Aku duduk di bawah pohon maple. Mengagumi momiji yang seakan
tersenyum dan berkata,”Pandanglah aku sepuasnya!” Kenapa Tuhan
menciptakan begitu banyak keindahan di sekelilingku? Tak henti-hentinya aku
bersyukur. Tak bosan-bosannya aku memandang dedaunan berbagai warna. Tak puas-puasnya
aku mengagumi keindahan ini. Thanks, God! Momiji ini setidaknya dapat
memberikan kesegaran jiwaku yang mulai limbung. Aku memang berniat
menghilangkan segala kegalauan yang kurasakan di tanah air dengan berlibur ke
sini. Dinginnya udara tidak membuatku untuk segera berpindah. Biarlah! Kapan
lagi aku bisa merasakan udara dingin seperti ini? Aku mempererat syal yang
melingkari leherku. Kehangatan menjalar seketika.
Dari dulu, aku bercita-cita bisa mengunjungi Jepang pada
saat musim gugur. Vina, teman seperjalananku yang sekarang sedang mencari teh hangat di vending machine,
ingin pergi di musim semi. Kami memang partner dalam beberapa kali perjalanan. Hanya
berdua. Kami tidak pernah mengikuti tur. Membatasi kebebasan kami dalam
menentukan keinginan menurut kami. Dengan
kata lain, kami tidak mau diatur. Duduk manis menikmati perjalanan dengan pemandu kami anggap kurang menantang. Kami ingin mengatur diri kami sendiri. Mempelajari peta dan kesasar adalah bumbu yang mewarnai perjalanan kami. Di situlah asyiknya.
Aku tidak
mau pergi di musim semi. Aku bilang pada Vina, pergi di musim gugur, atau kita
pergi sendiri-sendiri. Akhirnya Vina mengalah. Toh, kalau melihat reaksinya, aku
menyimpulkan kalau ia cukup ...bukan, bahkan sangat puas. Aku pengagum musim gugur, tapi
dia berteriak lebih kencang dari aku ketika pertama kali melihat pohon ginko. Aku
yang bersikeras pergi di musim gugur, tapi ia yang paling sering minta difoto
di berbagai taman dengan latar belakang momiji. Cih!
Ke mana Vina? Kenapa ia lama sekali pikirku. Sebentar lagi
malam. Kuil ini akan tutup. Penjaga kuil biasanya akan berkeliling dan ‘mengusir’
pengunjung yang belum juga keluar. Sambil menunggu Vina, aku keluarkan ponsel
dari saku. Kukagumi foto-foto berbagai tempat
yang sudah kami kunjungi selama di Jepang. Sampai pada satu foto berhenti. Kekaguman yang
kurasakan berubah menjadi kejengkelan. Sialan! Kenapa foto ini belum aku hapus?
Rasanya aku sudah menghapus semua foto Adelio. Ya, Tuhan, kenapa rasa bahagia
ini harus sedikit rusak karena Adelio? Lelaki pengecut yang membuat aku ‘kabur’
ke negeri ini? Cepat-cepat aku hapus dengan kejengkelan luar biasa. Tidak, aku
tidak mau rasa senang ini berganti dengan kejengkelan. Aku kembali melihat
foto-foto dan mengaguminya. Pelan-pelan senyumku kembali mengembang.
Tiba-tiba, suasana berubah menjadi teduh. Sosok di depanku
menghalangi sinar matahari yang sebentar lagi akan lenyap. Ah... Vina sudah
datang rupanya.
“Lama bener, Vin. Nyangkut di mana?”
Aku mendongak hendak menatap Vina. Yang berada di
depanku bukan Vina. Tapi sesosok tinggi kekar dengan wajah gelap karena sinar
matahari berada di belakangnya. Pelan-pelan, pandanganku mulai jelas. Ia bukan
Vina.
“Halo, Karla! Apa kabar?” Sosok itu tersenyum. Aku sebaliknya.
Senyumku memudar. Ponsel yang kupegang hampir terlepas. Tuhan, kenapa kau hadirkan kembali sosok masa lalu yang
sudah aku lupakan dengan susah payah? Kenapa ia tiba-tiba ada saat aku juga
ingin mengenyahkan Adelio dari hidupku? Tuhan, Kau memang sutradara ulung. Tak
bisa aku melawanmu. Kenapa Kau pertemukan kami di sini? Tempat yang dulu menjadi incaran kami berdua untuk berlibur?
Sosok itu masih tersenyum. Senyumnya masih memikat. Karismanya
masih terasa lekat. Aku tak kuasa memandang wajahnya. Kualihkan pandangan. Di kejauhan,
kuil Kinkakuji berdiri kokoh seakan berkata,”Pandangilah aku sepuasnya! Kalian pergi
jauh-jauh ke sini untuk melihat aku, kan?”
Rasanya aku seperti mendengar lagu Mantan Terindahnya
Raisa mengalun di telingaku. Semacam lagu pengiring musim gugur yang katanya romantic season. Di mana romantisnya ketika aku masih berkubang dengan masa lalu?
Vina...mana Vina? Aku
butuh pengalih perhatian!
*******
Momiji: Perubahan warna pada daun pohon saat musim gugur.
Vending machine: mesin otomatis yang menyediakan barang-barang seperti berbagai snack, minuman, atau beberapa benda lainnya dengan memasukkan uang koin pada mesin sesuai harga yang tertera.
Ginko: sejenis pohon berdaun kuning terang saat musim gugur.
No comments:
Post a Comment