10.7.13

Lupa

Foto oleh Lupytha Hermin

Enam tahun lalu.

Aku pertama kali bertemu dengannya saat ia datang ke kamarku dan menanyakan arah kiblat. Oh.. anak kos baru, kataku dalam hati. Seiring waktu, kami sering bertemu. Sekedar berbincang atau diskusi mengenai kesukaan kami yang kebetulan sama. 

Andara namanya. Perempuan mungil dengan kulit coklat dan wajah manis. Memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik dan kecepatan dalam mempelajari bahasa asing selain bahasa Inggris. Terbuka dalam mengungkapkan perasaan melalui status facebook. Dalam sehari, ia menuliskan 'apa yang ia pikirkan' lebih dari aturan meminum obat. Suatu hari, ia berkata padaku. 
     
     "Aku ini bodoh, Kak."

Aku mengerutkan kening. 

     "Kenapa kamu berkata seperti itu?"
     "Lihat, teman-temanku. Mereka mudah sekali mendapat pekerjaan. Bisa ini itu dengan mudah. Sedangkan aku?"
     "Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, Ra."
     "Yang aku punya hanya kekurangan, tidak ada kelebihan." 
     "Kamu punya, hanya saja kamu belum mengenal diri kamu. Allah tidak akan menciptakan sesuatu tanpa guna."
     "Tidak, aku tidak punya kelebihan."

Esok harinya, kuberikan selembar kuesioner untuk Andara isi. Tujuannya sederhana, aku bermaksud mengajaknya 'mengenali' dan 'menyadarkan' dirinya bahwa ia punya kelebihan. Ternyata, tujuanku tidak 'kena'. Ia justru semakin terpuruk dengan hasil kuesioner yang ia isi.

     "Tuh, kan, aku orangnya seperti ini. Sama sekali tidak punya kelebihan." 

Aduh, aku salah langkah. Lama-lama aku sebal dengan pandangan Andara terhadap dirinya yang jauh dari pandangan positif. Sampai suatu ketika aku menyerah dengan usahaku agar Andara melihat 'dirinya'. Perjumpaan kami pun berakhir karena Andara harus kembali ke kota kelahirannya di Jawa Tengah. 

                                                            ***
Sekarang aku sedang menunggu seminar tentang belajar bahasa asing dengan mudah. Kata teman-teman yang mengajakku ikut, pembicaranya bagus. Oke, baiklah! Aku akhirnya mendaftarkan diri bersama mereka untuk ikut seminar. Suara pembawa acara sudah terdengar tanda acara akan segera dimulai. Aku pun memandang ke panggung. Aku terkejut ketika pembawa acara mengenalkan pembicara seminar ini. Andara. Pembicaranya Andara! Aku membaca brosur seminar ini. A. Razetha Mariana. Oh.. ternyata 'A' adalah Andara. Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba aku merasa bahagia.

Saat break seminar, aku menghampiri Andara. Ia terkejut. 

     "Kak Sandra!" Ia menyebutkan namaku dengan binar-binar di matanya.
     "Tak disangka, ya, bisa bertemu di sini. Hebat kamu, Ra. Bisa menjadi pembicara. Selamat, ya, " kataku.
     "Kak, terima kasih." Mata Andara berkaca-kaca. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Andara kembali bicara.
    "Kalau dulu Kakak tidak memarahi aku, mungkin aku masih terpuruk dengan pandangan buruk terhadap diriku sendiri. Terima kasih sudah menyadarkanku, Kak."

Aku masih tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Andara.

     "Memarahi kamu?"
     "Kakak, masa Kak Sandra tidak ingat kalau dulu Kakak pernah marah padaku. Waktu itu, Kakak berkata kalau hal pertama yang harus aku lakukan adalah harus percaya bahwa aku punya kelebihan. Ya, Kak. Sejak Kakak marah, aku percaya bahwa aku bisa. Itulah yang membuatku jadi seperti sekarang ini. Terima kasih, Kakak."

Andara memelukku. Aku sendiri masih tidak ingat dengan apa yang kuucapkan pada Andara lima tahun lalu. 


#14DaysofInspiration

Bandung, di malam hari. 
Untuk temanku di sana, percayalah, kamu punya kelebihan. Hanya saja kamu belum menyadarinya. 

3 comments:

  1. manis sekali in,, suka

    ReplyDelete
  2. Andara itu sekarang sudah menemukan kprcayaannya apalagi saat mengisi bahasa inggris, dy pemalu di luar tp saat bicara bhs inggris, dy sangat pede

    ReplyDelete