3.2.13

Aku Belajar Darimu

3.2.2013
Hai, muridku. Apa kabar? Semoga kamu sedang menjalani quality time bersama mama, papa, dan adikmu. 

Muridku. 
Pasti kamu tidak tahu. Tidak tahu bahwa sebenarnya aku mengagumimu. Tidak tahu bahwa sebenarnya kamu adalah sumber inspirasiku. Tidak tahu bahwa sebenarnya aku belajar darimu. Tidak semua guru itu tahu segalanya. Kadang kala, guru merasa bahwa murid harus mengikuti jalan pikiran guru. Kamu yang mengajari aku. Ternyata ada sudut pandang lain yang mesti aku lihat. Tidak hanya melihat dari sudut pandangku. Aku masih selalu ingat pada peristiwa di mana aku belajar tentang 'sudut pandang lain'. Kamu ajari aku walapun tidak secara langsung. Kamu punya jalan pikiran yang berbeda dengan teman-temanmu. Itulah salah satu pertanda kecerdasanmu. 

Saat ini, kamu sudah bertambah besar. Aku mengenalmu sejak usiamu 5 tahun. Kamu dulu menyukai dramatisasi. Ayahmu pernah bercerita bahwa kamu seringkali berpura-pura jadi guru dan memaksa orangtuamu menjadi murid. Kegiatan dramatisasi ini akan berlangsung berjam-jam. Selama itu pula, kamu tidak membiarkan orangtuamu untuk berhenti menjadi murid. Tahukah kamu? Role play yang kamu mainkan secara tidak langsung bercerita pada orangtuamu tentang guru-gurumu. Ah..orangtuamu jadi tahu bagaimana tindak-tanduk kami -para guru- ketika mengajar di sekolah. Mengingat itu, kadang aku jadi malu. Apakah kamu masih menyukai bermain drama seperti itu?  

Kamu semakin besar. Suatu ketika, gurumu pernah bercerita tentang nilai-nilaimu yang  menurun. Padahal, kamu adalah anak yang cerdas. Tapi ketika kamu berada di kelasku, aku melihat antusiasme dalam dirimu. Aku senang. Antusias. Seseorang mengatakan bahwa antusias berasal dari bahasa Yunani: 'en' dan 'theos' yang artinya 'di dalam Tuhan'. Itu artinya Allah bersamamu. Jika kamu tidak menunjukkan kemampuanmu yang sebenarnya, kamu mungkin sedang merasa kesulitan. Apa pun kesulitanmu, Allah pasti menolongmu. Berdoalah dan tetap berusaha. Aku akan mendoakanmu. 

Gurumu. 

No comments:

Post a Comment