6.5.16

Curcol (2)

Kalian tahu Palasari? Kalau orang Bandung atau pernah ke Bandung pasti tahu atau minimal pernah dengar. Itu adalah surga dunianya pecinta buku. Mulai dari buku asli, bajakan, Indonesia, bahkan luar negeri (mungkin ada). Pastinya ada diskon sekitar 15-30% (kurang lebih, maaf kalau salah, :-) ). Jadi, walaupun saya berniat nggak akan beli buku, kalau sudah di Palasari, niat itu menguap. Akhirnya, terpilihlah dua buah buku untuk saya bayar. Dua-duanya bercerita tentang Korea. Pengarangnya orang Indonesia. Saya tipe pemilih untuk jenis-jenis buku seperti itu. Kenapa? Bukan karena saya tidak suka pengarang Indonesia. Ooohhhh...Bukan! Tapi karena saya sering menemukan hal-hal yang tidak memuaskan saya ketika bacanya. Biasanya ketidakpuasan ini terkait pengunaan bahasa Korea yang sering dipakai dalam cerita. Hal itu saya temukan pada salah satu buku yang saya beli. Contohnya dalam tata bahasa Korea. 

Saya, bukan ahli bahasa Korea. Saya tidak bisa bahasa Korea. Saya tahu kosakata yang umum-umum saja. Saya tidak paham struktur bahasa Korea secara lengkap. Tapi saya mengerti sedikit saja. Saya sebal dengan pengarang Indonesia yang menyelipkan bahasa Korea dalam bukunya tapi tidak memperhatikan penggunaan bahasa formal dan informal atau kesopanan. Kalau kata bahasa Sunda mah undak usuk basa. Menurut saya, bahasa Korea adalah bahasa yang memakai prinsip undak usuk basa. Ada tataran aturan berbahasa untuk orang yang lebih tua atau lebih muda. Misalnya, kalau untuk yang lebih tua, ada akhiran 'yo' sebagai bahasa yang sopan. Orang yang lebih tua, jika lawan bicaranya yang lebih muda tidak akan menggunakan bahasa sopan, pasti marah. Saya melihatnya di film dan di novel Korea. Beberapa kali saya baca novel Indonesia yang menyisipkan bahasa Korea, hal itu tidak terjadi. Satu lagi, dalam bahasa Korea, ada partikel yang digunakan sebagai keterangan tempat, tapi saya tidak menemukannya dalam novel tersebut. 

Ini hanyalah pendapat saya. Ketika saya menulis cerita yang menyisipkan bahasa asing, saya harus belajar tata bahasa asing tersebut. Apalagi kalau diterbitkan. Atau paling tidak, saya akan meminta bantuan seseorang yang mengerti bahasa tersebut untuk bantu mengedit. Saya tidak mau novel karangan saya memiliki kesalahan seperti itu. Melakukan penelitian terhadap topik yang akan saya tuliskan adalah wajib. Supaya saya tidak membuat kesalahan. ****

No comments:

Post a Comment