24.2.13

School 2013, Potret Dunia Pendidikan Korea yang Mirip dengan Indonesia

Film seri Korea tentang suka-duka guru-murid di sekolah dan latar belakang keluarga. Untuk penyuka drama seri Korea, tentunya menonton film ini merupakan suatu keasyikan tersendiri. Bagi yang tidak hobi nonton, merupakan suatu perjuangan untuk menontonnya sampai habis. Bahkan, mungkin akan ditinggalkan sebelum sempat menonton sampai tamat atau memutuskan untuk tidak menonton sama sekali. It's ok. Semua orang tentu punya pilihan masing-masing. Betul?

Saya belajar beberapa hal dari film ini. Selain karena hobi saya nonton film, profesi saya sebagai guru jelas membuat saya merasa harus melihat film ini. Film-film tentang sekolah selalu menarik perhatian saya. Sebagai acuan bagi diri saya sendiri. :-) Mungkin buat para guru yang tidak suka menonton bisa menyempatkan diri untuk menontonnya. Banyak hal yang bisa diambil sebagai pelajaran.

School 2013 merupakan gambaran dunia pendidikan di Korea. Apa yang digambarkan dalam film tersebut terjadi juga juga di dunia pendidikan kita. Mari kita lihat dari masing-masing aspek dalam film tersebut. Lalu, kita renungkan apakah ini terjadi juga di dunia pendidikan kita.
  • Siswa
Berbagai tingkah polah siswa tergambar di sini. Siswa dengan target nilai yang tinggi, sudah memiliki rencana universitas yang akan dimasuki, atau siswa yang tidak memiliki target lulus, datang ke sekolah hanya sekedar 'datang'. Siswa dengan cerminnya yang selalu digunakan kapan pun untuk melihat penampilannya. Siswa yang iri, menuduh orang lain tanpa bukti. Gang sekolah, kekerasan yang terjadi di sekolah. Masalah kekerasan di sekolah ini merupakan isu hangat saat ini di Korea. Semoga tidak terjadi di sini, ya. Siswa yang tidur di sekolah ketika guru mengajar, kecapekan karena kerja paruh waktu demi menghidupi diri sendiri. Siswa yang merasa malu karena tidak dapat sekolah di sekolah bergengsi. Apa lagi, ya. Oh ini, persahabatan sangat kental terlihat dalam film ini. Membela teman, membantu teman. Belajar memaafkan orang lain. Tidak mudah bukan, memaafkan orang lain yang sudah membuat kita menderita. Menginspirasi. Siswa yang kemudian 'sadar' akan perilakunya yang keliru dan kemudian dapat menentukan tujuan akhirnya. Melegakan!
  •  Orangtua
Gambaran siswa di atas, ternyata berhubungan dengan orangtua. Orangtua yang sangat mendikte anaknya, menentukan anaknya harus ikut lomba apa, masuk jurusan apa di universitas nanti, menimbulkan perasaan tertekan pada anak sehingga anak hampir memutuskan untuk bunuh diri. Orangtua yang bolak-balik datang ke sekolah untuk menyuarakan pendapatnya (protes). Memrotes guru ketika anaknya mendapat nilai di bawah harapannya dan protes tentang tingkat kesulitan soal-soal ulangan yang dibuat guru. Hmmm....Terdengar familiar dengan keseharian saya. :-) Orangtua yang meninggalkan anaknya, bekerja di luar kota. Di sekitar kita juga banyak, kan? Orangtua yang 'ringan tangan'. Anak yang menyerahkan dirinya untuk dipukul hanya untuk meredakan emosi sang ayah dan kemudian jadi model buat anaknya. Anaknya melakukan hal yang sama di sekolah ketika ada masalah terjadi. Melakukan tindakan kekerasan sebagai bentuk penyelesaian masalah. Tidak baik, ya. Yang penting untuk diingat adalah: orangtua merupakan model untuk anak. Anak akan melakukan hal yang sama dengan orangtua karena melihat orangtuanya. So, be careful parents. Hati-hati dengan sikap, ucapan, dan perbuatanmu. Anak akan melihatnya dan menginternalisasi dalam dirinya.
  • Guru
Perbedaan cara mengajar, metode, dan prinsip mengajar. Perbedaan manajemen kelas dan pendekatan yang digunakan untuk mengenali dan berinteraksi dengan siswa. Kehangatan atau rasional. Perbedaan cara menyelesaikan masalah yang terjadi pada siswa. Merasa gagal menjadi guru. Pengalaman dan masa kerja ternyata mempengaruhi bagaimana sudut pandang guru dalam memandang masalah yang terjadi. Terjadi juga, kan, di sini? Tertarik dengan perkataan seorang guru tua dalam salah satu episode. Ia mengatakan dengan bijak bahwa seorang guru pasti akan kembali ke sekolah. Buat bahan perenungan, nih, apakah guru benar-benar seorang 'guru' atau hanya sekedar menjalankan kewajiban sebagai guru? (Jika berpedoman pada kalimat bijak tersebut.)
  • Sistem sekolah
Ada yang sama ada yang beda dengan sistem sekolah di sini (Indonesia). Perjanjian murid-orangtua-guru. Konferensi sekolah-orangtua-guru-murid untuk membahas kekerasan yang terjadi pada siswa. Gonta-ganti keputusan (misalnya mengganti guru karena protes ortu, petisi murid, pergantian keputusan lainnya). Sistem keamanannya oke. Kunci ruang guru pakai password. Jadi, tidak sembarangan orang lain masuk. Bentuk hukuman untuk siswa: tidak diperbolehkan guru memukul murid (ada dalam klausa perjanjian), melakukan kerja sosial di sekolah (memisahkan sampah, membersihkan lapangan, membereskan gudang). Bisa dicoba, nih. Sopan santun murid pada guru (memberi salam atau menundukkan kepala ketika bertemu), tidak boleh memukul guru (jelas), ketika berbicara dengan guru tidak boleh tangannya di saku (baru tahu,saya). 

Sudahlah. Tonton sendiri saja, ya. Kesimpulan saya, tidak jauh bedanya dari yang terjadi di Indonesia. Mungkin beda kalau kita bicara kurikulum, hehehe... Untungnya (atau sayangnya?) tidak banyak tergambar dalam film ini. Hanya tergambar sedikit yaitu perbedaan tujuan akhir: nilai bagus atau penguasaan konsep. Selamat menonton. Have a nice weekend.

2 comments: