya di bukit Olivet dekat kota Yerusalem, mereka menyaksikan Yesus terangkat naik ke langit hingga akhirnya tidak terlihat karena tertutup awan. Peristiwa ini selalu dirayakan pada hari ke-40 atau hari kamis ke-6 setelah minggu Paskah. (Sumber: www.liburnasional.com)

Umat Islam memperingati 27 Rajab dalam kalender Hijriah sebagai Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Isra Mir'aj adalah peringatan dua peristiwa berbeda yang sangat penting dalam ajaran Islam. Dalam kejadian Isra, diceritakan tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Dari Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yaitu tempat tertinggi. Kejadian ini dikenal sebagai Mi'raj. Di sinilah Nabi Muhammad mendapat perintah untuk melakukan salat 5 waktu.

Bagi saya, tanggal ini adalah tanggal istimewa. Dua-duanya diperingati sebagai hari kenaikan oleh dua keyakinan yang berbeda. Dua-duanya diperingati pada hari yang sama. Berbeda keyakinan bukan berarti saling membenci. Berbeda keyakinan bukan berarti saling berdebat tentang keyakinan yang benar. Masing-masing meyakini kebenaran sesuai dengan keyakinan masing-masing. Lakum diinukum waliyadiin.Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Mari kita hidup bersama dalam perbedaan kita. 

6.5.16

Curcol (2)

Kalian tahu Palasari? Kalau orang Bandung atau pernah ke Bandung pasti tahu atau minimal pernah dengar. Itu adalah surga dunianya pecinta buku. Mulai dari buku asli, bajakan, Indonesia, bahkan luar negeri (mungkin ada). Pastinya ada diskon sekitar 15-30% (kurang lebih, maaf kalau salah, :-) ). Jadi, walaupun saya berniat nggak akan beli buku, kalau sudah di Palasari, niat itu menguap. Akhirnya, terpilihlah dua buah buku untuk saya bayar. Dua-duanya bercerita tentang Korea. Pengarangnya orang Indonesia. Saya tipe pemilih untuk jenis-jenis buku seperti itu. Kenapa? Bukan karena saya tidak suka pengarang Indonesia. Ooohhhh...Bukan! Tapi karena saya sering menemukan hal-hal yang tidak memuaskan saya ketika bacanya. Biasanya ketidakpuasan ini terkait pengunaan bahasa Korea yang sering dipakai dalam cerita. Hal itu saya temukan pada salah satu buku yang saya beli. Contohnya dalam tata bahasa Korea. 

Saya, bukan ahli bahasa Korea. Saya tidak bisa bahasa Korea. Saya tahu kosakata yang umum-umum saja. Saya tidak paham struktur bahasa Korea secara lengkap. Tapi saya mengerti sedikit saja. Saya sebal dengan pengarang Indonesia yang menyelipkan bahasa Korea dalam bukunya tapi tidak memperhatikan penggunaan bahasa formal dan informal atau kesopanan. Kalau kata bahasa Sunda mah undak usuk basa. Menurut saya, bahasa Korea adalah bahasa yang memakai prinsip undak usuk basa. Ada tataran aturan berbahasa untuk orang yang lebih tua atau lebih muda. Misalnya, kalau untuk yang lebih tua, ada akhiran 'yo' sebagai bahasa yang sopan. Orang yang lebih tua, jika lawan bicaranya yang lebih muda tidak akan menggunakan bahasa sopan, pasti marah. Saya melihatnya di film dan di novel Korea. Beberapa kali saya baca novel Indonesia yang menyisipkan bahasa Korea, hal itu tidak terjadi. Satu lagi, dalam bahasa Korea, ada partikel yang digunakan sebagai keterangan tempat, tapi saya tidak menemukannya dalam novel tersebut. 

Ini hanyalah pendapat saya. Ketika saya menulis cerita yang menyisipkan bahasa asing, saya harus belajar tata bahasa asing tersebut. Apalagi kalau diterbitkan. Atau paling tidak, saya akan meminta bantuan seseorang yang mengerti bahasa tersebut untuk bantu mengedit. Saya tidak mau novel karangan saya memiliki kesalahan seperti itu. Melakukan penelitian terhadap topik yang akan saya tuliskan adalah wajib. Supaya saya tidak membuat kesalahan. ****

Curcol (1)

Libur panjang. Tanggal 5-8 Mei 2016. 5 Mei diperingati sebagai Kenaikan Isa Almasih. 6 Mei sebagai Peingatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad S.A.W. Tahukah kalian, rangkaian libur panjang ini juga diperingati sebagai hari macet nasional. :-)

Sebagai seorang yang suka sekali bepergian, rasanya mustahil saya diam di rumah di hari libur panjang ini. Biasanya, saya punya sederet rencana, maupun keinginan spontan. Tapi kali ini tidak.

