5.11.18

Lara

     Lara memasuki kamar. Ia menuju meja belajar. Sekilas ia melihat langit malam melalui jendela kamar yang terbuka. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Lara menatap langit. Lalu, cepat-cepat ia berjalan menuju lemari.
     "Mana, ya?" Lara berbicara sendiri di hadapan lemari yang terbuka. Dikeluarkannya baju-baju dan dipilah-pilah. 
     "Tidak ada. Di mana, ya?" Disimpannya tumpukan baju di atas kasur. Lara kembali memilah-milah baju sambil bermonolog, mencari-cari baju pengantin.
     Tumpukan baju semakin banyak yang berpindah ke atas kasur. Tiba-tiba, terdengar pintu depan dibuka.
     "Bu!" Teriak Lara dari dalam kamar. "Bu, Ibu!" Teriakan Lara lebih, keras. 
     "Kamu di mana?" Lara mendengar Ibu menyahut.
     "Di kamar," jawab Lara.
     Suara langkah kaki mendekati kamar Lara.
     "Ada apa, Ra?"
     "Baju pengantin aku mana? Rasanya aku bertambah berat. Kalau kekecilan, aku mesti diet."
     Ibu mendekati Lara. Sambil mengelus rambut Lara, Ibu berkata,
     "Ibu punya resep baru. Yuk, kita coba!"
    Mata Lara berbinar. Ibu menggandeng tangan Lara menuju ruang makan. Ibu melewati Bapak yang sedang menonton televisi. Pandangan mata Bapak mengikuti mereka berdua. Ibu menggerakkan kepala ke arah Lara. Bapak berdiri mengikuti Lara dan Ibu.
     "Ini bahan-bahannya, Ra," kata Ibu sambil mengangsurkan secarik kertas dari tasnya.
     "Bapak sudah lama tidak mencicipi kue buatanmu , Ra," kata Bapak.
     "Sebentar lagi, Pak, "  sahut Lara sambil membaca resep dari Ibu. 
     Ibu perlahan-lahan pergi menuju kamar Lara. Sayup-sayup, terdengar suara Bapak dan Lara berbincang.

*
     Ibu menatap tumpukan baju di kasur Lara dengan tatapan sedih. Ia berjalan menuju jendela dan menutupnya. Tirai ia geser. Sekarang, jendela kamar Lara tertutup rapat. Tak ada celah sedikit pun. Tadi, Ibu dan Bapak harus ke rumah sakit. Sahabat Bapak kritis. Ibu lupa, sekarang masanya bulan sabit menggantung di langit. 
     Biasanya, saat bulan sedang sabit, Ibu dan Bapak tidak akan ke mana-mana. Sejak sore, bahkan kadang, sejak siang hari, Ibu dan Bapak sudah di rumah. Mereka akan membuat Lara sibuk dengan hobi memasaknya, satu-satunya hobi yang bisa membuat Lara melupakan hal lain. Ibu atau Bapak akan menutup semua tirai rapat-rapat sebelum malam tiba. Mereka menjaga Lara dari bulan sabit.
      Setiap kali melihat bulan sabit, Lara teringat kalau dirinya adalah calon pengantin. Sudah enam bulan berlalu sejak Lara mendengar kabar. Calon suaminya meninggal ketika Lara sedang memandang bulan sabit dari jendela kamarnya, seminggu sebelum pernikahan mereka. ****
     
     

1.2.18

Cerita Tentang Sebuah Gelang

Hari pertama tahun ini diwarnai dengan rasa lega. Sebabnya, gelang yang (sempat)hilang akhirnya ditemukan. Gelang pemberian seseorang plus dengan cerita intrik-intriknya. Satu hal terbaik dalam hidup. Gelang ini beberapa hari yang lalu sempat dibahas dengan kakak. .
Kakak nanya "Ini kaitannya gampang lepas ya?" "Ya, bisa aja, kalau keluar dari lubangnya," aku jawab begitu. Jawaban yang semua orang juga tahu. .
Selama memakai gelang itu, baru kemarin kejadian lepas. Sebelumnya belum pernah. Sadarnya di suatu tempat yang bukan bernama rumah. Tempat wisata. Di luar kota. Pas lagi duduk-duduk. Seinget aku, sebelum pergi, aku pakai gelangnya. Sekarang, nggak nangkring di pergelangan tangan. 😣😣 Di cari di atas meja, bawah meja, sekeliling, ga ada. Udah berpikir, yah... hilang. Ya sudahlah. Ikhlaskan saja. Jodoh aku sama gelang cuma sampai di sini. Biasanya kalau ikhlas bakal balik lagi. Pikiran untuk menenangkan hati sebenernya. Bilang ikhlas, tapi masih mikir kemungkinan di mana dan akan mencari ke mana. Bisa jadi di rumah, di dalam tas, di bawah mobil, di dalam mobil, dan semua tempat yg memungkinkan. Kalau sampai tidak ketemu, ada 2 kemungkinan yang bisa dilakukan: 1. Pengakuan dosa kepada yang memberi kalau gelangnya hilang waktu lagi liburan, atau 
2. Nggak ngaku kalau hilang.

Namanya juga usaha. Sampai di mobil, masih disempatkan liat ke bawah. Nggak ada. Level optimis mulai menurun. Suatu saat dalam perjalanan pulang ke rumah, kami mampir ke mini market karena mau beli minum. Aku nggak ikut turun. Trs kuraba-raba jok. Aha! Ketemu!πŸ˜₯πŸ˜₯πŸ˜₯ Dari peristiwa itu, aku belajar tentang ikhlas. Ikhlas kehilangan berbuah: bisa tergantikan dalam bentuk lain, atau bertemunya kembali sesuatu yang terpisah (lagi konteks ngomongin barang ya, bukan mantan πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†). Malam itu kemudian diakhiri dengan kelegaan dan ucapan syukur. Alhamdulillah.

Selamat Tahun Baru. Semoga kelegaan menggantikan kecemasan dan kekhawatiran di tahun 2018. Semoga aku bisa menjadi pribadi yang ikhlas. .

#30HBC1801

28.1.18

Docang

Makanan yang cuma ada di Cirebon. Lontong (ada juga yang makannya ditambah nasi), ditambah kangkung, toge, kadang jantung pisang, diguyur kuah yang agak-agak butek karena dikasih dage. Ga asik kalo ga pake krupuk. Jadi wajib ada krupuk. Biasanya dimakan untuk sarapan atau makan malam. Jarang ada yang makan sebagai cemilan πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜† (kecuali krupuknya) atau makan siang (kecuali kepepet).

Bagi orang luar Cirebon, makanan ini sering dianggap aneh. Orang Cirebon sendiri ada yang menganggap begitu. Nggak semua orang Cirebon suka docang. Tapi bagi saya, mudik adalah saatnya memakan docang...dengan krupuk menggunung yang diguyur kuah.
.
#todayisalucKyday #enjoyourlife #holiday #mudik #cirebonese 

Kekuatan Riset



Ini buku kumpulan cerita pendek. Nemu di deretan buku-buku koleksi perpustakaan Elmuloka-Bandung. Sebagai penggemar drama Korea, saya pengen baca karena setingnya Korea. Beberapa cerita saya suka. Tetapi ingatlah, suka atau tidaknya terhadap satu cerita adalah subyektif. Beberapa cerita yang saya suka sesungguhnya karena saya suka cerita-cerita dengan tipe seperti itu. Cerita yang menurut saya kurang menarik hanyalah karena saya dan pengarang punya cara pandang yang berbeda. Ada hal-hal yang menurut saya masih 'berlubang'. Jalan cerita atau ending yang gampang ditebak, kurangnya riset (dalam beberapa cerita), tata bahasa yang belum sesuai dengan 'undak usuk basa' Korea.

