2.8.13

Tunggu Saja Undangannya

Temanku, 
aku tahu, engkau khawatir padaku.
Meskipun tidak kau utarakan dengan pertanyaan to the point"Kapan menikah?"
Atau pertanyaan menyebalkan seperti: "Mau cari yang seperti apa?"
Atau pertanyaan sok tahu seperti: "Standarnya jangan tinggi-tinggi."

Temanku, 
aku bersyukur memiliki teman seperti kamu. 
Bukan teman kita yang khawatir karena kesukaanku terhadap film-film drama, 
ia yang mengharapkan aku 'hidup' di dunia nyata,
ia yang mengharapkan aku 'melihat' lelaki nyata di sekelilingku, bukan lelaki dalam film.
Tenang temanku!
Aku masih bisa membedakan antara imajinasi dan realita.
Aku masih menjejakkan kaki di bumi.
Aku tidak mengharapkan aktor dalam drama yang aku tonton menjadi pasanganku (walaupun kadang aku memimpikannya).
Aku tidak cemburu ketika aktor favoritku memiliki chemistry dengan lawan mainnya.
Aku tidak menangis dan mengomel ala remaja karena cemburu pada lawan main tokoh dalam film. 
Temanku, egoku masih sehat.
Egoku masih berfungsi mengendali pikiranku, mengendali mimpi dan khayalanku.

Temanku, tetaplah berdoa untukku. 
Jika suatu saat engkau bertanya kapan aku menikah, aku sudah menyiapkan jawabannya.
              
       "Segera!" 

Itu yang akan kukatakan padamu.
Atau jawaban konyol seperti ini:

      "Tunggu saja undangannya, kalau ada undangan dariku, berarti sebentar lagi. Kalau belum ada, tunggu saja."

Temanku, 
Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan.
Aku yakin, ada seseorang di luar sana untuk menjadi pasanganku.
Jangan khawatir, aku masih tetap berusaha.

Temanku, 
aku yakin, semua akan indah pada waktunya. 
Terima kasih sudah menemaniku. 
Aku tidak pernah kesepian, karena ada dirimu.

#ngabubuwrite, kesendirian

No comments:

Post a Comment