"Tumben."

Itu komentar kakak saya. Beliau tahu sekali kalau saya nggak akan berada di rumah dalam waktu lama kalau lagi liburan. Pasti ke sana ke mari.

Tidak. Kali ini tidak. Saya memutuskan untuk tidak ke luar kota. Segunung (lebay) kerjaan menanti. Saya dikejar dateline. Rencananya mau kerja di rumah di saat liburan ini. Beberapa waktu lalu, saya berkumpul dengan teman-teman lama. Sahabat-sahabat saya yang sudah lama tak jumpa. Kami membahas tentang libur panjang ini.

"Bagaimana caranya saya bisa liburan sekaligus kerja?"

Saya lontarkan pertanyaan itu pada sahabat-sahabat saya.

"Nginep aja di hotel, " jawab salah satu dari mereka.

Hmmmm.... ide yang bagus. Tapi bikin saya bangkrut. Ide itu saya coret!

Mulailah saya kerja di rumah. Buka laptop. Buka file-file. Ketik-ketik.
.
.
.
.
.

Setelah mengerjakan dua paket soal, kepala saya pusing. Saya tinggalkan laptop. Ambil kopi dan seduh. Saya ngopi. Kemudian mandi. Dan di sinilah saya. Mengetik di tab. Bukan melanjutkan kerja, tapi nge-blog. Mungkin ini balasan alam untuk saya. Sebagai seseorang yang ditakdirkan suka berpetualang, suka bepergian, tapi saya menolak takdir alam dengan hanya berada di rumah. ****

#sungguh, ini hanya alasan saja untuk mengurangi rasa bersalah.

3.5.16

Perpustakaan



Lihat dua foto di atas? Ya, perpustakaan. Pertama lihat di salah satu drama Korea berjudul 'Madam Antoine' (foto bawah). Wow keren, begitu saya berkata dalam hati. Langsung berimajinasi. Membayangkan bikin perpustakaan di rumah. Hmmmm..... Aamiin.

Kemudian, saya nonton lagi drama Korea berjudul 'She Was Pretty' (foto atas). Upss... ada lagi perpustakaan ini. Penasaran apakah sama dengan yang di 'Madam Antoine'? Akhirnya saya cari kesamaannya (kebiasaan nyari 10 persamaan, Where's Wally, dan hidden picture. Serasa detektif juga.). Aha! Dapat! Dua-dua memperlihatkan bagian depan lift (nggak saya upload di sini gambarnya). Di salah satu dindingnya ada angka 6. Kesimpulannya, itu adalah perpustakaan yang sama.

Pertanyaan selanjutnya, "Di manakah lokasinya?"
Kenapa muncul pertanyaan itu?
Karena, ketika melihatnya, muncul keinginan, "Kalau saya ke Korea, saya mau ke sana." (Aamiin lagi)
(Masukin ke list itinerary).

Adakah yang tahu?

28.4.16

Student Led Conference (2)

Student Led Conference kembali diadakan. Tahun ini adalah tahun kedua dilaksanakannya SLC di SD GagasCeria. Tanggal 28 Maret-1 April 2016, kelas 1-5 mempresentasikan notebook leadership pada orangtua. Mereka melaporkan perkembangan akademis yang sudah dicapai, tugas leader apa sajakah yang sudah mereka emban, apakah mereka sudah disiplin datang tepat waktu, dan lain sebagainya. Oh ya, mereka juga melaporkan tentang proses pembelajaran yang telah mereka ikuti. 

Mengalami dua kali SLC, saya mendapatkan dua hal yang berbeda. Di SLC yang pertama, saya  melihat bagaimana kehadiran orangtua sangat diharapkan oleh anak. Menangis, ngambek, mogok cerita, terjadi pada anak ketika orangtuanya terlambat datang atau malah tidak datang. Alhamdulillah, tahun ini, kehadiran orang tua mengalami peningkatan. Mereka kebanyakan datang tepat waktu. Memang, masih ada orangtua yang terlambat. Namun, bila dibandingkan dengan tahun lalu, keterlambatan orangtua menurun. 

