16.7.13

Sendal Jepit Baru

Hari ini adalah hari keempat aku mengikuti suatu pelatihan. Setiap pagi, peserta dan panitia selalu ditanya apa perasaan hari ini. Begitu juga ketika selesai pelatihan. 

Pagi ini, sang trainer kembali bertanya apa perasaan kami hari ini. Aku, dengan bahagia mengatakan:

     "Hari ini aku merasa lega sekali karena pagi ini, sebelum pergi ke sini, akhirnya aku berani meminta maaf pada kakakku atas kesalahan yang kulakukan berpuluh-puluh tahun lalu." 

Selain perasaan lega, hati ini rasanya bahagia. Waktu aku kecil, aku menangis karena ingin sekali mempunyai sendal jepit baru. Sendal jepit! Ibuku tidak punya uang untuk membeli yang baru. Saat itu hujan turun dengan derasnya. Aku tidak mau tahu, pokoknya aku ingin sendal baru, begitu pikirku. Kakakku, dengan berhujan-hujanan, mencuci sendal jepit lama di sumur di samping rumah. Ia lalu datang lagi kepadaku. Rambutnya basah. Kakak membawa sendal. Ini sendal baru, kata kakakku. Sambil menangis, aku menolak sendal itu karena aku tahu sendal itu bukan sendal baru. 

Sesudah aku beranjak besar, aku masih teringat dengan peristiwa itu. Aku merasa bersalah. Perasaan yang saat kejadian itu tidak aku rasakan. Aku merasa bersalah karena membuat kakakku harus berbasah-basahan mencari 'sendal baru'. Trenyuh setiap kali mengingatnya. Meminta maaf sangat ingin aku lakukan, tapi aku tidak berani. Sampai hari ini, aku sedang memakai sepatu sebelum pergi pelatihan. Aku dan kakakku berbicara tentang 'masa dulu'. Saat itulah aku meminta maaf atas kesalahanku waktu itu. 

Ya, hari ini aku merasa lega dan bahagia karena berhasil mengatakan 'maaf' pada kakakku. Saat aku menceritakan ulang kejadian itu, kakakku bertanya:
     
     "Yang mana, sih?"

Ia benar-benar lupa kejadian itu! Perasaan bersalah kutanggung setiap kali mengingatnya padahal kakakku sendiri tidak ingat kejadiannya. Yang pasti, aku makin sadar bahwa kakak benar-benar sayang padaku.


#14DaysofInspiration
사랑 해요, 언니!

No comments:

Post a Comment