1.2.15

Dear Kei,

 

Dear Kei,

Kei, dingin sekali di sini. Mungkin tak sedingin musim gugur (apalagi musim salju) di tempat tinggalmu. Rasa dingin ini mengingatkanku pada satu gunung tinggi dengan puncak bersalju. Entah kenapa, melihat foto itu, justru hatiku jadi hangat. Kenapa? Karena, 

aku ingat betapa senyummu sangat menenangkan,

aku ingat kata-katamu yang menentramkan,

aku ingat ucapanmu yang memberikan semangat,

aku ingat saat kau menawarkan bantuan,

dan yang paling aku ingat, ketika kau memberikan komentar tentang tulisan di komputerku. Saat itu, kita duduk berdampingan untuk transfer video. (Sayangnya, saat itu kita tidak berhasil memindahkan video tersebut).

Kenal denganmu menumbuhkan semangatku untuk menjalani hidup. Mungkin kau tidak tahu, dirimu membawa pengaruh terhadapku. Bahkan, mungkin kau sudah tidak ingat padaku. Tak apa. Tak masalah buatku. Aku hanya ingin berkata,

“Terima kasih, Kei. Kau orang yang baik. Sungguh! Terima kasih karena kau sudah pernah mampir dalam hidupku.”


Kei, mudah-mudahan, suatu saat kita bisa bertemu lagi. 
Mudah-mudahan, aku bisa memandang gunung bersalju (yang kau banggakan itu) dari kotamu.

#1 Februari 2015 di pagi yang dingin.

2 comments:

  1. Jarang-jarang nemu surat puitis gini, hebat kak :)

    ReplyDelete
  2. Makasih, Fikri. Sebenernya aku bukan orang yg puitis. Hehehe...
    Salam kenal.

    ReplyDelete