17.3.13

Nyamuk dan Kepik

karyaanakbangsa.heck.in

Seekor nyamuk terbang berputar-putar. Ia tinggal di salah satu pohon dekat Danau Hijau. Nyamuk itu berhenti di selembar daun lebar. Ia mengusap peluh dengan sayap-sayapnya. Sejak hari mulai terang, ia sudah terbang. Saat ini, matahari hampir di ubun-ubun. 

"Siang yang panas, ya, " seekor kepik tua menyapa nyamuk. 
"Selamat siang, Pak Kepik. Boleh saya menumpang istirahat sejenak?" Nyamuk berkata pada kepik.
"Boleh, Nak. Silakan istirahat. Tampaknya kau kelelahan," kata Pak Kepik.
"Iya, Pak. Saya lelah sekali. Dari tadi saya berputar-putar tapi yang saya cari belum ketemu," jawab nyamuk lemah. 
"Memangnya apa yang kamu cari, Nak?" tanya Pak Kepik.
"Aku mau mencari saudaraku. Seekor laba-laba," jawab nyamuk.
"Kenapa kamu mencarinya?" tanya Pak Kepik lagi.
"Kemarin saya terbang ke sekolah di dekat Danau Hijau. Di salah satu kelas, murid-muridnya sedang berdebat, Pak. Ada yang berkata kalau laba-laba itu termasuk keluargaku, keluarga serangga, ada yang bilang bukan, " nyamuk menjelaskan pada Pak Kepik. Pak Kepik mendengarkan penjelasan si nyamuk.
"Lalu, kalau kamu bertemu laba-laba, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Pak Kepik.
"Saya mau bertanya padanya, apakah ia keluarga saya atau bukan. Sudah lama saya tinggal sendiri di sini. Keluarga saya sudah mati semua karena mereka terbang ke sekolah itu. Saat mereka berjalan-jalan ke sana, di sekolah ada penyemprotan anti serangga. Kalau saya bertemu laba-laba, saya akan senang sekali. Paling tidak saya masih punya keluarga, " suara nyamuk semakin lama semakin lirih.  Mendengar cerita nyamuk, Pak Kepik tersenyum. Ia kemudian bertanya pada nyamuk.

"Nak, kamu tahu bagaimana caranya menentukan apakah seekor binatang itu keluarga serangga?"
"Tidak, Pak. Bapak tahu?" Tanya nyamuk.
"Pertama, coba hitung berapa kakimu!" Kata Pak Kepik
"Kaki saya ada 6, Pak," jawab nyamuk.
"Sekarang, hitunglah berapa bagian tubuhmu!" Pak Kepik berkata lagi pada nyamuk.
Nyamuk meraba-raba tubuhnya dengan sayapnya. Ia terdiam sejenak lalu berkata, 

" Ada 3, Pak. Kepala, toraks, dan abdomen," kata nyamuk.
" Coba sekarang periksa kepalamu! Apakah kamu menemukan sesuatu?" tanya Pak Kepik pada nyamuk. Nyamuk memeriksa kepalanya. Ia meraba antenanya.
"Saya punya sepasang antena, " teriak nyamuk. Suaranya terdengar bersemangat.
"Betul, Nak. Serangga punya sepasang antena," Pak Kepik tersenyum pada nyamuk. Pak Kepik kemudian berkata lagi pada nyamuk. 
"Sekarang kamu ingat-ingat si laba-laba. Apakah laba-laba sama seperti dirimu?" 
Nyamuk diam. Keningnya berkerut-kerut.
"Pak, apakah laba-laba bukan keluargaku? Keluarga serangga?" tanya nyamuk. Nada bicaranya mulai melemah lagi.

"Kenapa kamu berkata seperti itu?" Tanya Pak Kepik.
"Laba-laba punya 8 kaki, bagian tubuhnya hanya 2 bagian, dan laba-laba tidak punya antena. Laba-laba bukan keluargaku, Pak." Nada sedih terdengar dari ucapan nyamuk. 
Nyamuk menatap Pak Kepik. Pak Kepik hanya tersenyum. Ia tidak berkata apa-apa. Tiba-tiba mata nyamuk membesar. Ia menatap Pak Kepik dengan tatapan yang tajam. 

"Yihaa! " Nyamuk berteriak keras sambil terbang. Ia mengepakkan sayapnya dengan bersemangat. Tidak berapa lama kemudian, ia kembali ke depan Pak Kepik. 

"Pak! Saya tidak mau mencari laba-laba lagi. Saya sudah menemukan keluarga saya," kata nyamuk sambil terbang. 
Diambil dari nugum.blogspot.com
Nyamuk lalu berhenti terbang. Ia diam di depan Pak Kepik. 

"Bapaklah keluarga saya. Pak Kepik seperti saya. Semua hal yang tadi Pak Kepik tanyakan pada saya, ada pada Pak Kepik." 

Nyamuk kembali terbang. Kali ini, kepakan sayapnya kuat. Senyuman tampak di wajahnya. Senyum senang karena bertemu keluarga. Ia berputar-putar mengelilingi Pak Kepik. Pak Kepik hanya tersenyum ketika melihat tingkah polah nyamuk.  


Bandung, 12.00 PM.

Catatan:
Gambar 'nyamuk' diambil dari karyaanakbangsa.heck.in dan gambar 'kepik' diambil dari nugum.blogspot.com

No comments:

Post a Comment