SLC kedua, pelajaran yang didapat beda lagi. Saya melihat tentang interaksi antara orangtua dan anak. Kelekatan, kehangatan, kedekatan antara orangtua dan anak begitu kentara. Saya melihat anak dan orangtua yang sangat dekat. Dari body language orangtua-anak, apa yang mereka bicarakan, bagaimana orangtua merespon anak, tergambar dalam prose SLC. Yang menyedihkan adalah ketika ada anak yang sedang berusaha presentasi pada orangtuanya namun orangtua tidak mendengar. Ia melakukan hal lain. Ketika anaknya mengajak untuk melihat display, ia berbicara dengan orang lain. 

Sungguh, buat saya, SLC adalah simulasi sederhana bagaimana interaksi anak dan orangtua di rumah sekaligus mempelihatkan pada saya berbagai tipe orangtua.

27.4.16

Berduka

Sumber:dokumentasi GDE
Aku berduka
Tak hanya aku.
Tapi seluruh sekolah.
Hari ini, tadi pagi, telah berpulang ia.
Ia pintar, soleh, dan baik.
Seharian ini, hal-hal itulah yang aku dengar.
Ya, Faiz anak yang pintar.
Ya, Faiz anak yang soleh.
Ya, Faiz anak yang baik.
Pasca operasi usus buntu, terjadi hal yang tak disangka.
Kesadarannya semakin menurun.
Sampai ia dinyatakan tiada.
Kepergiannya membawa kesedihan luar biasa.
Kebaikannya dikenang siapa saja.
Tapi aku yakin, ia bahagia.
Allah angkat sakitnya.
Dengan cara yang tak sesuai harapan kita.
Tapi yakinlah,
Allah berikan yang terbaik untuk kita semua.
Yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut-Nya.
Setelah pemakamanmu, hujan rintik-rintik.
Sore hari, hujan terus-menerus.
Itu adalah pertanda.
Malaikat menyambutmu.
Untuk membawamu ke surga.

Kuturunkan bendera setengah tiang.
Pertanda kami semua berduka.

Innalillahi wa inna illahi rojiun.
Selamat jalan, Faiz.
Tenanglah di sana.



10.4.16

Jangan Bilang 'Bye-bye', Ya.


Dear Lan,
Sedih...
Pada akhirnya kamu harus pulang.
Nggak ada lagi nonton drakor atau dorama bersama (dan aku ketiduran).
Nggak ada lagi ketawa-ketawa ngetawain IG yang lucu-lucu.
Nggak ada lagi baju bagus tapi murah (banget).

Terima kasih sudah menjadi bagian cerita kehidupan gembira aku. 
Terima kasih sudah menjadi teman, sahabat, dan keluarga.
Terima kasih sudah mengenalkan Yong dan lagu-lagunya Beast. Sebagai komposer, dia hebat banget (tapi masih dicari cakepnya sebelah mana). Kalau dengerin lagunya Beast, aku pasti inget Lan. Apalagi kalau bagiannya Yong.Tadi pas banget lagunya saat Lan pamit. Lagunya Beast, 비가 오는 날엔. Jadi aja (hujan) air mata.
Terima kasih sudah rela capek-capek nyariin baju-baju pesenan aku.
Terima kasih sudah berbagi gembira.
Terima kasih untuk setiap waktu yang sudah kau bagi bersama.
We are gonna miss you. Pasti.

Sampai ketemu lagi.
Kamu nggak mau kami bilang 'bye', kan? (Ingat, nggak? Kamu bilang itu di depan kamar Teh Defi waktu hari Sabtu pagi, "Jangan bilang 'bye-bye', ya. Bilangnya sampai jumpa.")
Semoga lancar di sananya. 
Sering-sering main ke Bandung. 
Kita putar Beast bareng-bareng.

Bandung, 10 April 2016

********
Perpisahan adalah bagian dari kehidupan. 
Tak bisa dipungkiri, perpisahan dengan sahabat pasti menyedihkan. 
But life is never flat. 
Datang dan pergi adalah natural.
Datang dan pergi adalah seleksi alam.
Tapi, biarkan hari ini aku menikmati kesedihanku karena pindahnya seorang sahabat.

