7.8.13

Kelahiran Kembali, Kemenangan Bagi Diri

Kamu ingat hari ulang tahunmu? Tentunya, banyak orang yang ingat. Aku pikir, hanya sedikit orang yang tidak ingat dengan hari ulang tahunnya. Apalagi, pada era teknologi yang semakin maju dan media sosial yang sedang mewabah, kita lupa pun akan diingatkan. 

Pada hari ulang tahun kita, minimal orang lain akan mengatakan: "Selamat ulang tahun." Plus tambahan doa standar, "Wish you all the best." atau doa-doa lainnya yang tidak bisa kuingat satu persatu. Senang mendengar orang lain mendoakan kita dan meng-amin-i, berharap doa mereka terkabul. 

Apakah kamu percaya kalau kamu memang dilahirkan pada tanggal tersebut? Entahlah, aku sendiri tidak pernah ingat kapan aku dilahirkan. Katanya aku lahir tanggal sekian bulan sekian tahun sekian. Sesungguhnya aku tidak pernah tahu kapan aku dilahirkan. Maklum, aku masih kecil waktu itu, masih bayi. Aku mengetahui kapan aku lahir dari orangtua. Jadi, KATANYA aku lahir tanggal segitu. KATANYA. Dengan berbekal KATANYA, tanggal tersebut kemudian dilegalkan dalam bentuk selembar akte kelahiran, dan dipakailah tanggal tersebut sebagai tanggal lahir. 

Sesungguhnya, selain tanggal lahir dari bekal KATANYA, ada tanggal lahir lain yang kuanggap sebagai hari ulang tahunku. Nah, ini benar-benar kuanggap sebagai hari ulang tahun. Aku merasakan dengan sadar kelahiranku. Aku tidak ingat tanggal dalam kalender Masehi, tapi yang kuingat adalah kalender Hijriyah. 1 Syawal. 

1 Syawal tahun lalu, aku lahir. Tidak bisa dipungkiri, orang lain memegang andil yang besar dalam keputusan kelahiranku. Dukungan dari orang-orang terdekat jelas dibutuhkan ketika keputusan untuk 'lahir' diambil. Rencana yang sudah lama, godaan dari sana-sini, hanya melahirkan kegalauan yang timbul tenggelam. Suatu saat merasa sudah kuat, tapi tekad kuat sirna seketika oleh selintas pikiran hedonis dan pembelaan diri. Berulang kali aku memohon ampun karena ingkar janji, rasa 'tidak enak' setiap kali melihat orang 'terlahir kembali' dan menimbulkan keinginan untuk ikut 'lahir' juga. Tapi hal-hal tersebut tidak jua mendatangkan kebulatan tekad untuk membuat keputusan. Sampai akhirnya, permintaan seorang ayah akhirnya terlontar. Kapan lagi aku bisa membahagiakan beliau di usia senjanya? Pertanda lain kudapatkan ketika temanku memberi kado ulang tahun. Aku tersenyum ketika mengetahui isi kadonya. 

     "Ya, mungkin sudah saatnya aku 'lahir kembali'."

Jadi, tanggal 1 Syawal kuputuskan untuk 'lahir kembali'. Keputusan yang kubuat dengan sangat sadar. Tidak seperti keputusan lahir yang tergolong kategori KATANYA. Aku benar-benar sadar saat membuat keputusan, dan sadar dengan resikonya. Teman-teman kaget ketika melihat aku 'terlahir kembali' tapi mereka juga senang. Aku? Aku lega, karena pada akhirnya aku mampu memenuhi janjiku yang kuucapkan dulu sekali. Aku bahagia karena aku dapat memenuhi permintaan ayahku. Aku senang karena banyak orang mendukung 'kelahiran kembali' ini. Sahabat-sahabatku berdoa:
 
     "Semoga istiqamah, ya."

Amin. Aku jawab doa mereka. Sesungguhnya, aku tidak mengetahui arti kata 'istiqamah' yang didoakan oleh mereka. Lambat laun, aku akhirnya mengerti apa artinya, dan apa maksudnya. Ya, insya Allah. Doakan agar aku selalu istiqamah dengan keputusanku. Keputusan yang dibuat bukan atas dasar paksaan. Aku adalah pemimpin untuk diri sendiri. I'm the boss of my-self. Ada pengaruh dari orang lain, tapi aku yang membuat keputusan untuk diriku sendiri. Di atas semua itu, hidayah dari-Nya merupakan kontribusi terbesar atas keputusan 'lahir kembali' ini. 

Selamat ulang tahun yang pertama, Iin. Kelahiranmu merupakan kemenangan bagi dirimu. Kemenangan bagi diri atas godaan dan nafsu yang mendera diri bertahun-tahun lalu.  

Selamat ulang tahun. Insya Allah istiqamah. Selamat Idul Fitri. Selamat hari kemenangan.

#Ngabubuwrite, kemenangan
Suatu sore saat menyambut Idul Fitri.

No comments:

Post a Comment