24.7.13

Teman Lama

Listy! Kamu Listy kan?

Seorang perempuan cantik menyapaku dalam perjumpaan tak sengaja di sebuah pusat perbelanjaan. Aku mengangguk dengan wajah bertanya-tanya siapakah wanita cantik ini? Apakah aku sekelas selebriti sehingga orang yang tak kukenal mengenali diriku? Ah, kamu berkhayal, Listy! Kataku dalam hati.

Ehmm.. Iya, benar. Saya Listy. Maaf, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?

Aku bertanya pada wanita cantik itu. Kupandangi wajahnya. Hidung mancung, alis mata rapi melengkung, bulu mata tebal dan lentik, mata dengan kontak lensa berwarna hazel, pipi tirus, kulit putih, dan make-up tipis di wajahnya. Kupanggil ingatanku tapi tak satu pun memori tentang wajah ini muncul di kepalaku. Wanita cantik itu tertawa mendengar pertanyaanku. 

Listy..Listy! Benar kamu nggak ingat aku? Aku Melinda, teman sebangku kamu di kelas dua SMA. 

Benar, Melinda memang teman sebangku sewaktu di SMA. Kenapa tidak ada file ingatan tentang wajah ini? Sepuluh tahun kami berpisah. Jangankan sepuluh tahun, berpisah lima belas tahun pun, file ingatanku masih bisa 'dipanggil'. Otakku dianugerahi processor yang canggih sehingga mudah memanggil memori wajah seseorang meskipun muncul bertahun-tahun lalu. Tapi mengapa wajah ini tidak meninggalkan bekas sedikitpun di kepala ini?

Melinda? Ya ampun, Mel! Aku pangling.

Senyum Melinda masih menggantung di wajahnya. Aku masih tidak mengerti dengan wajah ini. Benarkah ini Melinda? Otakku terus kuputar tapi nihil. Aku benar-benar tidak ingat dengan wajah Melinda yang 'ini'. Aha! Aku ingat. Kalau ia benar-benar Melinda, pasti ia bisa menjawab pertanyaanku ini.

Mel, apa kabarnya boneka kesayanganmu yang selalu dibawa-bawa ke sekolah? Sampai pernah mau disita sama guru matematika karena kamu pegang-pegang terus. Siapa tuh namanya?

Aku pura-pura bertanya karena sebenarnya aku ingat nama boneka itu. Bagaimana tidak ingat kalau nama boneka itu sama dengan nama pacarku waktu aku SMA? Kebetulan sama tepatnya.

Chiko masih aku simpan, Lis. Sudah kusam, tapi aku masih sayang. Boneka itu menyimpan banyak kenangan.

Betul! Ia benar-benar Listy. Nama bonekanya memang Chiko. Aku masih merasa aneh dengan Melinda yang 'ini'. Tapi, ia benar-benar Melinda. 

Minum, yuk! Kita rayakan pertemuan kita.

Melinda menggandeng aku. Kuturuti kemauannya. Kami duduk berhadapan. Wajah di hadapanku masih kuteliti. Aku masih mencari jawaban atas keherananku. Duduk berhadapan seperti ini membuat aku lebih leluasa mengamati wajahnya. Aku ingin menemukan 'keanehan' ini. Kubuka memori jaman dahulu, ketika kami SMA. Dulu, wajah itu bulat, bukan tirus seperti sekarang. Hidungnya tidak semancung sekarang. Pipinya dulu cubby. Bukankah pipi cubby memang cocok dengan hidung yang rendah? Bulu mata palsu, membuat kedipan matanya seperti berbeban. 

Mel, aku pangling. Kamu berbeda sekali dengan jaman SMA dulu. 

Aku berkata pada Melinda. Ia tersenyum.

Banyak orang yang berkata seperti itu, Listy. Tidak salah, sih. Aku memang banyak berubah sampai-sampai banyak yang tidak kenal padaku. Aku tinggal di Korea sejak lima tahun lalu. Kerja di sana. Mutasi. Di sana banyak diskon, Lis. Bahkan, aku dapat voucher gratis. Sayang, kan kalau tidak dipakai." 

Keningku berkerut. 

Diskon? Diskon apa?

Aku bertanya dalam ketidakmengertianku.

Oh.. Operasi plastik, Lis. Di sana, klinik kecantikan bertebaran di mana-mana."

Melinda menjawab dengan ringan. Ia lalu tertawa. Aku kenal dengan tawa itu. Itu memang tawa khas Melinda. Pantas aku tidak ingat wajahnya. Ternyata, ia sudah mengubah dirinya. Kalau tawa bisa dioperasi, apakah Melinda juga akan mengoperasi tawanya? Aku menggelengkan kepala. Aku benar-benar tidak mengerti. Sebenarnya, aku suka Melinda yang dulu. Lebih original.

#ngabubuwrite. Waktu

No comments:

Post a Comment