21.2.16

Surat Tentang Kemarin


Kepada Tuhan Yang Maha Tahu, 
Sebenarnya, tanpa menulis surat pun, Kau sudah tahu isi hatiku. Tapi, tidak apa-apalah. Siapa tahu apa yang kutuliskan bisa membawa kebaikan untuk orang lain. 

Ya, Tuhan Sang Penguasa Kehidupan,
Sungguh suatu berkah yang tak terkira aku masih bisa menikmati hari ini. Sejuknya hembus angin yang mencoba mengusir panas menyengat masih bisa aku rasa. Terangnya mentari menyinari bumi masih bisa kulihat. Ramainya suara supporter sepak bola di televisi, motor dengan knalpot yang memekakkan telinga, lagu manis yang mengingatkan akan kenangan indah bersama mantan, masih bisa aku dengar. Manis dan agak pahitnya teh tarik, serta asinnya bumbu mie instan masih bisa aku rasakan. Dan, Tuhan, hari ini, wanginya sabun mandi dan sabun cuci masih bisa aku hirup. Walaupun keinginan melihat sederet planet pada saat subuh belum bisa aku lihat karena langit selalu berawan, Tuhan, semoga Kau berikan aku kesempatan untuk melihatnya lain hari.

Wahai Tuhan Sang Penguasa Alam, 
Satu lagi berkah (dari sekian berkah-Mu yang tak terhitung jumlahnya). Terima kasih karena Kau masih memberikan kesempatan bertemu 20 Februari. Melewati hari itu kemarin, aku tahu, betapa Kau sayang padaku melalui keluarga dan teman-temanku. 

Tuhan, Kaulah Sang Penguasa Jiwa.
Berikan kesehatan, kerukunan, kebahagiaan, dan kecukupan untuk keluargaku. Dari perilaku mereka, aku tahu, aku adalah adik tersayang mereka. Aku tidak banyak menceritakan tentang ini karena aku tidak dapat menuangkan semuanya dalam kalimat. Akan terlalu panjang untuk diungkapkan. Kau Maha Tahu segala isi hati. Aku serahkan isi hatiku pada-Mu. 

Tuhan, berikan kesehatan dan kebahagiaan untuk sahabat-sahabatku. Aku tidak berharap mendapat hadiah dari mereka. Kehadiran mereka merupakan hadiah indah yang Kau berikan untukku. Album perjalanan, snowball, buku catatan, tas, adalah hadiah tambahan sebagai tanda sayang mereka padaku. Caring, loving, knowing, understanding, supporting, motivating, etc. Aku mendapatkannya dari mereka. Satu kalimat yang tertulis pada sampul salah satu buku hadiah mereka membuatku tertegun sesaat.

     I feel at home when I'm with you

Setuju! 
Tuhan, mereka adalah rumah keduaku. Kau Sang Maha Pengatur, Tuhan. Kau pastilah juga mengaturnya demikian. 

Satu pepatah (entah dari mana, tapi aku suka sekali dengan pepatah itu) mengatakan:

     "A true friend is a like four leaf clover. It's hard to find but lucky to have."

Ya.., sahabat-sahabatku adalah semanggi berdaun empatku. Sahabat-sahabat yang ingin aku bahagia, ceria, senang. Aku dapat merasakan ketulusan, kasih sayang, menerimaku apa adanya. Tuhan, berikan mereka keberuntungan seperti aku mendapatkan keberuntungan karena memiliki mereka. 

Tuhan, berikanlah balasan pada keluarga, para sahabat, dan teman-temanku yang telah melimpahiku dengan banyak doa pada hari itu. Semoga segala kebaikan mereka, kau balas berlipat ganda. Semoga para malaikat mengamini.

Yang terakhir (dalam surat ini). Tuhan, jadikan aku orang yang bersyukur. Supaya aku bisa menikmati semua berkah yang kau berikan dalam setiap hembus napasku. Alhamdulillah.

Terima kasih, Tuhan. 


Dari aku, sosok kecil dengan keberuntungan tak terhingga.

17.2.16

Kepada Temanku (Dulu)

Melihat benda yang dulu kau berikan, rasanya sedih
Mengingat dulu kita saling bercerita, rasa ingin kembali ke masa itu
Mengingat dulu kau memberiku semangat, itu kenangan indah
Mengingat.. mengingat.. mengingat...
Mengingat sesuatu yang sudah lalu,
mengingat yang sekarang telah hilang,
rasanya memang menyedihkan.
Tapi, saatnya aku harus menentukan sikap.
Aku tidak bisa seperti dulu.
Aku copot sesuatu yang mengingatkanku padamu.

Dan.. tak perlu kuingat masa lalu. 

4.2.16

Menyambut Kenangan 24 Februari


Kepada Kenangan,

Tiba-tiba ter-insight untuk berkirim kabar denganmu, Kenangan. Gara-garanya, dua orang memasang foto kami saat bepergian bersama sebagai display picture. Jadilah aku teringat dirimu. Kenangan dua tahun lalu.

Kenangan,
Dua tahun lalu adalah salah satu momen indah buat aku. Beramai-ramai pergi, tertawa bersama, saling tunggu, saling hargai satu sama lain. Tidak ada cibir tak suka atau ucapan yang mengiris gembira. Kami semua menikmatinya. Ingat saat-saat bengong bersama di depan loket Universal Studio karena ada rezeki tambahan? Gara-garanya kami menghitung-hitung untuk menghemat makan supaya nggak kehabisan uang. Ha..ha..ha. Anugerah yang patut disyukuri, nggak sih? Jelas!

Kenangan,
Setahun lalu di bulan Februari tanggal 24, kau juga kembali menghampiri kami. Hari itu, kami saling bertukar kenangan. Mengingat setiap saat kebersamaan kami. The Mummy yang spektakuler, perahu arung jeram yang nggak mau dijalankan petugas gara-gara ada plastik di tengah perahu (dan kami tidak ada yang sadar sehingga kami sibuk mencari sebabnya), mengejar dan menunggu bis terakhir (padahal beberapa menit kemudian ada bis pertama). 

“Jam segini kita lagi di ... "
"Jam segini kita lagi di...” 

Begitulah kami mengingatmu sepanjang hari. Aahh... kau hadirkan banyak ingatan indah, Kenangan.

Andaikan waktu bisa diutak-atik, ingin rasanya mengulang kembali.



Note:
Bentar lagi tanggal 24. Ada acara mengenang kembali? 

2.2.16

Kepada Seseorang yang Kupanggil 'D'

Dear D,
Sebenarnya, aku tidak tahu jelas bagaimana status hubungan kita. Tak pernah ada kata sepakat untuk pacaran, tapi jelas-jelas kita seperti dua orang yang pacaran. Main, kenal dengan keluarga masing-masing, merayakan ulang tahun yang sudah menjadi ritual tiap tahun, saling cerita, telepon, dan lain sebagainya. Teman-teman kita sudah memproklamirkan kita sebagai sepasang kekasih. Ketika kau lamar aku, aku hanya tertawa. Tidak tahu kenapa. Rasanya belum pas saja kau lamar aku saat kita dekat baru tiga bulan. Meskipun begitu, hubungan kita tetap seperti sebelum kau lamar aku. Kau bela aku dari orang-orang yang tidak suka dengan hubungan kita. Aku adalah orang pertama yang kau telepon ketika kau pindah kerja (dan kau pindah tanpa bilang padaku). Sampai kita putus pun, tak ada kata ‘putus’ dari kita berdua. Hanya kita semakin menjauh hingga sekian tahun lamanya. Kontak-kontakan lewat dunia maya masih berlangsung dan kita sama-sama masih melajang. Tak ada satupun dari kita yang bicara pernikahan. Kau tidak melamarku lagi. Sekian tahun berlalu dan aku masih begitu teringat dengan sosokmu dan kenangan kita. Apa pun yang kulihat, kudengar, kurasa, pasti dikaitkan dengan dirimu. Aku tidak tahu bagaimana perasaanku terhadapmu saat ini? Apakah masih cinta (karena aku tidak juga beralih ke lain hati)? Ataukah aku hanya sosok wanita yang terperangkap masa lalu. Kalaupun kau lamar aku, aku sendiri tidak tahu apakah akan menerima atau tertawa seperti dulu? Hubungan macam apa ini? Aku tidak bisa menjawabnya.

Dear D, apakah kau bisa menjawab pertanyaanku?

Salam kangen,

V