12.2.14

Kepada Penghuni Malam

Malam kian larut. Bukan, sekarang bukan malam lagi, tapi sudah menjelang pagi. Sudah jam 2 pagi. Suasana hening. Sunyi senyap. Kepalaku sudah mulai pening. Aku merapikan laptop, charger, dan beberapa barang yang kuletakkan di tempat tidur. Aku tidur saja. Kubuka selimut, kututupi diriku dengannya. Mata kupejamkan. Aku siap tidur. Tapi kenapa telingaku menangkap suara ribut? Bukankah tadi sunyi senyap? Kenapa musik terus terdengar di telingaku? Kenapa aku melihat kerlip cahaya di lantai? Bukankah aku sedang terpejam? Apa yang terjadi? 

Dalam gelap mataku terpejam, suara-suara itu masih kudengar. Kerlip lampu di lantai kamar masih bersinar. Apa yang terjadi? Rasanya aku sudah berdoa. Apa aku perlu merapalkan doa-doa lain supaya malam kembali hening? Aku coba saja. Kupilih satu doa. Aku mulai melantunkan ayat suci dalam hati. Kurasakan badanku seperti dikelilingi angin. Semakin jauh aku membaca ayat suci, angin yang menyelimuti perlahan-lahan meninggalkanku. Selesai membaca ayat, duniaku kembali hening. Telingaku menangkap kesunyian seperti sebelum aku memutuskan untuk tidur. Apa ini? Apakah engkau Sang Penghuni Malam? Jikalau engkau benar Sang Penghuni Malam, apakah kau ingin kita bermain? 

Tidak! Aku tidak ingin bermain denganmu. Aku hanya ingin bermain dengan manusia. Hai, Sang Penghuni Malam, bagaimana kalau kita buat perjanjian. Biarkan kita hidup di dunia masing-masing. Mari kita saling menghormati. Duniaku dengan duniaku, duniamu dengan duniamu.

6 comments:

  1. tulisan ini sebenarnya horor, tapi jadi puitis gini. pinter kamu mengolahnya :D
    -ika, tukangpos

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe... terima kasih, Kakak. Mencoba menuangkan pengalaman di tengah rapat yang memusingkan ternyata nggak sia-sia. :-)

      Delete
  2. setelah melihat postingan anda , dalam 14 minggu pinggang saya sembuh ..terima kasih Iin. hahah. salam blogger

    ReplyDelete