8.2.14

Surat Untuk Kakak

Kakak, aku mau cerita. Cerita tentang kejadian yang kualami bertahun-tahun silam yang tiba-tiba terlintas dalam ingatanku saat kau berteriak sangat keras. Saat itu, aku begitu hopeless sehingga meledaklah emosiku. Aku menangis sejadi-jadinya sambil menghentakkan kaki di tempat tidur. Mendengar itu, kakak sulungku datang. Dia berkata dengan lembut dan tenang. Bertanya lebih tepatnya. Tapi, tak kukatakan sepatah kata pun. Lalu, kakakku mengambilkan aku segelas susu hangat. Ya, dia tahu bahwa minuman kesukaanku adalah susu. Sampai sekarang pun, aku tidak pernah mengatakan padanya bahwa penyebab tangisku adalah karena aku sangat putus asa. Bagaimana tidak? Besok, aku akan pergi berkemah. Setiap kelompok harus membawa dua tenda. Kelompokku baru mendapat satu tenda. Kecil pula. Di mana kami akan tidur? Itulah kenapa saat itu, aku hanya menangis dan terus menangis. 

Esok harinya, aku berangkat dengan perasaan cemas. Kami menuju lokasi perkemahan hanya dengan satu tenda. Akhirnya aku pasrah. Aku dan teman-teman memandang tenda kecil yang kami dirikan. Hanya satu. Kami tidak tahu di mana kami akan tidur. Tahukah Kakak apa yang terjadi kemudian? Saat kami sedang menatap tenda kecil dengan rasa sangat-sangat-sangat putus asa, seorang teman dari kelompok lain datang dan berkata, "Ini ada tenda lebih." Tahukah Kakak, apa yang kurasakan? Bersyukur. Aku sangat bersyukur. Pertolongan datang ketika aku sudah merasa sangat putus asa dan pasrah. Tuhan Maha Baik. Dia mengulurkan tangan-Nya melalui orang lain.

Bertahun-tahun berlalu sejak itu. Suatu hari, aku membaca sebuah buku. 'Being Happy' judul bukunya. Setelah membaca buku itu, akhirnya, aku mengerti mengapa Tuhan menolongku saat berkemah dulu. Jam ke-11. Itulah yang terjadi denganku. Jam ke-11, yaitu suatu keadaan di mana kita merasa sangat 'jatuh' dan putus asa. Tapi, jarum jam terus berdetak. Waktu terus berjalan. Begitulah suratannya. Sesuai hukum alam, angka 11 akan bergeser ke angka 12. Ketika teman itu datang membawa tenda, itulah jam ke-12 aku, jam ke-12 kelompokku. Beberapa kali aku mengalami jam ke-11, dan Tuhan memberikan jam ke-12 padaku. Aku baru mengerti hal itu setelah membaca buku tersebut.

Kak, aku hanya ingin berbagi melalui cerita ini. Tidak ada maksud untuk menasehatimu. Mungkin saat ini Kakak sedang berada di jam ke-11. Jangan takut. Sebentar lagi, jarum jam ke-11 akan berpindah ke jam 12. Pasrah, berserah diri, dan berdoa. Setelah itu, biarkan Tuhan yang akan menyelesaikannya untukmu. Kakak yang mengajarkan aku mengenai mimpi dan harapan. Semoga mimpi dan harapanmu tak akan pernah pupus, Kak, seperti yang pernah kau ajarkan padaku. Selamat berjuang, Kak. Tuhan akan memilih waktu yang tepat untuk mengutus jam ke-12 padamu melalui tangan orang lain. 

Dari aku yang sedang menunggu Tuhan membawaku pada jam ke-12.

4 comments: