22.5.16

Do and Don't Drama Korea

Kalau anda bertanya kenapa saya mengangkat drama Korea dalam tulisan kali ini, pilihan jawabannya ada 2.
1. Karena saya suka drama Korea, atau...
2. Karena saya benci drama Korea. 

....dan.... saya temasuk kategori yang pertama. 

Saya suka drama Korea. Satu dari banyak hal tentang Korea yang saya suka adalah dramanya. Musik beberapa genre atau penyanyi saya suka. K-Will lagu-lagunya cukup nge-pop. Aman buat telinga saya. Kebanyakan sih suka lagunya gara-gara saya mendengarnya di satu drama. Banyak lagu soundtrack yang sangat keren sehingga saya wajib menyetelnya sebagai moodbooster. K-pop? Hmmmm.... beberapa suka karena jenisnya, bukan grupnya. Gara-gara serangan Beast dari seorang teman yang termasuk Beauty, saya terperangkap dengan pesona lagu (lagunya lho, yaa...) Beast atau Yong Junhyung seperti Caffein, Bi Ga O Neun Na Ren, dan beberapa lagu lainnya. Wulan menggempur saya dengan berbagai lagu yang diaransir oleh Yong Beast. Jadilah saya memasang beberapa lagu di playlist saya. Kau berhasil, Lan. 

Balik lagi ke drama Korea. Teman saya yang lain mengatakan kalau Korean Wave yang menimpa dunia saat ini adalah 'penjajahan' dalam bentuk lain. Iya juga sih. Sekarang, topik Korea ramai di mana-mana. Buku, jadi jarang disentuh (tapi saya berusaha menyeimbangkan lagi, kok. #defencemechanism). Ok, saya bisa ambil yang baiknya dan tinggalkan yang buruknya. Saya sebutnya 'Do and Don't Drama Korea'. Mari!

Do:
1. Ini adalah alasan utama yang membuat saya suka drama Korea: sopan santun. Lihat kan? Betapa orang tua, atau orang yang lebih tua begitu dihormati dari sikap dan bahasa. Sikap hormat. Bahasa sopan. Hal tersebut sangat ditekankan. Seseorang yang lebih tua bisa marah kalau lawan bicara yang lebih muda bicara dengan banmal. Jadi pengen belajar bahasa Korea.

2. Soundtrack yang keren membuat saya harus mencari-cari lagunya di internet dan memasukkannya sebagai lagu wajib dengar. Contohnya soundtrack drama I Hear Your Voice yang sampai sekarang masih menghuni hati. Sederet lagu lainnya masih belum dihapus dari playlist laptop atau gadget saya. Drama Korea tidak tanggung-tanggung dalam membuat soundtrack. Tidak cuma satu yang kemudian diulang terus-menerus tapi bisa sealbum bahkan lebih lagu yang diciptakan untuk dijadikan soundtrack. Biasanya disesuaikan. Maksudnya, kalau pemeran utama pria lagunya yang ini, kalau pemeran utama wanita yang itu. 

3. Budaya. Kebanggaan atas budaya begitu telihat jelas. Dalam setiap drama, pasti ada bagian di mana makanan Korea disebut-sebut. Misalnya kimchi, ttokpokki, ah... saya lupa nama-namanya. Pasti ada adegan di mana pemeran dalam film itu makan makanan Korea. 

4. Lokasi. Saya pikir, sutradara dalam drama Korea ini benar-benar mempertimbangkan lokasi syuting dramanya. Sudut yang diambil juga keren. Pemandangan alam yang bagus. Akhirnya, jadilah sebuah film yang pemandangan di dalam filmnya asik untuk dilihat.






5. Fashion. Lihat model baju-bajunya? Bagus-bagus. Cocok-cocok aja sih dipakai sama pemeran-pemerannya. Mau pake warna tabrak-tabrak juga bagus aja dilihatnya. Apalagi coat-nya. Suka. Tapi, yang bagus dipakai mereka, belum tentu bagus kalau dipaka sama saya atau orang Indonesia lainnya. Betul?

Sekarang kita bergeser ke Don't.
1. Mabuk. Dalam kebanyakan film yang saya yonton, hampir semuanya ada adegan mabuknya. Entah itu di warung tenda, bar, hotel, rumah dan sebagainya. Sesuka-sukanya kita sama Korea, jangan sampai deh ikut-ikutan minum kayak di dramanya.

2. Bully. Ini yang saya nggak suka. Nggak usah ikut-ikutan deh. Jelek. Bukan budaya kita juga. Nge-fans bukan berarti mencontoh semuanya. Malah jadi jelek. Sekarang, anak usia sekolah dasar pun pada nonton Korea. Perlu didampingi tuh sama ortu. Jadinya nggak keren kalau perilaku bully dari film dipakai di kehidupan sehari-hari kita.  Buat adik-adik SMP, SMU, anak kuliahan juga. Langsung ga respek deh kalau kalian jadi pembully walaupun cantiknya kayak bidadari atau gantengnya kayak bidadara.

3. Memukul kepala. Di sana mungkin biasa. Orangtua memukul kepala anaknya, memukul kepala teman. Tapi, di sini Indonesia. Jangan coba-coba deh. Bukan budaya kita. Di sini, memukul kepala itu tidak sopan. 

4. Baju minim. Perempuan Korea rata-rata berbadan langsung. Kurus. Semampai. Kaki jenjang. Rasanya, enak-enak aja memandang mereka dengan rok mini. Terus perempuan Indonesia menirunya. Ada yang cocok, ada yang nggak enak dipandang. Selulitnya kelihatan, lemaknya kelihatan, peniti buat roknya kelihatan. Ah... nggak selamanya yang disukai perlu ditiru.

5. Operasi plastik. Korea sangat terkenal dengan operasi plastiknya. Terjangkau (mungkin), mudah ditemui di mana-mana. Tapi saya percaya, Tuhan sudah merancang manusia sedemikian rupa sehingga menciptakan manusia dengan bentuk yang sempurna. Kita tidak pernah tahu mengapa Allah menciptakan hidungnya nggak mancung, muka lebar, mulut tebal. Tapi saya yakin, kalau saya mengubahnya dengan operasi plastik, belum tentulah cocok dengan bentuk saya. Wong Allah sudah merancangnya sedemikian rupa, kok. Bersyukurlah dengan apa yang kita punya. 

Sudah. 
Semoga bermanfaat.
Have a nice weekend. 

3 comments: