7.3.13

Petir, Hujan, Matahari, dan (Pikiran)ku

Petir menggelegar terdengar di luar sana. Sepertinya awan sudah tidak kuat menahan muatan-muatan listrik positif dan negatif ini sehingga mereka beradu. Seperti itu pulakah pikiranku saat ini? Aku membayangkan malaikat bersayap berbaju putih dengan lingkaran di kepalanya sedang beradu pendapat dengan mahluk berbaju merah, bertanduk, dan bertongkat. Mereka beradu di atas kepalaku! Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Berharap pikiran-pikiran ini hilang seiring gelengan kepalaku. Tapi ternyata, tidak semudah yang kubayangkan dan kuharapkan.

Akhirnya hujan turun. Sekarang petir bersahut-sahutan. Dibumbui kilat dan angin. Seperti inikah pikiranku saat ini? Aku masih menekuri kertas-kertas, buku, dan laptop di hadapanku. Sederet poin-poin tertera di agendaku. Sederet rencana masih di kepalaku. Belum sempat kutuangkan dalam bentuk tulisan di agenda atau catatan kegiatan di laptopku. 

Hujan masih turun dengan derasnya. Kali ini kilat sudah mengalah. Sepertinya angin masih mendominasi. Derunya terdengar keras sekali. Mengombang-ambingkan air yang turun dari langit. Apakah angin mempunyai kebutuhan untuk tampil pada dunia sehingga ia enggan pergi? Aku masih menghadapi kekacauan di mejaku... dan pikiranku. 

Hujan mulai mereda. Aku mulai berpikir lagi. Seraya detektif mencari bukti atau sejarawan napak tilas ke tempat bersejarah. Aku berusaha menelusuri apa yang terjadi. Kemudian, aku sadar. Aku seperti papan tulis yang sudah penuh coretan. Mau ditulis ulang, dirapikan, tapi bingung apa yang mau ditulis lebih dulu. Aku juga sadar, aku harus mengambil keputusan. Aku sadar, berada pada keadaan bimbang sungguh sangat merugikan.

Hujan benar-benar berhenti. Udara sejuk menyebar di sekitarku. Aku menata hatiku. Satu keputusan sudah kuambil. Aku harus menata pikiranku, semangatku, dan suasana hatiku. Kesadaran tanpa melakukan apa-apa tidak akan ada artinya. Aku kumpulkan kertas-kertas yang berserakan. Aku tutup agendaku. Aku tutup semua tabs yang terbuka di laptopku. Kuklik shut down. Aku tumpuk kertas-kertas di meja kerjaku, kumasukkan buku agenda dan laptopku ke dalam tas. Aku berdiri dari kursiku dan kuambil tasku. Kusapa beberapa rekan yang masih di cubical-nya masing-masing. Aku melangkah keluar dari ruang kerjaku.

Matahari menyambutku. Setelah hujan disertai angin ribut, kilat, dan petir, matahari sore menyapa dunia. Mendung menyingkir begitu cepat. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Hanya menyisakan basah, daun-daun yang tak kuat lagi bertahan di dahan dan melayang ke tanah. Semburat warna oranye mulai menghias langit barat. Bisakah aku seperti ini? Secepat ini berganti rupa? Aku belum tahu. Hanya saja, aku memang harus berubah. Aku tak bisa seperti papan tulis yang banyak coretan dan hanya dibiarkan begitu saja. Aku harus membersihkan papan tulis ini. Move on, girl. Aku menyemangati diriku sendiri, mencoba untuk meraup kekuatan, berusaha mengukuhkan keputusan yang akan kutetapkan.

Aku melangkah melewati genangan-genangan air. Tasku melayang-layang di pundakku. Sudah aku tetapkan. Pertama yang akan kulakukan, aku mau mampir ke kedai depan kantorku. Akan kupesan secangkir cappuccino breeze dan sepotong tiramisu cheese cake. Aku mau duduk dekat kaca supaya aku bisa memandang keluar. Jam 5.30 sore. Biasanya, pria tampan itu akan datang sekitar jam itu. Ia akan memesan secangkir coffee late. Biasanya, sambil menyecap minumannya, ia membaca buku. Dari tempatku aku bisa memandang ke arahnya dengan leluasa, menikmati wajah tampannya, tanpa takut diketahui olehnya. Ketahuilah, tak ada cincin di jari manisnya. Itu yang membuatku sering mengulang kegiatan serupa.

Matahari sudah mulai mendekati ufuk barat. Warna oranye semakin banyak. Aku sampai di depan kedai itu. Aha! Dia sudah datang. Aku tersenyum. Senang! Aku segera memesan sesuai rencana, duduk di tempat yang tadi kubayangkan, dan benar-benar menikmatinya. Betul-betul kusyukuri keputusan pertama yang kuambil, sebelum melaksanakan keputusan selanjutnya . ***

Maret 07, 2013
Sehabis hujan turun dari langit.

2 comments:

  1. mhmmmmm, jadi ingin ke kedai itu, duduk dekat jendela, memesan minuman, dan menikmati perasaan nyamanku...

    ReplyDelete