Saya bukan pengarang yang jago menulis. Ini bukan tips dari saya. Ini hanya masukan yang saya tahu dari orang-orang yang berpengalaman menulis. Sebelum menulis, lakukanlah riset. Hasil riset dapat menutup 'lubang-lubang' dalam satu cerita. Kalau menggunakan bahasa asing, seting tempat, makanan asing, risetlah tentang itu. Kapan dan pada siapa partikel 'yo' digunakan, butuh belajar. Setahu saya, Korea sangat ketat dalam penggunaan bahasa karena terkait sopan santun. (Sebenernya ini juga ditujukan untuk saya 😊. Riset, Iin....riset!)

By the way, saya angkat jempol buat para penulis buku ini. Mereka semua sudah 'bergerak' (seperti tema @30haribercerita  hari ini). Mereka punya tulisan yang dibukukan. Daebak!! Keep writing, ya. πŸ‘©πŸ‘©
.
.
Catatan:
Ingin tahu lebih banyak tentang Elmuloka? Silakan stalking @kinaryagagas_elmuloka πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†
Bukunya banyak dan bagus-bagus. .
.
#resensibuku #elmuloka #perpustakaanumum #enjoyourlife #youareworthit #Keepyourheadup #ayobaca!

-1 Menuju 0

Satu bagian di Nagoya University
#1
Dulu, aku sebut nama tempat ini saja kau tutup telinga.
Dulu, ketika kita melewati tempat ini kau marah-marah. Waktu kita sampai di depannya, kau buang muka. Sesudah itu, sepanjang hari aku harus mendengar omelanmu tentang betapa tempat kenangan itu ingin kau lupakan.
Sekarang, kenapa kau ajak aku ke sini?
Kau pesan makanan dan minuman yang dulu sering kau pesan. Menu favoritmu katamu.
Kau duduk dekat jendela. Tempat favoritmu dulu.
Kenapa?

#2
Kau lihat dua pohon di luar sana? Hijau dan kuning. Hijau akan berubah jadi kuning. Yang kuning akan rontok dan jadi gundul. Dunia berputar. Waktu selalu bergerak. Begitulah dunia bekerja. Bayangkan kalau pohon hijau menolak menjadi kuning. Yang kuning menolak rontok. Dunia akan kacau. Aku hanyalah manusia, yang pernah terluka, dan hanya bisa sembuh dengan berlalunya waktu. Bayangkan jika aku menolak waktu berputar. Kapan aku sembuh? Datang ke tempat penuh luka ini adalah gerakanku dari -1 menuju 0.

#3
Ia menyeruput kopinya. Matanya masih menatap dua pohon beda warna di luar sana. Aku terdiam mendengar ia bicara. Tak ada niat menanggapi, menyangkal, atau sekedar komentar. Aku hanya berharap, ia sembuh dengan segera. ****

Lokasi pohon dua warna: Nagoya University, Nagoya-Jepang.
Ditulis dalam rangka tantangan #30haribercerita #30hbc1828 #30hbc18bergerak
.
.
#nagoyauniversity #todayisalucKyday
#autumnlover #youareworthit #Keepyourheadup #createhappinessagoyauniversity #todayisalucKyday
#autumnlover #youareworthit #Keepyourheadup

31.12.17

Nomor Besar Atau Nomor Kecil?

Saya penyuka kereta api. Nggak fanatik dengan selalu beli tiket dengan kursi eksekutif, bisnis, atau ekonomi. Apapun yang penting sesuai dana yang dimiliki. Dengan kemajuan yang terjadi, saat ini, PT Kereta Api Indonesia-pun mengalami perubahan. Mutu atau mati. Ungkapan yang cocok untuk layanan jasa apapun. 

Perubahan baru yang diusung PT KAI juga membuat penyesuaian dalam penyediaan gebong eksekutif, bisnis, dan ekonomi. Contohnya, saya naik kereta Cirebon Ekspres dari Cirebon ke Jakarta. Pilihannya hanya dua, eksekutif atau ekonomi. Berhubung saya pesan dalam waktu yang agak-agak (biasa) mepet, harga tiket eksekutif dan ekonomi yang ramah kantong (saya) sudah habis. Akhirnya saya pilih ekonomi.

