10.2.13

Berdamailah dengan Dirimu.

Bandung, 10 Februari 2013, saat hujan sudah turun.

Hai, Kat sahabatku! Ternyata aku masih ingin menulis surat untukmu. Di luar hujan sudah turun. Lebat sekali dan sudah berkolaborasi dengan udara dingin. Sementara itu, aku masih belum punya keinginan untuk melanjutkan pekerjaan. Kat, mari kita teruskan saja pembicaraan tentang tentang dirimu. Semoga kamu sekarang sudah lebih lega dengan segala kerisauan hatimu. 

Beberapa hari ini, aku membaca pergulatan batinmu. Kenapa, Kat? Kamu masih 'berperang' dengan dirimu sendiri? Apakah rasa jenuh masih menguasaimu? Atau kamu masih merasa tidak mampu untuk mengelola tugas-tugasmu? Kat, aku tahu. Orang-orang selalu memandangmu sebagai sosok yang serba bisa. Seakan-akan kau tidak diperbolehkan untuk tidak berpikir. Kat, mungkin orang-orang lupa bahwa kamu adalah manusia biasa. Bukan manusia setengah dewa. Tenang, Kat. Aku mengerti itu. Jadi, tampakkanlah kamu sesungguhnya di depanku. Jangan berpura-pura kuat jika kamu sudah tidak mampu. Aku menerimamu apa adanya. Hmmm...atau kamu masih menyesali dirimu yang saat itu tidak menggunakan kesempatan dengan baik? Aku mengerti kecemasanmu kala itu, Kat. Kesempatan memang kadang tidak datang dua kali. Aku tahu betapa kamu menyesali itu. Aku tahu itu karena hanya padakulah kamu bicara jujur. Berdoalah bahwa akan ada kesempatan lain yang lebih baik daripada yang dulu. Yakinlah, Kat. Seyakin matahari yang masih tetap akan bersinar esok hari.

Kat, aku merindukan kecerewetanmu, tawamu, senyummu, dan teduh matamu. Berdamailah dengan dirimu, Kat. Agar aku tidak merasakan kegalauanmu lagi. Tegakkan kepalamu. Aku menunggu Kat yang dulu.  

No comments:

Post a Comment