13.2.14

Cerita Jembatan Tua




Kepada Jembatan Tua,

"Jembatan yang dulu kita lewati runtuh." 


Aku terhenyak membaca berita yang dikirim temanku. Pikiranku mengembara pada petualangan sebulan lalu. Kami berada dalam sebuah mobil menuju Sampit. Abang supir yang ramah mengingatkan kami ketika kami berada di depanmu.

"Tutup mata biar nggak takut. Jembatan ini agak ekstrim."

Saat itu, aku sebenarnya takut mendengar ucapan itu. Hanya saja, aku pura-pura tenang. Betul. Hanya pura-pura saja. Di depanku, engkau terbentang rapuh. Tua, lemah, dan tampak lelah. Seperti tidak akan kuat menahan beban kendaraan yang melewatimu. Aku tidak menutup mata. Tapi aku berdoa. Ya Tuhan, semoga Engkau masih mengizinkan aku hidup di dunia ciptaan-Mu. Dan, doaku terkabul. Kami selamat.

Sekarang, berita itu mengabarkan engkau tidak ada lagi. Engkau, jembatan renta yang sudah habis masa hidupnya. Pertahananmu runtuh sudah. Aku tidak menyesalkan ini terjadi padamu. Kau memang sudah saatnya pensiun. Aku bersyukur kau masih kuat menahan saat kami berada di atasmu. Hanya satu harapku. Semoga tidak ada korban jiwa saat kau runtuh.

Memori Kuayan-Sampit saat melewatimu.

2 comments:

  1. iya, jembatannya udah capek ya :(
    syukurlah kamu selamat, semoga gak ada korban jiwa ya
    - ika, tukangpos

    ReplyDelete
  2. Iya, alhamdulillah waktu lewat nggak apa-apa.

    ReplyDelete