Gerbong ekonomi sudah bukan lagi gerbong dengan kursi yang tak nyaman, sumpek, banyak pedagang. Dengan aturan baru, pedagang asongan yang dilarang masuk ke dalam stasiun membuat nyaman penumpang. Ditambah lagi, sekarang kursi kereta ekonomi-pun cukup nyaman. Jarak antar kursi masih sempit. Kalau sama lebarnya dengan gerbong bisnis atau eksekutif, ga ada bedanya dong, hehehe.. Tapi ini ga terlalu masalah. Toh kaki saya gak panjang. Lutut saya masih bisa masuk dan masih ada jarak dengan kursi depan. Akan jadi tidak nyaman kalau penumpangnya berperawakan besar atau berkaki panjang. 


Colokan listrik. Salah satu benda yang dicari-cari di zaman sekarang tersedia di setiap lajur kursi. 

Gerbong ekonomi yang sekarang bentuknya berhadapan di tengah (no. 11 dan 12). Nomor 1-10 mengikuti arah kursi no.11 dan nomor kursi sesudah 12 mengikuti arah no.12. Ketika saya memilih nomor yang berlawanan arah dengan arah laju kereta, disitu saya merasa seperti menentang hukum alam (halah..lebay). Ga apa-apa sih. Tapi buat saya nggak enak rasanya. Masalahnya adalah... saya SELALU LUPA...mana kursi yang searah dengan laju kereta. Berusaha diingat-ingat, tapi pada saat memesan lagi, saya lupa. Berusaha dicatat, saat mau mesan, catatannya entah di mana. Di mana saya mencatat saja lupa. Akhirnya saya browsing dan mengikuti apa yang tertulis di salah satu blog. Katanya, kalau tujuan kita arah timur, pilihlah nomor kecil dan sebaliknya, kalau tujuan kita arah barat, pilihlah nomor besar. Karena saya mau ke Jakarta yang itu berarti ke arah barat dari Cirebon, saya pilih no. 14A. A letaknya di pinggir jendela (tempat duduk favorit saya adalah dekat jendela)..Dan benaarrrr. Thanks to the blogger. Saya merasa bukan seperti undur-undur yang berjalan mundur, πŸ˜†πŸ˜† Have a nice trip******


Akhirnya saya memilih mencatat di blog. Supaya lain kali saya memesan kursi di gerbong ekonomi, saya ingat di mana catatan saya. 

30.12.17

Ke Jepang, Naik Apa?

Jelas, naik pesawat lebih efektif dan efisien. Kalau naik kapal laut, pasti lama nyampenya. Kalau naik mobil, pasti butuh pesawat atau kapal laut juga untuk bawa mobilnya. Kalau bawa mobil naik pesawat, kok rasanya repot amat ya. Ah sudahlah. Dua kali ke Jepang, pastinya dapat tiket pesawat murah.

2015
Jakarta - Osaka
Perjalanan pertama, dari Bandara International Soekarno-Hatta, Jakarta, kami (saya pergi dengan seorang teman) naik AirAsia. Dari Jakarta, kami transit di Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA2), Malaysia. Sampai di KLIA sekitar jam 11-an kalau nggak salah. Jadi makan siang di sana. Kalau bawa bekal, makan aja bekalnya. Kalau makan siang di airport, jangan lupa bawa ringgit. Kalau tahan sama lapar, bisa beli makan di pesawat. Tapi sebaiknya jangan nggak makan. Soalnya sampai Kansai International Airport di Osaka malam hari. Kalau nggak makan, alhasil kelaparan dengan amat sangat. Kecuali memang niat nggak makan (tapi mending jaga kesehatan). 

KLIA2, Kuala Lumpur, Malaysia

Oh iya, karena transit, jadi begitu turun pesawat, carilah petugas bandara untuk melaporkan bahwa kita transit dan akan melanjutkan perjalanan ke Kansai International Airport, Osaka. 

Beberapa jam kemudian, kami terbang di sekitaran jam 3 sore. Di pesawat, untuk minum dan makan, harus beli. Silakan pesan makanan dan minuman kalau lapar dan haus (jika tidak membawa persediaan makanan). Kalau minuman, mungkin tidak akan bisa lolos atau pemeriksaan. Mau nggak mau harus beli di pesawat kalau ingin minum.

Tokyo – Jakarta
Pulang ke Jakarta, kami naik Philippine Airlines dari Haneda Airport, Tokyo. Dapat tiket promo. Naik Philippine Airlines, saya juga transit di Ninoy Aquino International Airport, Manila. Turun pesawat, penumpang yang transit akan diarahkan untuk ke bagian transit dan menunggu perjalanan berikutnya. Kami kemudian naik Philippine Airlines menuju Bandara Soekarno- Hatta, Jakarta.

Ninoy Aquino International Airport, Manila - Filipina
Soal makanan dan minuman, penumpang  terjamin dengan baik. Dari Haneda, Tokyo ke bandara Ninoy Aquino, Manila, kami mendapat makan dan minum. Dari Manila ke Jakarta, kami juga dapat makan lagi. Kalau perjalanan malam, siap-siap saja dibangunkan untuk diberi makan.

2017
Jakarta – Kansai International Airport
Dari Jakarta, saya dan beberapa teman seperjalanan naik Garuda Indonesia jam 5 sore. Beruntungnya kami, tiketnya promo pergi - pulang. Kami transit di Ngurah Rai International Airport, Bali. Sampai di Bali kurang lebih jam 8 malam waktu setempat. Turun pesawat, petugas sudah berjaga-jaga untuk memberitahu arah bagi penumpang yang transit.

Kami menunggu sampai tengah malam, baru kami terbang ke Osaka. Untuk urusan makan, tidak perlu dikhawatirkan. Dari Jakarta – Bali, Bali- Osaka, pramugari pesawat lalu lalang menawarkan makanan dan minuman.



Kansai International Airport - Jakarta
Dari Kansai ke Jakarta, kami mengambil penerbangan langsung. Jadi tidak transit dulu ke Bali. Saat kami pulang, Bandara Ngurah Rai Bali sedang ditutup karena meletusnya Gunung Batur. Keadaan ini membuat meja check in penuh dan mengantri panjang karena penerbangan ke Bali dialihkan ke Jakarta. Tak ayal lagi, penerbangan ke Jakarta penuh. Berhubung kami sudah memesan tiket pulang pergi, kami aman sampai di Jakarta. Masalah makanan, tidak perlu khawatir. Urusan perut terjamin tanpa perlu bayar lagi.


Jadi, 
1. Jika ingin bepergian jauh, paling asyik memang cari tiket promo. Ada rasa puas (dan bangga) kalau dapat tiket promo. Untuk itu, harus rajin-rajin browsing atau cari info tentang kapan ada acara-acara jual tiket promo. Kami dapat promo Garuda waktu Garuda Fair. Tiket promo belum tentu urusan makan tidak terjamin. Ada kok, penerbangan-penerbangan yang menyediakan makanan meskipun kita bayar murah. 

2. Kalau kita beli tiket promo pergi-pulang, maka tiket pergi harus terpakai. Jika tidak terpakai, akan dianggap hangus sehingga tiket pulang tidak bisa digunakan. Jadi, harus beli tiket baru lagi untuk pulangnya. Misal, saya beli tiket promo pergi - pulang dari Jakarta - Kansai, Kansai - Jakarta. Tapi karena saya ada urusan mendadak ke Malaysia, saya berangkat dari Kuala Lumpur, bukan Jakarta. Nah, kalau begini, tiket saya hangus Saya tidak bisa memakai tiket pulang saya. 

Saya tidak tahu apakah ini hanya berlaku bagi semua maskapai atau hanya untuk Garuda Indonesia saja. Sebaiknya tanyakan dulu jika kalian membeli tiket promo pergi - pulang. Jangan sampai baru tahu saat di bandara. 

3. Intinya, pelajari baik-baik sebelum memilih penerbangan mana yang mau kita ambil sehingga kita tidak kecewa.   

4. Kalau transit, jangan lupa, carilah bagian transit untuk laporan sebelum perjalanan berikutnya.


Selamat bepergian. Enjoy your life! Enjoy your trip.