3.8.13

Perempuan Karismatik

Perempuan itu tersenyum sementara aku menunggu jawabannya. Ya, itulah alasan aku sekarang berada di hadapannya. Panitia perjalanan liburan kantor memintaku untuk bertanya mengapa ia tidak ikut dalam acara itu. Kami, satu kantor berencana pergi ke pulau yang katanya indah, banyak didatangi wisatawan baik domestik maupun asing, pulau yang lebih dikenal di luar negeri daripada negaranya sendiri. Kamu bisa menebak kan, pulau apakah itu? Seluruh karyawan dari lini bawah sampai atas semua ikut, kecuali perempuan yang ada di hadapanku ini. 

Mbak Saka, perempuan empat puluhan, dengan rambut yang mulai memutih. Ia bukanlah perempuan yang sangat cantik. Tidak ada yang bisa menjelaskan mengapa setiap orang yang berada di depannya menjadi 'bertekuk lutut'. Karisma yang ditebarkannya mungkin yang membuat orang-orang menjadi seperti itu. Perempuan ini menjadi 'tempat sampah' orang-orang di kantor termasuk aku. Semua merasa begitu mudah untuk membeberkan masalah yang sedang dihadapinya pada perempuan ini. Salah seorang temanku mengatakan kalau ia seperti telanjang ketika berhadapan dengan Mbak Saka. Tidak ada yang bisa disembunyikan dari dirinya. Tapi yang membuatku heran, mengapa tidak ada yang berani menanyakan padanya tentang alasan ketidak-ikut-sertaannya dalam perjalanan liburan kali ini? Mengapa kemudian aku yang diserahi tugas ini? Apakah karena aku terlihat lebih 'dekat' dengannya? Entahlah.

Aku masih sabar menanti jawaban Mbak Saka sampai akhirnya ia berbicara. 

     "Perjalanan. Hmmm... perjalanan liburan. Lan, setiap hari, aku sudah melakukan perjalanan. Setiap detik, aku menempuh perjalanan hidupku. Aku begitu kaya dengan perjalanan yang aku arungi. Di usiaku yang sudah kepala empat ini, tidak terhitung banyaknya perjalanan yang sudah aku lalui. Sewaktu aku masih di dalam perut ibuku, melihat dunia untuk pertama kali, lima tahun pertama, anak-anak, remaja, dewasa, dan sekarang, ketika umurku sudah semakin meningkat dan umurku di dunia semakin berkurang. Bahkan, aku tidak mengingat semua perjalanan yang sudah aku alami. Perjalanan-perjalanan itu yang membuat aku mengalami banyak hal. Kebahagiaan, kesedihan, penderitaan, penghinaan, kesenangan, kemarahan, caci maki, dan sebagainya."

Aku masih mendengarkan Mbak Saka berbicara.

     "Saat remaja, aku tidak pernah menyangka kehidupan akan seperti ini. Ternyata, jauh dari apa yang dibayangkan waktu itu. Sekarang, setiap kali aku bertemu dengan teman lama, ada saja cerita yang membuatku ingat bahwa dulu, aku sama sekali tidak pernah membayangkan kejadian ini. Si ini bercerailah, menikah untuk yang ketiga kalinyalah, korban KDRT-lah, suaminya meninggal, tidak punya anak, belum menikah, selingkuh, dan lainnya. Itu buah perjalanan kita, Lana. Suatu perjalanan hidup, perjalanan yang mau tidak mau harus dijalani meskipun kita tidak mau. Lan, ada perjalanan yang bisa kita tolak, ada perjalanan yang tidak bisa kita tolak, dan aku memutuskan untuk menolak ikut dalam perjalanan kantor ini."

Aku termenung mendengar perkataan Mbak Saka. Benar, Mbak, perjalanan hidup kita adalah perjalanan paling kaya yang pernah kita lalui. Aku tidak bertanya-tanya lagi padanya. Segala bujukan untuk membuatnya ikut dalam perjalanan liburan menguap. Sekarang aku bingung, apa yang mesti kujelaskan pada panitia acara ini. Sebenarnya apa alasannya Mbak Saka tidak ikut? Aku belum mendapat jawabannya. Kamu bingung? Sama, aku juga. Atau ceritamu tentang perjalanan adalah taktik agar aku tidak bertanya lebih lanjut, Mbak? Kalau iya, kamu berhasil, Mbak. Aku terkesima oleh ceritamu tentang perjalanan hidup.


Cirebon menjelang Maghrib
#Ngabubuwrite, perjalanan.
Mbak, where are you? 

No comments:

Post a Comment